Cerita Masjid Tertua di Lampung Bertahan dari Letusan Dahsyat Gunung Krakatau
Merdeka.com - Jakarta - Masjid Jami Al-Anwar dikenal sebagai masjid tertua di Provinsi Lampung dan masih bertahan sampai sekarang. Masjid ini menjadi saksi bisu letusan dahsyat Gunung Krakatau di Selat Sunda pada 1883, meski saat itu sempat rusak dan sudah direnovasi beberapa kali.
Menurut catatan di sejumlah sumber, setidaknya masjid ini sudah ada sejak 1839 atau sudah berfungsi sejak sekitar 180 tahun lalu walaupun semula hanya berupa surau atau langgar kecil.
Masjik ini terletak di Jalan Laksamana Malahayati Nomor 100 Kelurahan Kangkung, Kecamatan Teluk Betung Selatan, Kota Bandar Lampung. Lokasinya sedikit ke pinggir dari pusat bisnis di kawasan Telukbetung, Bandar Lampung, tak jauh dari pusat belanja oleh-oleh kuliner khas Lampung di seberangnya.
-
Bagaimana Masjid Ulee Lheue bertahan dari Tsunami? Keajaiban terjadi ketika Aceh dilanda gelombang tsunami pada 2004 silam, masjid yang tak jauh dari pelabuhan ini pun menjadi salah satu wilayah yang paling parah. Namun, seluruh bangunannya masih berdiri kokoh dari terjangan ombak tsunami.
-
Dimana masjid tertua ini berada? Tim Arkeolog Israel menemukan sebuah masjid kuno langka di Kota Rahat, Badui Negev, Israel.
-
Mengapa Masjid Al Yaqin di Bandar Lampung menjadi tempat bersejarah? Tak hanya sebagai tempat beribadah, karena lokasi ini pernah dijadikan sebagai basis perjuangan rakyat dan para ulama. Kabarnya, masjid ini sering mengadakan pengajian sebagai salah satu cara melawan kolonial Belanda.
-
Bagaimana Masjid Agung Banten bertahan sampai sekarang? Mereka kompak mendesain dan mengerjakan Masjid Agung Banten sehingga mampu bertahan hingga sekarang.
-
Apa yang unik dari masjid tertua ini? 'Yang unik di masjid ini adalah berkembangnya keramik abad ke-7 di situs tersebut, menjadikannya salah satu masjid paling awal di dunia.'
-
Dimana masjid bersejarah itu berada? Situs ini merupakan sebuah masjid yang dibangun dari tanah dan batu oleh dinasti abad pertengahan yang berkuasa di Afrika Utara dan Spanyol.
Masjid ini juga memiliki banyak peninggalan bersejarah yang masih ada sampai sekarang. Pemerintah Provinsi Lampung melalui Kantor Wilayah Departemen Agama Provinsi Lampung bahkan menetapkan masjid ini sebagai masjid tertua dan bersejarah di Bandar Lampung yang tertuang di dalam SK Nomor: Wh/2/SK/147/1997.
Menurut penuturan Sumanta (51), salah satu pengurus Masjid Jami Al-Anwar, sejak enam tahun yang lalu, masjid ini tertua di Provinsi Lampung, bahkan berdiri sebelum Gunung Krakatau meletus, 26-27 Agustus 1883.
"Gunung Krakatau kan meletusnya tahun 1883, masjid ini sudah ada sejak tahun 1839, tetapi menurut informasi saat itu masih berbentuk surau," ujar Sumanta, saat ditemui di Masjid Jami Al-Anwar, belum lama ini, dilansir Antara.
Catatan sejarah, masjid ini dibangun oleh ulama pendatang yang berasal dari Pulau Sulawesi dari Suku Bugis. Saat masih berbentuk surau, masjid ini digunakan oleh para ulama tersebut untuk perkumpulan mengaji, bersama dengan ulama dan masyarakat setempat lainnya.
"Awalnya dibangun oleh para ulama dari Pulau Sulawesi yang kemudian datang ke Lampung, yaitu Daeng Muhammad Ali, K.H. Muhammad Said, dan H. Ismail. Setelahnya, mereka mendirikan surau untuk mengaji bersama ulama dan siapa pun masyarakat yang ingin mengaji bersama," ujarnya.
