Kisah Meriam Belanda di Masjid yang Bertahan dari Letusan Gunung Krakatau
Merdeka.com - Bandar Lampung - Masjid Jami Al-Anwar dikenal sebagai masjid tertua di Provinsi Lampung dan masih bertahan sampai sekarang. Masjid ini menjadi saksi bisu letusan dahsyat Gunung Krakatau di Selat Sunda pada 1883, meski saat itu sempat rusak dan sudah direnovasi beberapa kali.
Menurut catatan di sejumlah sumber, setidaknya masjid ini sudah ada sejak 1839 atau sudah berfungsi sejak sekitar 180 tahun lalu walaupun semula hanya berupa surau atau langgar kecil.
Meskipun telah mengalami beberapa kali renovasi, ada beberapa hal yang tetap dipertahankan di masjid tersebut, seperti meriam peninggalan Belanda di depan masjid.
-
Kapan Gunung Krakatau meletus? Letusan dahsyat Gunung Krakatau terjadi pada 27 Agustus 1883.
-
Bagaimana Masjid Ulee Lheue bertahan dari Tsunami? Keajaiban terjadi ketika Aceh dilanda gelombang tsunami pada 2004 silam, masjid yang tak jauh dari pelabuhan ini pun menjadi salah satu wilayah yang paling parah. Namun, seluruh bangunannya masih berdiri kokoh dari terjangan ombak tsunami.
-
Dimana letusan gunung berapi terjadi? Pertanyaan tersebut menjadi fokus perhatian para peneliti yang mengunjungi dataran tinggi luas dan berbatu di India Barat yang terbentuk oleh lava cair, di mana mereka melakukan pengeboran batu dan mengumpulkan sampel untuk dianalisis.
-
Apa keunikan dari Masjid Merah Kedung Menjangan? Masjid Kedung Menjangan juga dikenal sebagai masjid merah, selalui Masjid Sang Cipta Rasa yang sudah lebih dulu ada. Masjid Kedung Menjangan jadi salah satu destinasi religi yang menarik di Kota Cirebon. Rumah ibadah umat Islam ini memiliki tiga identitas budaya yang tampak yakni Cirebon, Tiongkok dan Kudus, Jawa Tengah.
-
Dimana letak Masjid Merah Kedung Menjangan? Terletak persis di Kampung Kedung Menjangan, Kelurahan Kalijaga, Kecamatan Harjamukti, masjid ini juga punya arsitektur unik.
"Karena dulu kan belum ada sirene masjid seperti zaman sekarang, itu digunakan buat peringatan buka puasa. Kalau sekarang hanya dibuat pajangan," tutur Sumanta, dilansir Antara, Selasa, 15 Januari 2019.
Selain meriam, ada pula beduk hadiah dari Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) di Way Halim, Bandar Lampung yang tetap disimpan sampai sekarang, serta kitab-kitab peninggalan sejak dahulu dari berbagai bahasa yang disimpan di perpustakaan masjid.
"Yang paling dijaga juga ada kitab-kitab kuno, peninggalan dari dulu, kitab-kitab tersebut ada dalam beberapa bahasa, seperti Arab, Belanda, Portugis, dan beberapa bahasa lain yang sekarang masih disimpan di perpustakaan masjid ini," kata Sumanta.
Perpustakaan tersebut pada masa lalu dibuka untuk umum dan ada penjaganya, yaitu Noval Arbai, tetapi sekarang ditutup karena yang menjaga sudah sibuk. Sejak ojek daring ramai, dia menjadi pengojek daring. Padahal waktu dibuka untuk umum, perpustakaan di masjid yang pernah terdampak letusan Gunung Krakatau itu lumayan banyak pengunjung.
Markas Pejuang
Masjid Jami Al-Anwar bukan hanya menjadi masjid tertua di Lampung dan tempat bagi masyarakat untuk belajar mengaji sejak zaman dahulu, tetapi juga menjadi markas para pejuang kemerdekaan di Lampung. Masjid ini selalu menjadi tempat para pejuang kemerdekaan bersama para ulama mengatur strategi perjuangan seusai salat dan mengaji.
