Ratusan tahanan imigrasi Australia menolak pindah dari Pulau Manus
Merdeka.com - Sebanyak 606 pengungsi menolak meninggalkan tempat penahanan imigrasi Australia di Pulau Manus, Papua Nugini. Meski pemerintah Papua Nugini sudah memutus aliran listrik dan air, serta bakal mengirim pasukan, para pengungsi dan pencari suaka menolak dipindahkan tanpa ada kejelasan nasib mereka.
Kamp yang ada di dalam pangkalan angkatan laut Manus Island dinyatakan ditutup pada Selasa siang (31/10). Berdasarkan keputusan Mahkamah Agung Papua Nugini tahun lalu yang mengatakan kebijakan Australia untuk menahan pencari suaka yang tidak resmi dan tidak konstitusional.
Kini orang-orang yang tinggal di kamp di Pangkalan Angkatan Laut Lombrun takut akan keselamatan mereka di tempat penampungan alternatif yang tersedia. Mereka takut dengan ancaman dari penduduk setempat, seperti dilansir dari Associated Press, Rabu (1/11).
-
Siapa yang terlibat dalam konflik Papua? Gerakan Papua Merdeka semakin terorganisir melalui budaya, sosial, politik luar negeri, senjata, bahkan berhasil menarik perhatian aktivis NGO.
-
Dimana pemukiman Austronesia ditemukan? Arkeolog China baru-baru ini menemukan pemukiman orang Austronesia yang berasal dari 7.300 tahun yang lalu di Pulau Pingtan, Provinsi Fujian.
-
Apa alasan utama pengepungan? Mereka mengklaim bahwa Imam Mahdi, sosok mesianik dalam Islam, telah muncul, dan mereka berusaha untuk 'membersihkan' Masjidil Haram dari praktik-praktik yang dianggap sebagai bid'ah (inovasi keagamaan).
-
Bagaimana solusi penyelesaian konflik Papua? Semua itu dilakukan melalui pendekatan pengakuan hak sipil politik, ekonomi sosial budaya, memperkuat pendidikan untuk kesadaran hak, dan memperkuat kualitas SDM anak muda dengan pendidikan adat dan pendidikan nasional.
-
Siapa yang menghuni pemukiman? Analisis genetik pada tulang manusia yang digali menunjukkan hubungan erat antara penduduk pemukiman ini dengan kelompok lain di China selatan dan Asia Tenggara.
-
Apa yang menjadi masalah akar konflik Papua? Peneliti dari Yayasan Bentala Rakyat, Laksmi Adriani Savitri mengatakan bahwa salah satu akar masalah dari konflik Papua adalah dorongan modernisasi yang dipaksakan.
Koalisi Aksi Pengungsi yang berbasis di Sydney, Australia, mengatakan teknik penghilangan generator listrik pada Rabu pagi (1/11) membuat kamp tanpa listrik, termasuk toilet yang biasa beroperasi pada pompa listrik.
Untuk memenuhi kebutuhan air, mereka masih memiliki air ledeng, meski koalisi mengatakan tidak bisa diminum.
Behrouz Boochani, seorang pria asal Iran yang tinggal di kamp itu menuliskan cuitannya.
"Mereka mengambil generator pagi ini. Tidak ada kekuatan di seluruh pusat. Kamar kecil tidak berfungsi. Semua pengungsi terbangun lagi karena ketakutan." tulisnya.
Koalisi tersebut telah mengajukan tuntutan ke pengadilan untuk menghentikan penutupan kamp tersebut.
Juru bicara koalisi Ian Rintoul mengatakan saat malam pertama tanpa petugas keamanan yang menjaga, setidaknya warga lolos dari serangan dan damai.
"Situasinya tidak bagus, tapi setidaknya tidak ada serangan di malam hari." kata Rintoul.
Rintoul mengatakan beberapa penduduk setempat membawa makanan dan air minum ke pagar sambil berkeliling, beberapa menjualnya ke orang-orang, yang lain menyumbangkan makanan tersebut.
