Warga muslim Florida jadi sasaran kebencian, FBI turun tangan
Merdeka.com - Minoritas muslim di Kota Fort Pierce, Florida, Amerika Serikat mengalami ancaman dan teror selama sepekan terakhir. Jamaah Masjid Jami Fort Pierce (FPIC) kerap dicemooh warga di jalan, diteriaki dengan umpatan, serta diklakson oleh mobil-mobil yang lewat.
Channel News Asia melaporkan, Kamis (16/6), ancaman terhadap komunitas minoritas muslim ditangani langsung oleh Biro Investigasi Federal (FBI). Diharapkan tak terjadi serangan fisik pada masjid-masjid seantero AS.
"Kami menanggapi serius setiap insiden serangan terhadap individu karena etnis, agama, atau orientasi seksualnya," kata Ron Hopper, Wakil Direktur FBI.
-
Siapa yang menjadi korban serangan udara di masjid? Serangan itu menewaskan 30 orang dan melukai puluhan lainnya, termasuk anak-anak.
-
Di mana pengepungan Masjidil Haram terjadi? Peristiwa ini terjadi di Kota Makkah, Arab Saudi, dan memiliki dampak yang signifikan terhadap negara tersebut.
-
Siapa yang memimpin penyerangan Masjidil Haram? Juhayman al-Otaybi adalah seorang militan Islam yang memimpin kelompok pemberontak yang merebut Masjidil Haram di Kota Makkah, Arab Saudi pada 20 November 1979.
-
Kapan pengepungan Masjidil Haram terjadi? Pengepungan Masjidil Haram pada 1979 terjadi sebagai bagian dari serangkaian peristiwa yang dikenal sebagai Pemberontakan Makkah.
-
Di mana masjid itu? Masjid Fatimah Umar di Kelurahan Bangkala, Kecamatan Manggala, Kota Makassar viral karena hendak dijual.
-
Di mana perampokan terjadi? Toko jam mewah di kawasan Pantai Indah Kapuk (PIK) 2 Tangerang disatroni perampok pada Sabtu (8/6).
Jaksa AS Lee Bentley, turut mengingatkan warga di kawasan Florida agar tidak menyalahkan umat muslim atas insiden Orlando. Melontarkan ancaman pada orang Islam saja bisa terancam hukuman pidana di Negeri Paman Sam.
"Ancaman semacam ini justru menghambat proses hukum yang sedang digelar untuk mengungkap kasus Orlando," ujarnya.
FPIC adalah masjid yang dulu kerap didatangi Omar Mateen (29) pelaku tunggal penembakan massal di Klub malam Pulse, Orlando. Aksi Mateen menewaskan 50 orang, menjadi penembakan massal terburuk sepanjang sejarah AS.
Bedar Bakht, salah satu jamaah FPIC, merasa stres karena setiap bertemu warga setempat kini ditatap dengan kebencian. Imigran berusia 50 tahun asal Pakistan itu terkejut karena bertahun-tahun mereka bisa beribadah tanpa gangguan.
"Kami tidak pernah membuat masalah. Hanya karena ulah satu orang melakukan, kami semua jadi sasaran kebencian," kata Bakht.
Jamaah FPIC kini terpaksa berjalan bersama-sama dalam kelompok besar agar menghindari pengeroyokan. Akibat insiden Orlando, kini acara buka puasa hanya dihadiri empat sampai lima orang.
(mdk/ard)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Massa muslim mengamuk setelah menuduh dua pria anggota komunitas Kristen melakukan penistaan Alquran. Ratusan orang ditangkap atas kejadian ini.
Baca SelengkapnyaKabid Humas Polda Kalimantan Timur Kombes Pol Yusuf Sutejo mengatakan, motif dari Marco Karundeng adalah kesal.
Baca SelengkapnyaMassa yang hadir mulai dari kalangan anak muda hingga ibu-ibu sambil membawa bendera merah putih dan kompak mengenakan pakaian putih.
Baca SelengkapnyaWarga Muslim khawatir masjid ini akan diambil alih oleh kelompok lain dan dijadikan kuil.
Baca SelengkapnyaPeristiwa ini memiliki implikasi signifikan dalam sejarah Arab Saudi.
Baca SelengkapnyaPolisi di India viral di media sosial usai aksinya saat menendang jamaah Muslim yang sedang sholat Jumat.
Baca SelengkapnyaSatpol PP bersama tim Pengawasan Aliran Kepercayaan Masyarakat (Pakem) menyegel satu unit bangunan di Garut, Jawa Barat, Rabu (3/7).
Baca SelengkapnyaTengah berkumpul, bocah-bocah tersebut malah kena tendang dari seorang pria.
Baca SelengkapnyaSalah satu pegawai melihat dan memviralkan ke media sosial.
Baca SelengkapnyaPisau yang dipakai pelaku WK, berasal dari pelaku MZ.
Baca SelengkapnyaPeristiwa pengeroyokan menimpa Muhyi yang diketahui merupakan ustaz memicu kemarahan warga Pandeglang dan sekitarnya.
Baca SelengkapnyaKetua RT 01 Sunardi mengatakan bahwa kejadian tersebut hanya salah paham dalam hal penyampaian saja.
Baca Selengkapnya