Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Sirna harapan di Afghanistan

Sirna harapan di Afghanistan Ledakan bom di Kabul. ©2018 REUTERS/Omar Sobhani

Merdeka.com - Setelah berada dalam fase kegelapan di bawah pemerintahan Taliban, Afghanistan akhirnya menemukan secercah harapan lewat invasi Amerika Serikat. Tahun-tahun tersebut adalah masa keemasan negara tersebut. Rakyat seolah berada di jalan menuju kehidupan lebih baik.

Namun tahun ini, tepatnya 15 tahun setelah masa-masa itu, Taliban kembali bangkit. Harapan yang dirasakanm kini sudah lenyap dan kehidupan rakyat Afghanistan kembali dilanda kesulitan.

Shah Marai pertama kali bekerja sebagai jurnalis foto untuk AFP pada 1998. Saat itu, kelompok Taliban masih menguasai Afghanistan. Taliban sangat membenci wartawan, sehingga Marai harus selalu berhati-hati saat meliput dan berburu gambar terbaik.

Orang lain juga bertanya?

"Saya selalu mengenakan shalwar kameez atau pakaian tradisional ketika pergi keluar untuk mengambil gambar. Saya juga menyelipkan kamera kecil di dalam syal yang melilit tangan," tulis Marai di blog pribadinya, dikutip dari laman AFP, Senin (1/5).

Di bawah pemerintahan Taliban, Marai selalu berada dalam kesulitan setiap kali bekerja. Sebab, Taliban melarang siapapun memotret semua makhluk hidup. Baik manusia maupun hewan.

Pernah suatu kali Marai memotret sebuah lokasi di luar toko roti. Saat itu masyarakat banyak yang tidak bekerja dan harga barang-barang sedang meroket. Kehidupan masyarakat berada di titik terendah. Kondisi itu selalu ingin diungkap Marai untuk membuka mata dunia. Namun Taliban tak pernah mengizinkannya.

"Mereka mendekat dan menanyakan apa yang sedang saya lakukan. Namun saya berdalih bahwa saya sedang memotret roti. Untungnya saya hidup di zaman sebelum kamera digital ada, sehingga mereka tidak bisa memeriksa gambar yang telah saya ambil," ungkapnya.

Agar tidak terlalu mencolok dan menarik perhatian, Marai jarang menaruh namanya di foto yang diterbitkan. Bisanya Marai hanya menulis 'stringer' untuk menandai foto-foto hasil bidikannya.

Pada masa itu, AFP tidak memiliki biro di Afghanistan. Marai dan rekan-rekannya menempati sebuah rumah di Wazir Akbar Khan yang dijadikan sebagai markas. Hanya ada tiga media asing yang menetap selain AFP yakni AP, Reuters, dan BBC. Namun pada tahun 2000, semua orang diusir sehingga Marai harus sendirian menetap di markas tersebut.

Berbagai peristiwa penting terekam dalam kamera Marai sebagai fotografer. Saat terjadi serangan ke AS pada 11 September yang dikerahkan oleh Alqaeda, kantor biro Marai di Islamabad memberi peringatan bahwa AS akan melakukan serangan balik ke Afghanistan. Balas dendam terekam dalam bidikan kamera.

"Pemboman dilakukan sebulan kemudian, tepatnya pada 7 Oktober 2001 lalu. Mereka menargetkan kota Kandahar dekat perbatasan Pakistan yang diklaim oleh Taliban sebagai ibu kota mereka," jelasnya.

"Saat kejadian saya mendengar pesawat di Kabul. Bom pertama dijatuhkan di dekat bandara. Saya tidak bisa tidur malam itu dan tidak bisa keluar," tambahnya.

Paginya, Marai bertolak ke bandara untuk mengambil beberapa foto. Namun kelompok Taliban yang sedang berjaga di sana menyuruhnya keluar sehingga dia pun tidak bisa mengambil banyak foto.

"Saya mengambil enam foto hari itu, hanya enam. Lalu saya pun kembali dengan sepeda, seperti pria biasa dengan syal melilit tangan saya untuk menyembunyikan kamera saya," kenangnya.

