Uji Coba Vaksin Covid-19 Oxford Dihentikan Sementara Setelah Peserta Jatuh Sakit
Merdeka.com - Uji coba klinis terakhir vaksin virus corona, yang dikembangkan AstraZeneca dan Universitas Oxford, ditunda setelah seorang peserta di Inggris mengalami reaksi diduga tak cocok.
AstraZeneca menyebutnya sebagai sebuah penghentian sementara yang "rutin" dalam hal "penyakit yang tak dapat dijelaskan".
Hasil uji coba vaksin diperhatikan dengan teliti di seluruh dunia.
-
Siapa yang mengembangkan vaksin flu pertama? Para ilmuwan mulai mengisolasi virus flu pada tahun 1930-an, dan pada tahun 1940-an, Angkatan Darat AS membantu mensponsori pengembangan vaksin untuk melawan virus tersebut.AS menyetujui vaksin flu pertama untuk penggunaan militer pada tahun 1945 dan untuk penggunaan sipil pada tahun 1946.
-
Siapa yang terlibat dalam penelitian Covid-19 ini? Tim peneliti yang dipimpin oleh Wellcome Sanger Institute dan University College London di Inggris menemukan respons kekebalan baru yang memberikan pertahanan garis depan yang kuat.
-
Siapa yang mengumumkan penemuan vaksin kanker? Presiden Vladimir Putin mengungkapkan bahwa mereka kini selangkah lebih dekat untuk penemuan vaksin kanker.
-
Mengapa beberapa orang kebal terhadap Covid-19? Meskipun vaksin dan booster secara radikal mengurangi risiko kematian dan komplikasi berat dari COVID-19, mereka tidak banyak membantu menghentikan virus dari memasuki lapisan hidung dan sistem pernapasan.
-
Apa yang terjadi pada virus Corona varian Omicron di tubuh pria tersebut? Selama 20 bulan masa infeksi, dokter mencoba segala cara untuk membantu pria lanjut usia tersebut, namun tidak ada upaya yang berhasil.Tubuhnya tidak dapat memberikan respons kekebalan yang cukup kuat untuk melawan virus Corona, bahkan dengan bantuan obat antibodi sekalipun.
-
Di mana kasus Covid-19 pertama ditemukan? Menurut pengumuman resmi dari Presiden Joko Widodo, kasus Covid-19 pertama di Indonesia terjadi pada dua warga Depok, Jawa Barat, yang merupakan seorang ibu berusia 64 tahun dan putrinya berusia 31 tahun.
Vaksin AstraZeneca-Universitas Oxford dipandang sebagai lawan kuat di antara puluhan vaksin yang sedang dikembangkan secara global. Demikian seperti dikutip dari BBC, Rabu (9/9).
Harapan sangat tinggi vaksin ini menjadi salah satu vaksin pertama yang dipasarkan, menyusul suksesnya pengujian tahap 1 dan tahap 2.
Pengujian memasuki fase 3 dalam beberapa pekan terakhir dengan melibatkan 30.000 peserta di AS dan termasuk di Inggris, Brasil, dan Afrika Selatan. Uji coba vaksin fase 3 sering melibatkan ribuan peserta dan bisa berlangsung dalam beberapa tahun.
Situs kesehatan, Stat News, yang pertama kali melaporkan hal ini mengatakan, rincian reaksi yang merugikan peserta uji coba di Inggris tidak segera diketahui, tetapi mengutip sumber yang mengatakan mereka diperkirakan telah sembuh.
AstraZeneca di antara sembilan perusahaan yang menandatangani perjanjian untuk hanya mengajukan persetujuan regulasi setelah vaksin melalui tiga fase studi klinis.
Raksasa industri Johnson & Johnson, BioNTech, GlaxoSmithKline, Pfizer, Merk, Moderna, Sanofi dan Novavax juga menandatangani perjanjian tersebut. Mereka berjanji untuk "selalu menjadikan keselamatan dan kesejahteraan individu yang divaksinasi sebagai prioritas utama kami".
WHO mengatakan, hampir 180 kandidat vaksin diuji di seluruh dunia tapi belum ada yang merampungkan uji coba klinis. Organisasi tersebut mengatakan tidak mengharapkan vaksin memenuhi pedoman kemanjuran dan keamanannya untuk disetujui tahun ini karena butuh waktu untuk menguji keamanannya.
Hal serupa juga diungkapkan oleh Thomas Cueni, direktur jenderal Federasi Internasional Produsen Farmasi. Badan industri mewakili perusahaan yang menandatangani perjanjian tersebut.
Meskipun demikian, China dan Rusia telah mulai menyuntikkan vaksin yang dikembangkan di negaranya kepada beberapa pekerja di sektor penting. Semuanya masih terdaftar di WHO masih dalam uji klinis.
Sementara itu, BPOM AS atau FDA menyarankan agar vaksin virus corona dapat disetujui sebelum menyelesaikan uji klinis fase ketiga.
Pekan lalu juga terungkap bahwa Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) telah mendesak negara bagian untuk mempertimbangkan pengabaian persyaratan tertentu agar siap mendistribusikan vaksin potensial paling lambat 1 November - dua hari sebelum pemilihan presiden 3 November.
Meskipun Presiden Trump telah mengisyaratkan bahwa vaksin mungkin tersedia sebelum pemilihan, saingannya dari Partai Demokrat Joe Biden telah menyatakan skeptisisme bahwa Trump akan mendengarkan para ilmuwan dan menerapkan proses yang transparan. (mdk/pan)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Badan Pengawas Obat Eropa juga telah melarang peredaran vaksin ini.
Baca SelengkapnyaEpidemiolog dari Griffith University Australia, Dicky Budiman mengatakan, ada kemungkinan kasus TTS dipicu vaksin AstraZeneca.
Baca SelengkapnyaBelakangan, vaksin AstraZeneca disebut-sebut memicu kejadian trombosis with thrombocytopenia syndrome (TTS) atau pembekuan darah.
Baca SelengkapnyaKomnas KIPI sebelumnya mengatakan tidak ada kejadian sindrom TTS setelah pemakaian vaksin Covid-19 AstraZeneca.
Baca SelengkapnyaBeredar klaim penerima vaksin Covid-19 mRNA akan meninggal dalam 3 atau 5 tahun
Baca SelengkapnyaHebohnya kasus TTS berawal dari gugatan yang dilayangkan Jamie Scott ke Pengadilan Tinggi Inggris.
Baca SelengkapnyaPetugas kesehatan langsung datang ke rumah Bayi MKA, dan akhirnya dilarikan ke rumah sakit.
Baca SelengkapnyaHinky mengatakan, vaksin AstraZeneca sudah melewati tahap uji klinis tahap 1 hingga 4.
Baca SelengkapnyaPengetatan prosedur ini bercermin dari kejadian atas Yodeka Kopaba yang belakangan diketahui ternyata baru pertama kali mendaki.
Baca SelengkapnyaUndip menyayangkan penghentian sementara praktik Dekan FK Undip tersebut.
Baca SelengkapnyaMaxi berujar, kelompok pertama yang bisa mendapatkan vaksin gratis adalah yang belum pernah menerima vaksin Covid-19 sama sekali.
Baca SelengkapnyaViral Bayi Meninggal Pascaimunisasi di Sukabumi, Ini Kronologinya Menurut Kemenkes
Baca Selengkapnya