Facebook dan Twitter Hapus Jutaan Konten Berita Palsu Terkait Covid-19
Merdeka.com - Dua raksasa media sosial, Facebook dan Twitter, telah menghapus jutaan konten berita palsu dari platform mereka dalam rangka membasmi misinformasi terkait Covid-19.
Dua perusahaan ini juga telah memperluas langkah-langkah untuk menyoroti informasi yang kredibel terkait penyakit tersebut dan mendorong vaksinasi.
Juru bicara Twitter menyampaikan kepada The Straits Times pada Kamis lalu, pihaknya menghapus lebih dari 22.400 tweet atau kicauan dan memberi peringatan kepada 11,7 juta akun di seluruh dunia yang berisi konten bermasalah, yang dilakukan sejak tahun lalu. Sebelumnya Twitter juga menyampaikan pihaknya telah menghapus 8.493 tweet dan memperingatkan 11,5 juta akun.
-
Bagaimana Kominfo tangani isu hoaks? Kementerian Kominfo telah melakukan pemutusan akses atas konten yang teridentifikasi sebagai isu hoaks. Pemutusan akses ditujukan agar konten hoaks tidak tersebar luas dan merugikan masyarakat.
-
Siapa yang menyebarkan informasi hoaks itu? Yayuk memastikan akun Instagram bernama BP2MI dengan centang hijau yang menyebarkan informasi tersebut bukan akun resmi milik BP2MI.
-
Siapa yang menyebarkan hoaks ini? 'Berita yang menyebar itu adalah hoaks yang sengaja dihembuskan oleh OPM dan simpatisannya. Justru saat ini aparat TNI dari Yonif 527 membantu melaksanakan pengamanan RSUD Madi Paniai karena adanya pengaduan dari masyarakat bahwa gerombolan OPM akan membakar RSUD tersebut,' katanya dalam keterangan tertulisnya, Minggu (26/5).
-
Siapa yang membuat berita hoaks? Menurut NewsGuard, situs-situs ini mengklaim diri mereka sebagai sumber berita lokal yang independen, namun tidak mengungkapkan afiliasi partisan atau asing mereka.
-
Kapan detoks media sosial efektif? Setelah menjalani detoks digital selama 30 hari, saya merasakan pikiran yang jauh lebih jernih dan hari-hari yang lebih produktif.
-
Informasi apa yang disebarluaskan? Diseminasi adalah proses penyebaran informasi, temuan, atau inovasi yang direncanakan, diarahkan, dan dikelola agar dapat dimanfaatkan oleh kelompok target atau individu.
Dilansir The Straits Times pada Selasa (23/3), pemilik akun yang diberi peringatan harus melakukan verifikasi, seperti nomor telepon atau alamat surel, untuk mencegah penyalahgunaan.
Sementara itu, sejak Februari, Facebook telah menghapus 2 juta konten dari Facebook dan Instagram, setelah memperluas daftar klaim palsu yang akan dihapus selama pandemi.
Daftar Facebook, yang dikembangkan bersama otoritas kesehatan seperti WHO, awalnya menemukan informasi palsu terkait keberadaan dan keparahan Covid-19, cara penyakit ini menyebar, juga terkait rekomendasi meminum cairan pemutih untuk mengobati penyakit ini.
Saat ini klaim palsu yang banyak beredar di media sosial terkait vaksin, seperti vaksin tidak efektif mencegah virus corona, vaksin beracun, vaksin berbahaya dan bisa menyebabkan autisme, dan informasi palsu lainnya.
Twitter juga memperluas kebijakannya seputar berita palsu terkait vaksinasi.
“Tweet yang sangat merugikan, narasi palsu atau menyesatkan terkait vaksinasi Covid-19 akan dihapus,” kata juru bicara Twitter kepada The Straits Times.
Mulai bulan ini, Twitter telah menerapkan label peringatan ke tweet yang mungkin berisi informasi menyesatkan tentang vaksin Covid-19.Twitter juga telah menerapkan sistem yang dapat membuat pengguna dilarang secara permanen karena melakukan pelanggaran berulang kali terhadap kebijakannya.
Facebook juga berencana menambahkan label pada unggahan yang membahas vaksin.
Pekan lalu, pendiri Facebook Mark Zuckerberg mengatakan dalam sebuah unggahan Facebook, perusahaannya akan meluncurkan kampanye global untuk membantu membawa 50 juta orang "selangkah lebih dekat" untuk mendapatkan vaksin Covid-19.
Perusahaan tersebut meluncurkan alat yang akan memberi tahu pengguna kapan dan di mana mereka bisa divaksinasi, dan sertai memberikan tautan informasi di mana mereka bisa mendapatkan suntikan
Facebook akan bekerja dengan otoritas kesehatan dan pemerintah di seluruh dunia untuk membantu orang mendaftar vaksin dengan membuat penyesuaian pada chatbots di WhatsApp, yang dimiliki Facebook.
Zuckerberg mengatakan lebih dari 3 miliar pesan yang terkait dengan Covid-19 telah dikirim oleh pemerintah, nirlaba, dan organisasi internasional kepada warga negara melalui chatbots WhatsApp resmi, dan pembaruan ini juga akan membantu upaya vaksinasi.
(mdk/pan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Sisa berita hoaks lainnya tidak diturunkan, melainkan hanya diberikan stempel hoaks karena dianggap tidak terlalu berbahaya.
Baca SelengkapnyaDaftar platform ini paling banyak sebar hoaks terlebih jelang pemilu.
Baca SelengkapnyaTikTok punya cara menghapus video-video yang melanggar panduan komunitas.
Baca SelengkapnyaBeberapa jam setelah serangan Hamas ke Israel, X atau Twitter dibanjiri video dan foto hoaks serta informasi menyesatkan tentang perang di Gaza.
Baca SelengkapnyaYouTube menjadi tempat penyebaran hoaks terbanyak dengan presentase 44,6 persen.
Baca SelengkapnyaPenyebaran hoaks Pemilu ditemukan paling tinggi di Facebook.
Baca SelengkapnyaDi sisi lain, dia mengakui bahwa temuan hoaks Mafindo jumlahnya lebih sedikit dari banyaknya hoaks yang tersebar.
Baca SelengkapnyaKomdigi juga merekomendasikan sejumlah grup yang mempromosikan judi online di berbagai platform pesan instan dan media sosial segera ditutup.
Baca SelengkapnyaJumlah ini terhitung sejak 20 Oktober 2024 hingga 5 November 2024 pukul 06.00 WIB.
Baca SelengkapnyaTim cek fakta independen antara lain Mafindo, Perludem hingga AFP Indonesia.
Baca SelengkapnyaKominfo telah memblokir akun-akun yang terindikasi menyebar paham radikalisme.
Baca SelengkapnyaElon Musk dengan tegas menyatakan dukungannya terhadap Trump dalam pemilihan presiden AS tahun 2024.
Baca Selengkapnya