Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Menguak Teka-teki Mengapa China Dukung Maduro di Venezuela

Menguak Teka-teki Mengapa China Dukung Maduro di Venezuela Presiden Venezuela Maduro. ©REUTERS/Marco Bello

Merdeka.com - Pimpinan Majelis Nasional Venezuela, Juan Guaido yang mendeklarasikan dirinya sebagai presiden sementara mendesak China melepaskan dukungannya untuk Presiden Nicolas Maduro. Diketahui, China, Rusia, dan Turki tetap mendukung Maduro. Sementara AS, Kanada, dan negara anggota Uni Eropa mengakui dan mendukung Guaido sebagai presiden sementara Venezuela.

Beijing telah lama prihatin dengan krisis Venezuela. Perselisihan antara Maduro dan Guaido tentang siapa pemimpin sah negara itu sekali lagi menimbulkan pertanyaan bagaimana keterlibatan China dalam hubungan disfungsional dengan Venezuela. Ada juga rumor terkait upaya China mempromosikan dirinya sebagai pemimpin pembangunan internasional dan hubungan Selatan-Selatan.

Jawaban singkatnya, hubungan China-Venezuela yang bermasalah merupakan akibat kelirunya asumsi China terkait risiko ekonomi dan politik karena terlibat dalam kesepakatan pinjaman minyak - dan keengganan mengakui dan belajar dari kesalahan kalkulasi awal.

Berdasarkan analisis akademisi Carnegie-Tsinghua Center untuk kebijakan global, Matt Ferchen, dilansir dari The Washington Post, Kamis (7/2), ada beberapa hal yang perlu diketahui tentang harapan yang diserukan China untuk stabilitas dan kedaulatan Venezuela:

1. China dengan cepat memperluas komoditas perdagangan di Amerika Latin

Ledakan hubungan komersial China dan Amerika Latin dimulai pada awal 2000-an. Didukung oleh permintaan China yang berkembang pesat untuk komoditas mineral, pertanian, dan energi Amerika Selatan yang melimpah, China dengan cepat menjadi mitra dagang teratas atau nomor dua dari sejumlah negara di seluruh benua. Bijih besi, tembaga dan produk kedelai mendominasi perdagangan antara China dan negara-negara seperti Brasil, Chile dan Argentina. Bagi China dan Venezuela, minyak merupakan jantung dari hubungan bilateral yang semakin berkembang.

aksi protes maduro di venezuela

aksi protes maduro di venezuela ©2019 AFP PHOTO/FEDERICO PARRA

Pada awal 2000-an, China menjadi salah satu importir minyak utama dunia dan ingin memperluas dan mendiversifikasi sumber pasokannya. Setelah Hugo Chavez menjadi presiden pada 1999, Venezuela semakin menyatakan niatnya untuk mendiversifikasi hubungan perdagangan minyaknya sendiri dari ketergantungan yang berlebihan pada Amerika Serikat dan khususnya terhadap mitra di Asia seperti China dan India.

Venezuela merupakan produsen minyak utama Amerika Selatan, dan analis industri pada 2011 meyakini Venezuela memiliki cadangan minyak terbesar di dunia, bahkan melampaui Arab Saudi.

China dan Venezuela semakin mengejar struktur pinjaman minyak antar negara untuk kemitraan mereka. Di pihak China, lembaga utama adalah Bank Pembangunan China (CDB), yang meminjamkan lebih dari USD 55 miliar ke Venezuela dari 2007 hingga 2016. Di pihak Venezuela, mitra kunci adalah Chavez dan perusahaan minyak milik negara, PDVSA, di mana disepakati pemberian pinjaman dengan garansi penjualan minyak ke China.

Chavez meninggal karena kanker pada 2013, dan harga minyak jatuh pada tahun berikutnya, tetapi muncul tanda memburuknya hubungan China-Venezuela. Misalnya, aliran tahunan ekspor minyak Venezuela ke China jarang mendekati jumlah yang dijanjikan oleh para politikus di kedua pihak. Perusahaan minyak nasional China juga frustrasi dalam upaya mereka untuk mendapatkan akses ke peluang investasi hulu di Orinoco Belt Venezuela yang kaya minyak.

