CEK FAKTA: Tidak Benar Jepang Rekomendasikan Obat Ivermectin
Merdeka.com - Sebuah informasi menyebut pemerintah Jepang merekomendasikan obat Ivermectin untuk penyembuhan Covid-19 beredar di media sosial. Disebutkan juga, Asosiasi Medis Tokyo yang juga merekomendasikan obat tersebut.
istimewaPenelusuran
Cek fakta merdeka.com menelusuri informasi tersebut. Hasilnya, informasi tersebut adalah hoaks.
-
Bagaimana penanganan Covid-19 di Indonesia? Jokowi memilih menggunakan strategi gas dan rem sejak awal untuk menangani pandemi Covid-19. Gas dan rem yang dimaksudkan Jokowi diimplementasikan dalam tiga strategi yakni penanganan kedaruratan kesehatan, jaring pengaman sosial, dan pemulihan ekonomi. Inilah yang kemudian menjadi ujung tombak dalam penanganan Covid-19 di Indonesia.
-
Mengapa IOC menyatakan informasi itu salah? 'Kami telah melihat dalam laporan informasi yang menyesatkan tentang dua atlet putri yang berkompetisi di Olimpiade Paris 2024. Kedua atlet tersebut telah berkompetisi dalam kompetisi tinju internasional selama bertahun-tahun dalam kategori wanita, termasuk Olimpiade Tokyo 2020, Kejuaraan Dunia Asosiasi Tinju Internasional (IBA), dan turnamen yang disetujui IBA,' kata IOC dalam pernyataan resmi, dilansir dari Antara, Jumat (2/8).
-
Siapa yang terlibat dalam penelitian Covid-19 ini? Tim peneliti yang dipimpin oleh Wellcome Sanger Institute dan University College London di Inggris menemukan respons kekebalan baru yang memberikan pertahanan garis depan yang kuat.
-
Kapan Covid-19 pertama kali terkonfirmasi di Indonesia? Pada tanggal 2 Maret 2020, Indonesia melaporkan kasus pertama virus Covid-19, menandai awal dari pandemi yang memengaruhi seluruh masyarakat.
-
Kenapa informasi di video itu salah? Kesimpulan Prabowo lawan perintah Jokowi dan menolak mentah-mentah Kaesang untuk menjadi gubernur DKI Jakarta adalah tidak benar. Faktanya, video yang beredar berisi beberapa klip yang tidak saling berkaitan.
-
Mengapa klaim tersebut diragukan? Dalam artikel juga tidak ditemukan adanya narasi yang menyebut Jokowi dan Listyo SIgit mencopot Polda Jabar karena membatalkan sidang tersangka Pegi.
Dalam artikel AFP Fact Check berjudul "Japan has not endorsed ivermectin as Covid-19 treatment" pada 8 September 2021, dijelaskan bahwa pemerintah Jepang masih melakukan uji klinis pada obat tersebut.
Asosiasi Medis Tokyo maupun Ozaki tidak berafiliasi dengan pemerintah Jepang. Mereka hanya bisa memberikan rekomendasi.
Ozaki juga menegaskan sebelum menggunakan Ivermectin, harus dilakukan uji klinis. Penggunaan Ivermectin juga harus dengan persetujuan pasien.
"Kami bisa melakukan penelitian lain untuk memastikan kemanjurannya, tetapi kami berada dalam situasi krisis. Sehubungan dengan penggunaan ivermectin, jelas membutuhkan persetujuan dari pasien, dan saya pikir kami berada dalam situasi di mana kami mampu memberi mereka perawatan ini," tambah Ozaki.
Di sisi lain, pemerintah Jepang, melalui Kementerian Kesehatan Jepang menyebut Ivermectin tidak mengurangi kematian, tidak mengurangi pasien rawat inap dan tidak langsung menghilangkan virus.
Universitas Kitasato Jepang juga masih melakukan studi klini tentang ivermectin sebagai pengobatan Covid-19.
Kesimpulan
Informasi menyebut Jepang merekomendasikan Ivermectin sebagai obat Covid adalah tidak benar. Negara tersebut justru masih melakukan uji klinis.
Jangan mudah percaya dan cek setiap informasi yang kalian dapatkan, pastikan itu berasal dari sumber terpercaya, sehingga bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya. (mdk/lia)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Benarkah Nyamuk Wolbachia Bisa Sebarkan Radang Otak? Ini Faktanya!
Baca SelengkapnyaJangan mudah percaya dan cek setiap informasi yang kalian dapatkan.
Baca SelengkapnyaBahkan, muncul narasi menyatakan bahwa virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 tidak ada.
Baca SelengkapnyaBeredar klaim penerima vaksin Covid-19 mRNA akan meninggal dalam 3 atau 5 tahun
Baca SelengkapnyaPemerintah berupaya mencegah penyebaran Mpox dengan melakukan vaksinasi yang sudah disetujui WHO dan BPOM.
Baca SelengkapnyaKemenkes menegaskan, penelitian nyamuk wolbachia dilakukan Universitas Gadjah Mada (UGM) dengan World Mosquito Program (WMP).
Baca SelengkapnyaBeredar penyebaran virus mpox merupakan efek samping vaksin Covid-19
Baca SelengkapnyaNamun kalau untuk yang komorbid, kata Menkes, risiko tetap ada karena virusnya tidak hilang.
Baca SelengkapnyaCovid-19 varian JN.1 dilaporkan berkaitan erat dengan varian BA.2.86 dan dikhawatirkan dapat mempengaruhi pola penularan dan tingkat keparahan penyakit.
Baca SelengkapnyaBeredar Surat Edaran (SE) Kementerian Kesehatan mewajibkan masyarakat pakai masker, benarkah?
Baca SelengkapnyaPenularan varian JN.1 telah ditemukan di Jakarta dan Batam.
Baca SelengkapnyaKasus radang otak Japanese Encephalitis disebut-sebut meningkat di tengah penebaran nyamuk mengandung bakteri wolbachia.
Baca Selengkapnya