Ketakutan jurnalis Saudi dijadikan target pembunuhan setelah Jamal Khashoggi hilang
Merdeka.com - Jurnalis, aktivis, dan tokoh-tokoh terkemuka lainnya mengungkapkan kekhawatiran tentang keamanan mereka sejak kabar hilangnya wartawan Arab Saudi Jamal Khashoggi.
Khashoggi diberitakan hilang pada 2 Oktober lalu setelah memasuki kantor konsulat Saudi di Istanbul, Turki. Menurut sumber kepolisian di Turki, wartawan yang secara vokal mengkritik pemerintahan Saudi itu telah dibunuh dan mayatnya dimutilasi dalam kantor konsulat tersebut oleh dua orang Saudi.
Turki mengklaim memiliki bukti rekaman saat Khashoggi disiksa dengan cara diseret lalu dibunuh secara brutal. Namun pihak Saudi membantah klaim tersebut dan menyebut tudingan dilayangkan kepadanya adalah sebuah kebohongan tak berdasar.
-
Siapa yang menjadi target serangan? Sebuah laporan baru yang diterbitkan menyatakan bahwa 1,46 miliar pengguna aktif iPhone di seluruh dunia menghadapi serangan siber yang ditujukan pada ID Apple mereka.
-
Siapa yang bisa menjadi korban fitnah? Fitnah adalah salah satu ujian berat yang bisa menimpa siapa saja.
-
Dimana penganiayaan terjadi? Hari itu saya shift hanya berdua saya dan teman saya. Pada saat saya sedang bekerja anaknya bos saya (pelaku) datang dari luar masuk ke dalam toko dan duduk di sofa, dan berapa menit kemudian abang grabfood datang membawa makanan dan pelaku minta saya untuk antar makanannya ke dalam kamar pribadinya.
-
Siapa yang diduga melakukan penganiayaan? Leon Dozan diduga melakukan penganiayaan terhadap Rinoa Aurora Senduk setelah foto dan video dalam tangkapan layar obrolan di Whatsapp terbongkar.
-
Siapa yang sering menjadi target sindiran? Kata-kata sindiran buat pacar yang sering chat sama orang lain.
Kini kabar-kabar yang belum terungkap kebenarannya itu telah memicu ketakutan para jurnalis, aktivis, dan tokoh-tokoh lain. Sebab, mereka pun cukup aktif dalam memberi kritik terhadap kebijakan dan rezim Saudi Mereka pun mengungkapkannya melalui akun media sosial.
Direktur Think Tank Liberal Kawaakibi Foundation, Iyad el-Baghdadi, mengungkapkan kekhawatiran akan dijadikan target berikutnya. Meski saat ini dia tinggal di Norwegia, namun hal itu tidak membuatnya merasa sepenuhnya aman.
"Saya pernah menerima ancaman pembunuhan sebelumnya. Sekarang saya telah meminta perlindungan dari pihak otoritas Norwegia. Siapapun dari kita bisa menjadi target selanjutnya," tulis el-Baghdadi dalam serangkaian kicauan.
"Saat ini pihak Saudi telah melaporkan akun saya secara massal. Jika saya tidak bisa lagi mengakses dan ditangguhkan dari akun saya, seperti yang pernah dilakukan Twitter pada akhir 2015 lalu, maka kalian tahu apa yang terjadi," tambahnya.
Selain el-Baghdadi, jurnalis Al Jazeera Inggris dan Al Jazeera Arab, Jamal Elshayyal, juga merasakan ketakutan serupa. Melalui akun Twitternya dia mengatakan bahwa saat ini ada sejumlah informasi palsu dibuat tentangnya. Dia yakin hal itu dimaksudkan untuk menghasut dilakukan tindakan terhadapnya.
"Beberapa 'artikel' mulai bermunculan di media informasi milik Saudi seperti berita ini. Mereka menyebarkan kebohongan dan ketidakbenaran tentang saya dalam upaya yang jelas-jelas untuk menghasut. Tampaknya pemerintah Saudi tidak akan berhenti membunuh," tulisnya seraya menyertakan tautan berita.
Sementara itu, aktivis HAM Bahrain Maryam Alkhawaja mengatakan bahwa dugaan pembunuhan terhadap Khashoggi di tanah Turki menunjukkan bukti bahwa siapapun yang memiliki suara berbeda dengan pemerintah Saudi, akan dijadikan target di manapun dia berada.
"Pikiran otomatis saya begitu mendengar berita ini adalah, tak ada satu pun dari kita yang bisa selamat, di mana pun kita berada," ungkapnya.
Sebagai informasi, Khashoggi melarikan diri dari Arab Saudi pada 2017 lalu karena tindakan keras pemerintah terhadap suara-suara kritisnya. Saat itu dia mulai menjadi kolumnis untuk media Amerika Serikat, Washington Post.
Beberapa tulisan Khashoggi berisi tentang kritikan terhadap kebijakan Arab Saudi terhadap Qatar dan Kanada, perang Yaman, hingga tindakan keras terhadap media dan aktivis.
Khashoggi sebelumnya pernah menjadi pemimpin redaksi surat kabar Saudi Watan dan menjabat sebagai penasihat media untuk Pangeran Turki al-Faisal selama masa jabatannya sebagai duta besar di London dan Washington.
(mdk/ias)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Arab Saudi menghukum mati seorang kritikus pemerintah yang mengungkap dugaan korupsi dan pelanggaran hak asasi manusia melalui media sosial.
Baca SelengkapnyaSaudi Tangkapi Warga yang Kritik Israel Soal Gaza di Dunia Maya
Baca SelengkapnyaPemalsuan tanda tangan ini diduga dilakukan terkait persetujuan pengerahan pasukan darat ke Yaman untuk memerangi Houthi.
Baca SelengkapnyaAl-Arabiya sejak lama dituding pro-Israel dalam peliputannya.
Baca SelengkapnyaKJRI Jeddah Cari Rombongan Jemaah Korban Penipuan Selebgram Penjual Visa Haji Palsu
Baca SelengkapnyaJurnalis Yordania Dipenjara karena Ungkap Pemerintahnya Membantu Israel Saat Perang di Gaza
Baca SelengkapnyaPenulis sekaligus pengamat politik Sam Youssef mengungkap sosok pria Palestina yang paling dicari.
Baca SelengkapnyaYusron mengatakan terdapat jamaah yang diduga menjadi korban dari selebgram tersebut.
Baca SelengkapnyaBegini detik-detik intelijen Turki gerebek persembunyian agen Mossad Israel yang hendak bunuh petinggi Hamas.
Baca SelengkapnyaHasil Investigasi Ungkap Militer Israel Perbolehkan Tentaranya Bunuh Jurnalis di Gaza
Baca SelengkapnyaKonsul Jenderal RI Jeddah tengah menelusuri keberadaan jemaah yang menjadi korban.
Baca SelengkapnyaDia sudah menerima pesan ancaman dari Israel lewat ponselnya pada Mei lalu.
Baca Selengkapnya