2. China salah perhitungan soal risiko politik

Setelah kematian Chavez dan anjloknya harga minyak sejak 2014, pertanyaan muncul, dapatkah Venezuela melunasi utangnya ke China? Terlepas dari kekhawatiran itu, kenapa China tetap mendukung pemerintah Maduro? Jawabannya terletak pada beberapa asumsi yang salah tempat tentang stabilitas hubungan China-Venezuela - dan pertaruhan yang mendukung status quo di Venezuela dipandang tidak berisiko dibandingkan dukungan publik terhadap perubahan ekonomi atau politik di negara tersebut.

Para diplomat dan peneliti China secara konsisten menggambarkan perluasan hubungan berbasis komoditas Beijing dengan Amerika Selatan sebagai "pelengkap" dan "saling menguntungkan" - dan, karenanya, secara alami memperkuat diri dan stabil. Dalam kasus hubungan China-Venezuela, pejabat China dan cendekiawan lembaga think tank secara konsisten mengandalkan lingkaran kebajikan yang diakui antara pembangunan dan stabilitas untuk menjelaskan kekuatan hubungan tersebut.

kapal china di venezuela

Kapal China di Venezuela ©REUTERS/Manaure Quintero

3. Pejabat China konsisten membangun hubungan yang saling melengkapi

Secara khusus, mereka berargumen bahwa karena kebutuhan impor minyak China yang sangat besar dan karena pasokan minyak Venezuela yang melimpah, hubungan tersebut didasarkan pada hubungan komersial yang solid yang dapat mengatasi tantangan saat krisis ekonomi Venezuela semakin dalam. China terus menggembar-gemborkan argumen keunggulan-komparatif ini bahkan di tengah-tengah kekacauan yang terus muncul di Venezuela.

Dalam kasus Venezuela, asumsi-asumsi China semacam itu didukung keyakinan bahwa hubungan itu didasarkan pada pijakan politik yang sehat. Popularitas dan komando Chavez dalam politik Venezuela, dan dukungan langsungnya bagi "kemitraan strategis yang komprehensif," meyakinkan Beijing bahwa semua sesuai keinginan.

Ketika Chavez meninggal - dan negara itu dihantam anjloknya harga minyak dan penurunan produksi - membuat Venezuela semakin cepat jatuh ke dalam krisis. Namun China menolak mengakui bahwa ada sesuatu yang salah. Mulai sekitar 2016, China mengurangi pinjamannya ke Venezuela, tetapi saat krisis semakin dalam, respons resmi Negeri Tirai Bambu selalu mengulangi harapannya akan "stabilitas" dan "pembangunan" Venezuela.

4. Beijing sedang bertaruh

Bahkan ketika krisis politik Venezuela memasuki tahap terakhir bulan lalu, China tetap enggan menyerukan perubahan politik - atau secara terbuka mengakui hubungan China-Venezuela berada dalam kondisi yang salah. Tanggapan resmi China terhadap AS dan pengakuan internasional lainnya terhadap Guaido sebagai pemimpin Venezuela telah menekankan prinsip kebijakan luar negeri non-intervensi China yang dijalani sejak lama.

Dan kemungkinan China terus berharap dukungan finansial dan diplomatiknya untuk Venezuela pada akhirnya akan membuka jalan bagi peluang perdagangan dan investasi berbasis minyak di masa depan. Dengan sikap diamnya di saat Amerika Serikat dan Rusia memutuskan mendukung pihak oposisi dan pemerintahan Maduro, China mungkin berharap bahwa upayanya untuk tampil sebagai mitra pragmatis bagi Caracas akan terbayar dengan akses masa depan yang lebih besar ke cadangan minyak Venezuela. Bagi China untuk menggambarkan dukungan keuangan dan politiknya yang panjang bagi Chavez dan Maduro sebagai hal yang praktis dan bukan ideologis, mungkin akan lebih mudah disampaikan daripada dilakukan di negara yang terpolarisasi seperti Venezuela.

(mdk/pan)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Fakta Venezuela, Negara Kaya Minyak yang Sempat Alami Krisis Ekonomi Parah dan Utang Menumpuk
Fakta Venezuela, Negara Kaya Minyak yang Sempat Alami Krisis Ekonomi Parah dan Utang Menumpuk

Venezuela menjadi negara dengan harga bahan bakar fosil termurah di dunia.

