Minim Pendanaan, Persenjataan Militer India Makin Uzur
Merdeka.com - Wajahnya lebam dan berdarah. Dia terlihat agak terguncang. Tapi pilot Angkatan Udara India (IAF) bernama Abhinandan Varthaman itu selamat meski ditangkap militer Pakistan. Pesawatnya MiG-21 Bison yang dipilotinya bernasib lain: hancur tinggal puing karena ditembak jatuh F-16 Pakistan.
Pertempuran udara antara India dan Pakistan setelah sekitar lima dekade itu menjadi batu ujian bagi militer India dan membuat para pengamat militer tercengang. Tantangan yang dihadapi militer India memang sudah bukan rahasia lagi tapi kehilangan sebuah jet tempur dari negara yang jumlah angkatan militernya hanya sekitar separuhnya dan anggaran persenjataannya hanya seperempatnya, cukup mengejutkan.
Persenjataan militer India kini dalam kondisi mengkhawatirkan.
-
Siapa yang menembak jatuh 5 pesawat India? Tanggal 7 September 1965, jet tempur F-86 milik MM Alam mencegat konvoi jet Hawker Hunter India yang akan menyerang Pangkalan Udara Pakistan. Dari Kokpit Jet Tempurnya, MM Alam Melepaskan Tembakan Meriam dan Roket Bertubi-tubi Kurang dari satu menit, lima jet tempur Hawker Hunter India dirontokkan.
-
Siapa yang terkena dampak ancaman bom terhadap penerbangan India? Maskapai penerbangan Air India dan IndiGo masing-masing menerima ancaman untuk 21 penerbangan, sedangkan Vistara mengalami gangguan pada 20 penerbangannya.
-
Kenapa pasukan Bhayangkara sangat sedikit? Untuk menjadi anggota pasukan ini tidaklah mudah. Calon anggota Bhayangkara harus menguasai berbagai ilmu dan tangkas dalam bela diri. Alasan ini yang membuat pasukan Bhayangkara sangatlah sedikit dan terbatas.
-
Di mana pesawat jet itu hilang? Pesawat itu hilang di daerah danau 50 tahun lalu.
-
Mengapa Lempeng India terbelah? Ada banyak perdebatan di komunitas ilmiah tentang apa yang mungkin terjadi di balik terbentuknya Dataran Tinggi Tibet. Sebuah teori baru diajukan pada konferensi Persatuan Geofisika Amerika pada bulan Desember lalu, yang menyatakan bahwa Lempeng India sedang 'delaminasi'.
-
Kenapa ancaman bom terhadap penerbangan India meningkat? Telah terjadi sejumlah ancaman bom yang ditujukan kepada lebih dari 400 penerbangan domestik dan internasional yang dioperasikan oleh maskapai penerbangan India.
Menurut perkiraan pemerintah, jika perang meletus besok, India hanya mampu memasok amunisi bagi tentaranya sampai sepuluh hari saja. Dan sekitar 68 persen persenjataan militer India kini sudah uzur bahkan masuk kategori 'kuno'.
"Tentara kami kekurangan persenjataan modern, tapi mereka harus menjalankan operasi militer di abad ke-21," kata Gaurav Gogoi, anggota parlemen sekaligus anggota Komisi Pertahanan di parlemen.
Dikutip dari laman the New York Times, Minggu (3/3), pejabat Amerika Serikat yang bertugas memperkuat sekutu AS berkomentar soal militer India: rantai birokrasi membuat penjualan persenjataan dan latihan militer gabungan sulit dilakukan. Angkatan bersenjata India minim pendanaan dan angkatan laut, udara, darat mereka cenderung saling berkompetisi ketimbang bekerja sama.
Apa pun masalahnya, AS seharusnya menjadikan India sekutu penting dalam beberapa tahun ke depan untuk melawan hegemoni China di Asia.
Tahun lalu Menteri Pertahanan AS Jim Mattis mengganti nama Komando Pasifik menjadi Komando Indo-Pasifik, menandakan pentingnya peran India dalam kawasan itu.
"Itu adalah komando utama tempur yang melingkupi hampir separuh permukaan bumi dari Hollywood hingga Bollywood," kata Mattis yang kemudian mundur dari jabatannya akhir tahun lalu.