Setelah serangan itu, Taliban tak pernah lagi terlihat. Mereka menghilang bagai udara. Sejak itu, jalan-jalan mulai dipenuhi orang-orang dan mereka yang hidup di bawah bayang-bayang sebelumnya, kembali menemukan cahaya kehidupan.

Beberapa rekan wartawan mulai kembali berdatangan. Kantor Marai yang semula kosong, kini selalu terlihat ramai.

"Sungguh luar biasa melihat semua orang asing itu setelah bertahun-tahun terisolasi oleh Taliban. Itu adalah masa penuh harapan. Tahun-tahun emas. Tidak ada pertempuran di kota, dan pasukan militer dari Inggris, Prancis, Jerman, Kanada, Italia, serta Turki memenuhi berbagai wilayah," cerita Marai.

Para prajurit berpatroli di kota dengan berjalan kaki. Mengucapkan salam sambil menebar senyuman. "Saya pun bisa memotret mereka sebanyak yang saya inginkan. Saya bisa bepergian kemana saja. Semua tempat aman," lanjutnya.

Namun pada 2004, Taliban kembali. Dua tahun berikutnya mereka mulai menyebar seperti virus. Mereka pun mulai mengerahkan serangan di Kabul dan tempat-tempat yang sering dikunjungi orang asing.

"Kini Taliban ada di mana-mana. Dan kita terjebak di Kabul hampir sepanjang waktu. Pesta itu telah berakhir. Orang-orang kini tak lagi ramah di hadapan kamera. Mereka tidak lagi memercayai siapapun. Bahkan sering mengira saya sebagai mata- mata," ungkapnya.

Bagi Marai, tak ada lagi harapan di Kabul. Kembalinya Taliban membuat kehidupan menjadi semakin sulit dari sebelumnya. Dia tidak lagi berani mengajak anak-anaknya keluar rumah. Takut ada bom yang ditanam di mobil saat mereka melintas.

Ketakutan Marai menjadi kenyataan. Pada Senin (30/4) bom bunuh diri meledak di Kabul. Sebanyak 21 orang tewas di mana Marai merupakan salah satu di antaranya.

Insiden tersebut tejadi sebelum pukul 08.00 pagi di dekat markas dinas intelijen Afghanistan. Ledakan bom terdengar dua kali. Bom terakhir meledak di antara kerumunan wartawan. Pembom rupanya sengaja menyamar sebagai wartawan agar bisa menyasar para kuli tinta.

(mdk/noe)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
FOTO: Porak Poranda Afghanistan Setelah Banjir Dahsyat Bercampur Lumpur, Lebih dari 300 Orang Tewas
FOTO: Porak Poranda Afghanistan Setelah Banjir Dahsyat Bercampur Lumpur, Lebih dari 300 Orang Tewas

Di provinsi Baghlan terdapat 311 korban tewas, 2.011 rumah hancur dan hampir 3.000 rumah rusak parah.

Baca Selengkapnya
FOTO: Dahsyatnya Banjir Bandang Menerjang Arghanistan, Puluhan Tewas dan Lebih dari 40 Orang Hilang
FOTO: Dahsyatnya Banjir Bandang Menerjang Arghanistan, Puluhan Tewas dan Lebih dari 40 Orang Hilang

Sedikitnya sekitar 30 orang tewas saat terjangan banjir bandang dahsyat menyapu beberapa wilayah Afghanistan pada akhir pekan lalu.

Baca Selengkapnya
"Aku Menulis Ini Seandainya Seseorang Menemukan Mayatku di Gaza"

Agresi brutal Israel di Jalur Gaza, Palestina, dimulai sejak 7 Oktober dan telah menewaskan lebih dari 10.000 warga sipil.

Baca Selengkapnya
100 Caption Capek Bahasa Inggris dan Artinya, Luapkan Rasa Lelah dengan Kata-kata
100 Caption Capek Bahasa Inggris dan Artinya, Luapkan Rasa Lelah dengan Kata-kata

Caption dapat menjadi sarana pelampiasan banyak rasa, seperti rasa capek dan lelah dalam menjalani hidup.

Baca Selengkapnya