Kisah Kedekatan Panglima Besar Soedirman dengan Anak Buah
Merdeka.com - Dalam sejarah Indonesia, Jenderal Soedirman tercatat sebagai seorang panglima besar TNI yang memiliki hubungan dekat dengan para bawahannya.
Penulis: Hendi Jo
Panglima Besar Soedirman dikenal sebagai sosok pemimpin kharismatik yang memiliki sikap tegas dan nyaris tak mengenal jalan kompromi. Ketika Presiden Sukarno, Wakil Presiden Mohammad Hatta dan Perdana Menteri Sutan Sjahrir mengambil jalan perundingan dalam menghadapi Belanda, Soedirman tetap dengan keyakinannya bahwa Indonesia harus merdeka seratus persen.
-
Siapa yang menjadi penasihat pribadi Panglima Soedirman? Pada zaman revolusi fisik, Harsono menjadi penasihat pribadi PangIima Besar Soedirman dan ikut bergerilya bersamanya.
-
Siapa yang menjadi ajudan pribadi Soedirman? Pada tahun 1946, Tjokropranolo ditunjuk menjadi ajudan pribadinya Soedirman di Yogyakarta sekaligus pangkatnya meningkat menjadi Kapten.
-
Siapa panglima Siliwangi yang dekat dengan anak buah? Mayor Jenderal Ibrahim Adjie Dikenal Sebagai Panglima Siliwangi yang Dekat dengan Anak Buah
-
Bagaimana Tjokropranolo membantu Soedirman? Selama hidupnya, Bang Nolly pernah menjabat sebagai ajudan pribadi Soedirman dan turut menyelamat nyawanya dari serangan tentara Belanda yang mencoba ingin membunuhnya.
-
Kenapa Soeharto diangkat jadi Jenderal Besar? Mabes ABRI tahun 1997 menyebutkan setidaknya ada tiga prestasi Soeharto yang membuatnya dinilai layak untuk mendapatkan gelar Jenderal Besar.
-
Kenapa Soeharto dekat dengan keluarga BJ Habibie? “Hal ini patut saya kenang. Di rumah keluarga Habibie itu terdapat suasana yang membuat anggota Staf Brigade kami kerasan,“ kata Soeharto dikutip dari HMSoeharto.id.
“Pak Dirman melihat dalam perjalanan sejarah, Belanda tak pernah memiliki niat baik terhadap kita. Jadi pikirnya, mengapa kita harus berunding dengan pihak yang sebenarnya tak menginginkan Republik Indonesia ada?” ungkap sejarawan Rushdy Hoesein.
Sikap tersebut tidak hanya diperlihatkan kepada para politisi semata. Kepada anak buah-nya pun, dia selalu memberikan kepastian bahwa dirinya tak akan pernah meninggalkan mereka.
Menurut Tjokropranolo dalam bukunya Panglima Besar TNI Jenderal Soedirman: Pemimpin Pendobrak Terakhir Penjajahan di Indonesia (Kisah Seorang Pengawal), salah satu faktor Soedirman tak mau mengikuti saran Presiden Sukarno untuk tetap tinggal di Yogyakarta saat terjadi penyerangan militer Belanda, adalah karena solidaritas dia terhadap anak buahnya yang tetap memilih bergerilya di hutan dan gunung.
“Berjuanglah terus! Saya tetap memimpin kamu sekalian. Insya Allah, Tuhan melindungi perjuangan suci,” ujar Soedirman dalam sebuah amanatnya kepada para komandan kesatuan.
Mayor Jenderal (Purn) Rachwono memiliki kenangan tersendiri dengan sikap Soedirman. Syahdan, saat dirinya masih seorang kadet di Sekolah Tentara Divisi VII Untung Suropati Malang pada Maret 1948, dia mendengar Soedirman tengah berada di Kediri. Dia lantas berbicara dengan dua rekannya, Kadet Soeprapto dan Kadet Abdulkadir.
“Bagaimana kalau kita menghadap?!” ujar Rachwono.
“Ayo! Ayo” sambut kedua kawannya hampir serempak.