Pejabat Papua New Guinea mengatakan fasilitas tersebut akan dikembalikan ke pasukan pertahanan pada hari Rabu, dan siapa pun yang tersisa akan dianggap melanggar basis militer.
Selama empat tahun, Australia sudah membiayai Papua Nugini, dan negara kepulauan Pasifik kecil, Nauru, untuk menampung pencari suaka yang mencoba mencapai pantai Australia dengan kapal.
Mereka adalah Muslim Rohingya dari Myanmar, Afghanistan, Iran, Sri Lanka dan negara-negara lain.
Australia sudah mengenali banyak pencari suaka. Mereka adalah pengungsi yang tidak bisa kembali ke tanah air mereka. Beberapa orang mengaku pengungsi yang ditolak sudah dikirim secara paksa ke rumah masing-masing.
Mereka yang menolak untuk dimukimkan kembali sudah mencoba mencapai negara itu (pantai Australia) dengan kapal. Padahal sebuah kebijakan melarang menyebrangi laut yang berbahaya tersebut.
Australia dan Papua Nugini masih tidak setuju mengenai siapa yang bertanggung jawab atas orang-orang Australia yang dikenali sebagai pengungsi, namun tidak akan menerima tempat tinggalnya sendiri.
Dari 606 laki-laki, sekitar 440 orang dianggap sebagai pengungsi yang sah, sementara sisanya dikategorikan sebagai pengungsi, termasuk sekitar 50 orang yang menolak untuk bekerja sama dengan proses penentuan, karena mereka mengatakan akan dipindahkan ke Papua Nugini secara tidak sah.
Otoritas Papua New Guinea telah mengerahkan polisi tambahan ke kota Lorengau dimana tiga pusat perumahan baru berada. Sekitar 100 orang melakukan protes orang awal pekan ini. Mereka menuntut Australia untuk mengambil kembali orang-orang tersebut dan mereka tidak tinggal di masyarakat. (mdk/ary)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Mereka diduga hendak diselundupkan ke Australia melalui perairan laut Kabupaten Sukabumi.
Baca SelengkapnyaDiketahui jumlah imigran Rohingya yang tiba di Aceh, telah melebihi 800 orang.
Baca SelengkapnyaSebanyak 152 orang etnis Rohingya asal Myanmar terdampar di Pantai Dewi Indah, Kecamatan Pantai Labu, Kabupaten Deli Serdang.
Baca Selengkapnya5 WN China Diamankan di Teluk Kupang, Diduga Akan Diselundupkan ke Australia
Baca SelengkapnyaMahfud MD sedang mencari jalan keluar mengenai pengungsi Rohingya yang terus bertambah datang ke Indonesia
Baca SelengkapnyaPengungsi Rohingya kini mendapat penolakan dari warga Aceh. Pemerintah diminta bertindak tegas.
Baca SelengkapnyaAksi penolakan itu dilakukan di depan tenda darurat tempat penampungan puluhan orang etnis Rohingya tersebut di Pantai Ujung Damak.
Baca SelengkapnyaMahfud mengatakan jumlah pengungsi etnis Rohingya terus bertambah karena adanya jaringan mafia tindak pidana perdagangan orang (TPPO).
Baca SelengkapnyaTeror KKB membuat warga yang menghuni lima kampung di Kabupaten Nduga, Provinsi Papua Tengah, mengungsi.
Baca SelengkapnyaMeski menolak kedatangan pengungsi Rohingya, warga Aceh tetap memberikan bantuan berupa makanan dan minuman.
Baca SelengkapnyaRatusan pengungsi Rohingya yang menumpang satu kapal kayu terdampar di tepi pantai Kulee Laweung, Kecamatan Muara Tiga, Kabupaten Pidie, Selasa (14/11).
Baca SelengkapnyaPusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) telah menurunkan statusnya dari awas level IV menjadi siaga level III.
Baca Selengkapnya