Dalam dua dekade terakhir AS mengutamakan hubungan kerja sama dengan India di saat hubungannya dengan Pakistan terganggu karena menganggap Pakistan kurang serius melawan terorisme.
persenjataan india pakistan ©nationalinterest.orgDalam satu dekade penjualan senjata AS ke India beranjak dari yang tadinya hampir nol menjadi USD 15 juta. Tapi Pakistan masih menikmati kucuran pasokan persenjataan dari AS.
Bagi India, pendanaan untuk militer masih menjadi tantangan besar.
Pada 2018 India mengumumkan anggaran militer mereka sebesar USD 45 miliar. Sebagai perbandingan China punya anggaran militer USD 175 miliar. Bulan lalu New Delhi mengumumkan menambah lagi dana itu sebesar USD 45 miliar.
Tapi ini bukan soal seberapa besar pendanaan bagi militer. Ini soal bagaimana anggaran militer itu dibelanjakan.
Sebagian besar anggaran militer untuk menggaji 1,2 juta prajurit aktif dan juga pensiunan. Hanya USD 14 miliar yang dialokasikan untuk pembelian persenjataan.
"Di saat angkatan bersenjata modern menginvestasikan dana besar untuk meningkatkan kemampuan intelijen dan teknis, kita juga harus melakukan hal yang sama," ujar Gogoi.
Tidak seperti China yang dipimpin secara otoritarian sehingga bebas menentukan kebijakan militer, India adalah negara demokrasi dengan segala permasalahannya.
Memangkas tentara di level prajurit supaya militer punya dana untuk membeli peralatan modern bukanlah hal mudah. Militer India sejak lama menjadi dambaan pencari kerja di negara yang tingkat penganggurannya cukup parah.
Selain itu ada masalah korupsi.
Perdana Menteri Narendra Modi menuai kritikan dari pihak oposisi dalam perjanjian kerja sama pembelian 36 jet tempur Rafale dari Prancis. Pihak oposisi menuding perjanjian itu rawan dikorupsi.
Pembelian jet tempur Prancis itu bisa menggantikan pesawat mereka saat ini seperti MiG-21 dan yang lainnya. Sabtu lalu Modi berdalih dengan mengatakan, seandainya India punya jet tempur Rafale maka pertempuran udara dengan Pakistan akan lain ceritanya.
"Negara ini sudah merasakan akibat dari kurangnya Rafale," kata Modi. (mdk/pan)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kekurangan besar ini terjadi setelah tentara Israel mengalami kekalahan di Lebanon saat bertempur dengan Hizbullah dan di Jalur Gaza.
Baca SelengkapnyaIni pertama kalinya militer Israel mengakui mereka kehilangan tank dalam jumlah yang signifikan di Jalur Gaza.
Baca SelengkapnyaIndonesia memastikan membeli Rafale dan Mirage 2000-5
Baca SelengkapnyaBila dibandingkan dengan negara maju, anggaran misi Chandrayaan-3 jauh di antara mereka.
Baca SelengkapnyaMenhub mengatakan, salah satu penyebab utama adalah penurunan drastis populasi pesawat di dunia, yang membuat banyak pabrikan tidak beroperasi dengan baik.
Baca SelengkapnyaAlat Utama Sistem Senjata (Alutsista) dibutuhkan sebagai urat nadi pertahanan. Pelindung langit Indonesia.
Baca SelengkapnyaPada Oktober 2020, Indonesia mendatangkan senjata dengan kode HS 93011000, yakni senjata artileri, meliputi senapan.
Baca SelengkapnyaIsrael juga kekurangan material mentah untuk memproduksi amunisi.
Baca SelengkapnyaSerangan Iran dan Hizbullah akan mengurangi kekuatan pertahanan udara Israel.
Baca SelengkapnyaKelas menengah dan menengah ke bawah di India mengalami kontraksi setelah pandemi.
Baca SelengkapnyaDikutip dari Global Fire Power, kekuatan TNI menduduki peringkat ke-13 di dunia dengan nilai Power Indeks mencapai 0,2221.
Baca SelengkapnyaPerusahaan senjata di bawah Kementerian Pertahanan India menyetujui ekspor senjata ke Israel.
Baca Selengkapnya