Pemberontak Libya Klaim Tembak Jatuh Drone Turki
Merdeka.com - Pasukan pemberontak Libya pimpinan Jenderal Khalifa Haftar mengklaim telah menembak jatuh sebuah pesawat nirawak (drone) Turki di Bandara Internasional Mitiga kemarin.
Klaim itu muncul di tengah ketegangan antara Libyan National Army (LNA) pimpinan Haftar dengan Turki, setelah Ankara menyatakan dukungannya terhadap lawan sang jenderal; pasukan Government of National Accord (GNA) atau pemerintahan Libya pimpinan Perdana Menteri Fayez al-Sarraj yang diakui internasional.
"Jet tempur kami berhasil menghancurkan (drone) Bayraktar Turki ketika tengah lepas landas," kata LNA dalam sebuah pernyataan di Facebook, dilansir Aljazeera, Senin (1/7).
-
Bagaimana cara TNI AD mengklarifikasi klaim pelaku? 'Narasi dalam video yang diunggah pelaku dalam video bahwa pelaku memiliki hubungan kerabat dengan Mayjen TNI Rifky Nawawi adalah tidak benar,' kata Kristomei saat dihubungi, Minggu (28/4).
-
Apa yang dilakukan tentara Turki di Israel? Stasiun televisi Aljazeera berbahasa Arab melaporkan ada sekitar 10.000 tentara Turki di Israel.
-
Kenapa TNI AD membantah klaim pelaku? Narasi dalam video yang diunggah pelaku dalam video bahwa pelaku memiliki hubungan kerabat dengan Mayjen TNI Rifky Nawawi adalah tidak benar,' kata Kristomei saat dihubungi, Minggu (28/4).
-
Apa yang diklaim sebagai bentuk dukungan untuk Palestina? SAYA BANTU PALESTINA1 KAOS = 1 DUKUNGAN UNTUK PALESTINAAllah bersabda Barangsiapa yang meringankan kesulitan besar seorang muslim di dunia, maka Allah akan meringankan kesulitan besarnya pada hari kiamat. (HR. Abu Hurairah)
-
Kenapa TNI bantu Aljazair? Presiden Sukarno menyatakan dukungannya untuk perjuangan rakyat Aljazair.
-
Siapa Polwan yang meraih prestasi di Turki? Sosok Briptu Tiara Nissa menjadi salah satu dari 5 lulusan terbaik pendidikan S2 nontesis di Turki.
"Pesawat itu hendak bersiap menyerang posisi pasukan bersenjata kami," lanjut klaim LNA.
Sebelumnya pada 28 Juni, juru bicara LNA, mengatakan bahwa Jenderal Haftar telah memerintahkan pasukan untuk menembak kapal dan 'berbagai kepentingan lain' milik Turki yang masuk atau berada di sejumlah wilayah di Libya.
Turki dikabarkan telah memasok drone dan truk untuk pasukan GNA.
Namun, LNA bukan tanpa dukungan asing. Sejumlah diplomat menduga bahwa pasukan pimpinan Haftar itu telah menerima dukungan dari Prancis, Uni Emirat Arab dan Mesir --Al Jazeera melaporkan.
Padahal, PBB menerapkan embargo senjata ke Libya, termasuk yang diperuntukkan bagi GNA maupun LNA.
Eskalasi
Rangkaian konflik berlarut antara LNA dengan GNA tengah berada pada salah satu titik terpanas, setelah pasukan Libya yang loyal kepada PM Sarraj merebut kota Gharyan di selatan dari milisi Haftar pada Rabu 19 Juni lalu.
Kekalahan di Gharyan merupakan sebuah kemunduran bagi LNA, yang bersekutu dengan pemerintah paralel di timur yang berbasis di Benghazi. Mereka sebelumnya juga telah gagal untuk mengambil Ibu Kota Tripoli dari tangan GNA sejak konflik bersenjata pecah beberapa bulan lalu.
Tetapi, LNA memiliki superioritas udara dan telah beberapa kali menyerang bandara internasional Tripoli, Libya yang rutin beroperasi.
Libya telah dilanda konflik bersenjata sejak penggulingan mantan pemimpinnya, Kolonel Moammar Gaddafi pada 2011. Lusinan milisi beroperasi di negara ini.
Namun, sejak beberapa waktu terakhir, milisi itu terbelah ke dua kubu: bersekutu dengan GNA yang diakui PBB; atau berkoalisi dengan LNA pimpinan Jenderal Haftar, seorang anti-Islamis yang memiliki dukungan dari Mesir dan Uni Emirat Arab, serta kuat di Libya timur.
Jenderal Haftar membantu Kolonel Gaddafi merebut kekuasaan pada tahun 1969 sebelum jatuh bersamanya dan pergi ke pengasingan di Amerika Serikat. Dia kembali pada tahun 2011 setelah pemberontakan melawan Gaddafi dimulai dan menjadi komandan pemberontak.
Pemerintah persatuan alias GNA dibentuk pada perundingan yang diperantarai komunitas internasional pada tahun 2015. Tetapi sejak itu, Jenderal Haftar telah berjuang untuk menegaskan kontrol nasional.
Di sisi lain, Perdana Menteri Fayez al-Sarraj mengatakan bahwa ia akan mempertahankan mandat kekuasaan atas GNA yang dipercayakan kepadanya.
Sarraj mengklaim bahwa ia telah menawarkan konsesi kepada Jenderal Haftar untuk menghindari pertumpahan darah, namun kemudian "ditusuk dari belakang".
Haftar, yang berusia 75 tahun, telah menggambarkan dirinya sebagai satu-satunya solusi untuk ketidakstabilan Libya, tetapi banyak pihak di negara itu khawatir dia bisa mencoba untuk mengembalikan kekuasaan otoriter.
Reporter: Rizki Akbar Hasan
Sumber: Liputan6.com
(mdk/pan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Serangan ini diluncurkan beberapa jam setelah serangan drone Israel menargetkan Lebanon selatan.
Baca SelengkapnyaSejumlah foto hingga video tersebut diperoleh usai drone tak berawak bebas melenggang masuk ke wilayah udara Israel tanpa terdeteksi.
Baca SelengkapnyaHouthi Yaman Klaim Serang Tel Aviv Pakai Drone yang Tidak Terdeteksi Radar Israel
Baca SelengkapnyaHizbullah juga menyerang markas militer Israel pada Minggu (11/8).
Baca SelengkapnyaKelompok perlawanan Libanon itu menyebut serangan ini sebagai serangan balasan pertama terhadap kematian komandan mereka akhir bulan lalu.
Baca SelengkapnyaHizbullah meluncurkan ratusan roket dan drone ke Israel pada Minggu (25/8).
Baca SelengkapnyaPasukan perdamaian TNI saksikan roket serangan di perbatasan Israel.
Baca SelengkapnyaPasukan penjajah Israel gagal menyusup ke Lebanon melalui darat karena terus dihadang pejuang Hizbullah.
Baca SelengkapnyaLedakan terjadi beberapa jam sebelum parlemen dijadwalkan bersidang kembali setelah liburan musim panas.
Baca SelengkapnyaHouthi mengklaim serangan itu berhasil mengenai target.
Baca SelengkapnyaHizbullah menghantam rumah Netanyahu dengan tiga drone.
Baca SelengkapnyaMarkas besar ini berada di pusat kota Tel Aviv, lokasi kantor Kementerian Pertahanan dan kepala staf militer.
Baca Selengkapnya