Hampir Mirip, Begini Cara Kenali Perbedaan Gejala Sinusitis dan Covid-19
Merdeka.com - Pandemi Covid-19 belum berakhir. Masyarakat tetap dituntut untuk waspada dan tertib menerapkan prokes 5 M dalam kehidupan sehari-hari seperti mencuci tangan, memakai masker, menjaga jarak, menjauhi kerumunan, dan mengurangi mobilitas. Hal ini dilakukan demi terhindar dari paparan Covid-19. Sebab, kini gejala Covid-19 pun semakin beragam dan membingungkan karena kerap dianggap mirip dengan gejala penyakit lainnya.
Salah satu penyakit yang akhir-akhir ini dibicarakan memiliki gejala yang mirip dengan Covid-19 adalah gejala sinusitis. Sinusitis adalah inflamasi atau peradangan pada sinus. Apabila inflamasi mengenai hidung dan rongga sinus secara keseluruhan, maka kondisi ini disebut Rhinosinusitis. Gejala sinus yang sering muncul tak lain adalah demam, lesu, batuk, pilek atau hidung tersumbat. Tak heran jika sering dianggap mirip dengan gejala Covid-19.
Meskipun hampir mirip namun ada beberapa hal yang bisa membedakan gejala dari kedua penyakit tersebut.
-
Kenapa sinusitis bisa terjadi? Pada umumnya, penyakit yang menyerang area sinus ini diakibatkan oleh adanya infeksi dan iritasi.
-
Apa saja gejala hidung tersumbat? Kesulitan Bernapas melalui Hidung: Gejala ini menjadi yang paling utama saat hidung tersumbat. Penderita akan merasakan kesulitan dalam menghirup udara melalui hidung dan cenderung bernafas melalui mulut.
-
Kenapa hidung gatal bisa dipicu oleh infeksi sinus? Kondisi demam atau infeksi sinus juga bisa menyebabkan hidung dan tenggorokan terasa gatal.
-
Apa yang membuat sinusitis terasa tidak nyaman? Gangguan sinusitis bisa menjadi permasalahan yang merepotkan jika sering terjadi di tengah-tengah melakukan aktivitas. Pasalnya, penyakit ini dapat membuat menimbulkan rasa sakit dan tak nyaman pada pipi serta dahi.
-
Apa saja gejala lain yang bisa muncul selain batuk? Gejala lain yang menyertai asma meliputi mengi, sesak di dada, dan kesulitan bernapas.
-
Apa saja gejala flu? Gejala umum seperti demam, menggigil, dan nyeri tubuh biasanya muncul secara tiba-tiba, mencapai puncaknya dalam 2 hingga 4 hari pertama, dan kemudian secara perlahan mereda.
Perbedaan Gejala Sinusitis dan Covid-19
Dilansir dari E Times, ada beberapa perbedaan antara gejala sinusitis dan Covid-19, biasanya sinusitis sering ditandai dengan gejala lain seperti sakit gigi, mulut tak sedap, dan lendir yang keluar berwarna keruh.
Selain itu, sinusitis juga biasanya ditandai dengan rasa sakit di beberapa bagian sinus. Di mana hal tersebut tidak dirasakan oleh penderita Covid-19.
"Salah satu gejala infeksi sinus lebih sering membuat Anda terasa sakit di pipi dan dahi Anda” ucap Dr. William Schaffner selaku dokter Spesialis Penyakit Menular dan Profesor di Vanderbilt University School of Medicine dikutip dari liputan6.com.
Masih dikutip dari liputan6.com, dokter I Gusti Ngurah Kompiang Wiriadi Putra melalui Zoom Webinar Kesehatan bersama YPK Bali Rabu, (18/08/2021) mengimbau agar masyarakat belajar mengenali perbedaan gejala sinusitis dan Covid-19.
"Abila pasien merasakan gejala pilek seperti hidung tersumbat, meler, disertai nyeri kepala, demam dan batuk yang tak kunjung sembuh selama 1 minggu, maka konsultasikan pada dokter menjadi solusi terbaik" pungkasnya. (mdk/anf)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Sinusitis dapat menyerang siapa saja dan sering menimbulkan gejala hidung tersumbat, nyeri wajah, dan sakit kepala.
Baca SelengkapnyaBegini 10 tips ampuh mengatasi masalah masuk angin secara mandiri!
Baca SelengkapnyaTerjadinya demam merupakan hal yang biasa, namun ketika disertai dengan sejumlah hal berikut maka Anda sebaiknya waspada.
Baca SelengkapnyaMeredakan berbagai gejala sinusitis yang terjadi tiba-tiba bisa dilakukan dengan cara yang mudah. Apa saja?
Baca SelengkapnyaSelesma adalah infeksi virus yang menyerang saluran pernapasan bagian atas, seperti hidung dan tenggorokan.
Baca SelengkapnyaVarian tersebut memicu ada peningkatan kasus Covid-19 di Singapura.
Baca SelengkapnyaSinusitis kronis adalah kondisi peradangan pada sinus yang berlangsung lebih dari 12 minggu, meskipun telah menjalani pengobatan.
Baca Selengkapnya