Baca Selengkapnya
BBM Indonesia Selama Ini Tenyata Bergantung ke Singapura, Padahal Tak Punya Ladangan Migas
BBM Indonesia Selama Ini Tenyata Bergantung ke Singapura, Padahal Tak Punya Ladangan Migas

Selain negara di Afrika, pemerintah juga menjajaki peluang impor minyak dari negara di kawasan Amerika Latin.

Baca Selengkapnya
Lima Negara ASEAN Simpan 'Harta Karun' Stok Minyak Bumi Terbanyak
Lima Negara ASEAN Simpan 'Harta Karun' Stok Minyak Bumi Terbanyak

Tingkat produksi dan kontribusi setiap negara bervariasi, bergantung pada cadangan yang dimiliki, teknologi eksplorasi, serta kebijakan energi nasional.

Baca Selengkapnya
Sri Mulyani: Arab Saudi dan Rusia jadi Biang Kerok Kenaikan Harga Minyak Dunia
Sri Mulyani: Arab Saudi dan Rusia jadi Biang Kerok Kenaikan Harga Minyak Dunia

Terkini, brent telah diperdagangkan pada kisaran USD95 per barel.

Baca Selengkapnya
Israel Masuk Daftar Negara Pengimpor Minyak Terbesar di Dunia, Capai Rp21 Triliun
Israel Masuk Daftar Negara Pengimpor Minyak Terbesar di Dunia, Capai Rp21 Triliun

Iran mendesak negara-negara Islam untuk mengembargo minyak ke Israel.

Baca Selengkapnya
Harga Minyak Dunia Melambung Tinggi, Subsidi BBM Bakal Makin Membengkak
Harga Minyak Dunia Melambung Tinggi, Subsidi BBM Bakal Makin Membengkak

Alokasi APBN untuk subsidi BBM memang sangat memberatkan jika harga minyak dunia tembus di kisaran USD 90 per barel.

Baca Selengkapnya
11 Negara ini 'di Balik Layar' Dukung Israel Genosida Gaza, Ada Rusia & 3 Negeri Muslim
11 Negara ini 'di Balik Layar' Dukung Israel Genosida Gaza, Ada Rusia & 3 Negeri Muslim

Beberapa negara yang masih melakukan suplai minyak ke Israel yang digunakan untuk mengoperasikan jet tempur.

Baca Selengkapnya
Ekonomi China Kalahkan Amerika Serikat, Bakal jadi Negara Adidaya?
Ekonomi China Kalahkan Amerika Serikat, Bakal jadi Negara Adidaya?

The Economist sendiri menunjukkan bahwa harga barang atau jasa di Amerika yang jika dikonversi menjadi USD100, maka di China nilai tersebut hanya USD60 saja.

Baca Selengkapnya
Pemerintah Bidik Afrika dan Amerika Latin buat Impor Minyak dan Gas
Pemerintah Bidik Afrika dan Amerika Latin buat Impor Minyak dan Gas

Negara Afrika dan Amerika Latin dipilih menjadi alternatif karena rute pengiriman tidak melintasi Timur Tengah.

Baca Selengkapnya
Ternyata Ini Sumber Uang Iran hingga Bisa Serang Israel Pakai 300 Rudal dan Drone
Ternyata Ini Sumber Uang Iran hingga Bisa Serang Israel Pakai 300 Rudal dan Drone

Ini sumber-sumber kekayaan Iran hingga bisa serang Israel menggunakan 300 rudal dan drone.

Baca Selengkapnya
Ramai Kasus Korupsi Timah Harvey Moeis, Ini 4 Negara dengan Hasil Tambang Timah Terbesar di Dunia
Ramai Kasus Korupsi Timah Harvey Moeis, Ini 4 Negara dengan Hasil Tambang Timah Terbesar di Dunia

Empat negara dengan hasil tambang terbesar di dunia.

Baca Selengkapnya
Top! Neraca Dagang Indonesia Surplus 4 Tahun Berturut-turut, Kini Capai USD 3,56 Miliar
Top! Neraca Dagang Indonesia Surplus 4 Tahun Berturut-turut, Kini Capai USD 3,56 Miliar

Surplus perdagangan pada April 2024 ini diakibatkan nilai ekspor yang masih lebih tinggi daripada impor.

Baca Selengkapnya