Renovasi Beberapa Kali
Surau kemudian mengalami beberapa renovasi dan perluasan bangunan sehingga membentuk masjid. Renovasi awal dilakukan lima tahun setelah Gunung Krakatau meletus.
Sekitar 1888, para ulama bersama masyarakat langsung mendirikan masjid yang lebih permanen pada tahun itu, lalu dilanjutkan renovasi, termasuk yang dilakukan pada 1972, dan terakhir pada 2015.
"Untuk renovasinya, saat Gunung Krakatau meletus, musalanya rusak hanya menyisakan tiang-tiangnya. Jadi pada tahun 1888, menurut informasi, renovasi dilakukan dengan tetap mempertahankan enam tiang yang ada. Enam tiang tersebut menggambarkan Rukun Iman," ucapnya.
Pada 1972, masjid direnovasi kembali dengan memperluas bangunan menjadi lebih besar karena jamaah yang datang saat Salat Jumat dan hari-hari besar semakin banyak jumlahnya.
Terakhir, perbaikan dan renovasi masjid ini dilakukan sekitar 2015 sampai 2016. Yang diganti hanya atap masjid, awalnya genting biasa menjadi seng baja.
Dalam buku berjudul "Masjid-Masjid Bersejarah di Indonesia" karya Abdul Baqir Zein pada 1999, keenam tiang masjid yang dibangun pada 1888 dibuat bukan menggunakan semen, melainkan campuran telur ayam dan kapur.
Setelah itu, masjid tersebut dinamakan Masjid Al-Anwar yang artinya bercahaya. Nama tersebut diharapkan masjid tersebut dapat menjadi sumber cahaya kehidupan yang dapat menerangi umat dan dipakai sampai sekarang.
Saksikan video pilihan berikut ini:
(mdk/)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Saat ini masjid tersebut hanya tersisa ruang mahrab, pondasi, dan menara yang sudah tidak utuh.
Baca SelengkapnyaBanjir lahar hujan yang melanda beberapa wilayah di Sumatera Barat (Sumbar) merenggut puluhan korban jiwa, banyak bangunan yang luluh lantak.
Baca SelengkapnyaPasca bencana banjir bandang yang menerjang Kabupaten Agam, Sumatera Barat sebuah masjid nampak berdiri sendiri di antara puing-puing bangunan lainnya.
Baca SelengkapnyaBangunan berwarna putih dengan balutan pilar-pilar menghiasi bagian depan ini dulunya sempat menjadi pengungsian di masa pemerintahan Hindia Belanda.
Baca SelengkapnyaHanya satu catatan terkait letusan Gunung Krakatau yang dibuat oleh orang pribumi. Tulisan itu berjudul “Syair Lampung Karam”.
Baca SelengkapnyaMenurut orang-orang tua yang menjadi saksi peristiwa itu, bom tepat jatuh di atas kubah masjid namun tidak hancur.
Baca SelengkapnyaMasjid ini menawarkan daya tarik arsitektur kuno dan percampuran budaya Jawa dengan Sunda
Baca SelengkapnyaMasjid ini dibangun diatas ukuran 13,1 m × 13,1 m yang terdiri dari 14 pintu jendela, 2 pintu besar, 8 tiang penyangga dan 1 tiang utama
Baca SelengkapnyaPotret bangunan masjid masih berdiri kokoh di tengah area lumpur Lapindo di Sidoarjo,Jawa Timur.
Baca SelengkapnyaBangunan yang hampir seluruh bagiannya menggunakan kayu itu menjadi bagian dari sejarah masuknya Islam di Sumbar yang berlangsung sejak ratusan tahun.
Baca SelengkapnyaSaat bencana erupsi dan tsunami berlangsung, banyak warga yang berlindung di dekat makam.
Baca SelengkapnyaKeberadaan masjid yang berada di Provinsi Bengkulu ini tak lepas dari peran Bung Karno pada masa pengasingannya.
Baca Selengkapnya