Dalam buku "Masjid-Masjid Bersejarah di Indonesia", para tokoh dan ulama yang terlibat dalam membentuk strategi perjuangan, di antaranya Haji Alamsyah Ratu Prawiranegara (mantan Menteri Agama RI), Kapten Subroto, K.H. Nawawi, dan K.H. Thoha.
Dalam buku tersebut juga dikatakan bahwa masyarakat bahu membahu dalam mempertahankan Bumi Lampung, Sang Bumi Ruwa Jurai itu dari penjajahan Belanda hingga Indonesia merdeka. Masjid Jami Al-Anwar juga sering dijadikan tempat singgah dan menginap para peziarah dari luar pulau, terutama Pulau Jawa, di Lampung.
"Bahkan, mereka kalau sehabis berziarah biasanya menginapnya di sini. Mungkin karena masjid ini masjid yang sudah ada lama, jadi orang-orang di Pulau Jawa yang suka berziarah turun temurun tahu masjid ini, jadi kalau sehabis berziarah, ya ke sini," ujarnya.
Sumanta selaku pengurus masjid berusia sekitar 180-an tahun itu, mengharapkan halaman depan masjid dibuat beraspal semua, supaya tampak lebih rapi dan bersih. Selain itu, beberapa pintu mungkin bisa ditutup agar anak-anak yang bermain tidak bolak-balik di masjid agar masjid terlihat lebih suci dan terjaga ketertiban serta keadaban. Umat juga bisa lebih khusyuk saat beribadah di masjid itu.
Lingkungan masjid memang telah dipadati dengan permukiman warga, sehingga seringkali anak-anak menggunakannya untuk bermain dan bercengkerama. Apalagi, sisi tengah masjid terdapat jalan lurus menembus ke bagian sisi lain jalan umum di sebelahnya dari pintu masuk masjid di depannya.
Saksikan video pilihan berikut ini:
(mdk/)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Menurut orang-orang tua yang menjadi saksi peristiwa itu, bom tepat jatuh di atas kubah masjid namun tidak hancur.
Baca SelengkapnyaBangunan berwarna putih dengan balutan pilar-pilar menghiasi bagian depan ini dulunya sempat menjadi pengungsian di masa pemerintahan Hindia Belanda.
Baca SelengkapnyaMasjid ini menawarkan daya tarik arsitektur kuno dan percampuran budaya Jawa dengan Sunda
Baca SelengkapnyaSaat ini masjid tersebut hanya tersisa ruang mahrab, pondasi, dan menara yang sudah tidak utuh.
Baca SelengkapnyaDi masjid ini tersimpan peci dan sorban peninggalan K.H Opo Musthofa atau Mama Kandang Sapi. Peci dan sorban itu terlihat disimpan di dalam kotak kaca.
Baca SelengkapnyaSaat bencana erupsi dan tsunami berlangsung, banyak warga yang berlindung di dekat makam.
Baca SelengkapnyaBanjir lahar hujan yang melanda beberapa wilayah di Sumatera Barat (Sumbar) merenggut puluhan korban jiwa, banyak bangunan yang luluh lantak.
Baca SelengkapnyaMasjid Jami Assuruur memiliki daya tampung yang besar. Saat penuh, 1.500 sampai 2.000 jemaah bisa melaksanakan salat di sini.
Baca SelengkapnyaPada 1947, umat islam Tanah Air berperang melawan Belanda pada hari ketiga puasa.
Baca SelengkapnyaMasjid ini dulunya merupakan bagian dari kompleks alun-alun Surabaya
Baca SelengkapnyaPasca bencana banjir bandang yang menerjang Kabupaten Agam, Sumatera Barat sebuah masjid nampak berdiri sendiri di antara puing-puing bangunan lainnya.
Baca SelengkapnyaKyai Makmur ditembak Belanda karena tidak mau diajak bekerja sama.
Baca Selengkapnya