Soedirman dan Anak Buah Bicara Politik
Dengan hati tidak yakin (karena mereka hanya sekadar kadet) ketiganya lantas melangkah ke kediaman Komandan Resimen Kediri, di mana Soedirman menginap. Di luar dugaan mereka, sore itu Soedirman tidak ada jadwal untuk berkegiatan dan bersedia menerima Rachwono dan kawan-kawannya.
Tanpa merasa diri lebih tinggi pangkatnya, Soedirman lantas berbicara dan diskusi berbagai masalah politik-militer dengan ketiga kadet itu.
Dia juga tanpa tedeng aling-aling menyatakan rasa ketidaksetujuannya jika para pemimpin Republik banyak memberikan konsesi-konsesi politik kepada Belanda.
Soedirman Kesal pada Jenderal Belanda
Salah satu yang dia sebut “konyol” adalah usul Panglima KNIL Letnan Jenderal S.H. Spoor yang menawarkan dibentuknya “gendarmeri” (pasukan gabungan pihak Belanda dan Indonesia) dengan KNIL sebagai pemegang kendalinya.
“Itu sama saja dengan hendak membubarkan TNI dan kalau para politikus menerimanya, apa boleh buat...” kata Soedirman sambil mengeluarkan batang-batang korek api dari dus-nya lalu tangan kanannya memperagakan gerakan menangkapi batang-batang korek api tersebut.
“Siap! Kami mendukung, Pak!” jawab ketiga kadet itu serempak.
Satu setengah jam mereka berdiskusi. Hingga tak terasa senja mendekati malam. Sebelum berpisah, Soedirman lantas mengajak Rachwono, Abdulkadir dan Soeprapto untuk makan malam. Selesai makan malam barulah mereka pulang ke mess-nya masing-masing.
Sampai ke mess, barulah Rachwono merasa aneh sendiri: kok ya berani kroco-kroco kayak mereka menghadap seorang Panglima Besar dan bicara soal politik tingkat tinggi pula, pikirnya.
“Ya tapi itulah Pak Dirman. Dia bukan hanya menganggap para bawahannya sebagai sekadar bawahan namun juga sebagai anak-anaknya. Saya beruntung pernah bicara dan berdiskusi langsung dengan beliau. Suatu pengalaman yang tak jarang didapatkan oleh prajurit-prajurit TNI lainnya,” kenang Rachwono. (mdk/noe)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Mayor Jenderal Ibrahim Adjie Dikenal Sebagai Panglima Siliwangi yang Dekat dengan Anak Buahnya, Para Prajurit TNI.
Baca SelengkapnyaDua sosok Jenderal TNI bintang lima ini ternyata pernah jadi atasan dan bawahan. Simak karier keduanya hingga mampu meraih penghargaan tertinggi militer.
Baca SelengkapnyaMeski ada bintang empat di pundak, dia selalu bertegur sapa dengan anak buah.
Baca SelengkapnyaTak main-main para jenderal ini bahkan berani menikahi putri dari para petinggi TNI.
Baca SelengkapnyaBerikut potret lawas empat Pamen TNI zaman Orde Baru kompak foto bareng.
Baca SelengkapnyaBerikut sosok empat 'anak kalong' yang mengikuti jejak sang ayah menjadi prajurit TNI.
Baca SelengkapnyaIndonesia pernah memiliki seorang Panglima TNI termuda yang menjabat saat masih berusia 19 tahun, ia adalah Jenderal besar TNI (Anumerta) Raden Soedirman.
Baca SelengkapnyaCucu para Jenderal TNI Teruskan Darah Militer, Sosok Sang Kakek Tak Sembarangan
Baca SelengkapnyaDi balik nama besar Try, ternyata ada anak cucu yang mengikuti jejak dan karir moncer sang jenderal.
Baca SelengkapnyaSejak dipisahkannya Kepolisian Republik Indonesia dan Tentara Nasional Indonesia dari ABRI per 1 April 1999, istilah Panglima ABRI diganti menjadi Panglima TNI
Baca SelengkapnyaDari sekian banyaknya cucu Soeharto yang dikenal masyarakat, beberapa di antaranya memang jarang terlihat di hadapan publik.
Baca SelengkapnyaJarang tersorot, berikut adalah potret kebersamaan enam anak Presiden Soeharto.
Baca Selengkapnya