Inspiratif, Kolong Flyover Cipinang Disulap Jadi Sentra Sayuran yang Boleh Dipetik
Merdeka.com - Kolong jembatan umumnya akan dibiarkan kosong dan tak terkelola. Namun di Kelurahan Cipinang, Jakarta Timur, sebuah kolong Flyover justru dimanfaatkan untuk membantu ketahanan pangan di tengah masa pandemi Covid-19.
Seperti dilansir dari sariagri, Selasa (29/6), kolong jembatan layang di kawasan RW 08 tersebut terlihat ditanami berbagai jenis sayuran yang bisa digunakan oleh siapa saja yang membutuhkan.
"Ketika warga gak punya penghasilan, di situ bisa dimanfaatin buat makan sehari-hari,” ujar salah seorang petugas Penanganan Prasarana dan Sarana Umum (PPSU), Dian, Sabtu (26/6) lalu.
-
Kenapa warga Jakarta beralih ke singkong? Menurut mereka, singkong lebih murah dan lebih bagus dari nasi. Harga beras di pasaran saat ini terpantau masih mengalami kenaikan. Dari informasi di sejumlah pasar tradisional, harganya telah mencapai Rp13.400 untuk jenis medium. Sedangkan untuk premium kini berada di angka Rp15.000 per kilogram, dari yang sebelumnya Rp14.000.
-
Sayuran apa saja yang cocok di pekarangan? Memilih jenis sayuran yang tepat untuk ditanam di pekarangan rumah sangat penting untuk memastikan keberhasilan kebun Anda. Pertimbangkan iklim dan kondisi cuaca di daerah Anda saat memilih sayuran.
-
Dimana warga Jakarta mencari singkong? Seperti terlihat di Pasar Kopro, Kota Jakarta Barat, sejumlah pembeli mengaku memilih alternatif sumber karbohidrat lainnya lantaran harganya lebih murah.
-
Kenapa KWT Srikandi membuat kebun sayur? Pada masa pandemi COVID-19, masyarakat harus berpikir keras bagaimana agar mereka tetap bisa mencukupi kebutuhan sehari-hari di tengah krisis ekonomi. Hal inilah yang mendorong kelompok wanita tani (KWT) Srikandi untuk membuat kebun sayur sendiri.
-
Apa saja jenis sayuran yang umum dikonsumsi di Indonesia? Pada dasarnya ada ribuan jenis sayur yang hidup di bumi. Namun hanya beberapa jenis yang umum dikonsumsi masyarakat.
-
Dimana warga menanam sayur? Lahan seluas 900 meter persegi disulap menjadi kebun produktif yang mendatangkan cuan bagi masyarakat.
Dian mengatakan, pemanfaatan tersebut merupakan inisiasi warga untuk menjalankan kegiatan urban farming di tengah terbatasnya lahan kosong di perkotaan.
Bekas Lokasi Pembuangan Bahan Bangunan
©2021 Instagram @kominfotik_jt/editorial Merdeka.com
Sebagaimana disebutkan, lokasi tersebut dahulunya merupakan lahan yang tak terpakai dan kerap digunakan untuk membuang sisa bahan bangunan. Merasa sayang karena terbengkalai, warga di sekitar lokasi pun perlahan mengalihfungsikan menjadi kawasan produktif bahan pangan.
Dian menjelaskan, jika di lokasi bernama Trasa Balong (Sentra Sayuran Bawah Kolong) telah menjadi lahan yang berguna, baik bagi yang ingin bercocok tanam, atau yang membutuhkan demi menyambung hidup.
“Dulunya di sini tempat orang buang puing-puing bangunan jadinya banyak batu yang ada di dalam tanah. Terus dibersihin dan kita campur pakai lumpur-lumpur bekas pengerukkan, terus ditambah sekam juga,” katanya.
Ditanami Berbagai Jenis Sayuran
©2021 Instagram @kominfotik_jt/editorial Merdeka.com
Adapun sederet jenis sayuran telah dibudidayakan di Trasa Balong, yakni kangkung, sawi, pokcoy, kembang kol, kubis, terong, cabai dan sayuran lainnya.
Kemudian ada juga tanaman hias, hingga apotek hidup seperti daun kelor dan tumbuhan obat lainnya. Menurut Dian, bibit-bibit sayuran di lokasi merupakan bentuk swadaya dari warga sekitar.
“Di situasi pandemi seperti ini masyarakat juga bisa menanam sendiri di lingkungan rumah masing-masing, gak harus di lahan yang besar tapi bisa menggunakan wadah kayak ember." kata Dian.
Dirawat dengan Menggunakan Pupuk Kompos Warga
©2021 Instagram @kominfotik_jt/editorial Merdeka.com
Untuk sistem perawatan tanaman sayur, Dian bersama warga di sana menggunakan bahan-bahan alami (kompos) dari sisa sampah organik (sayur dan sisa buah) warga yang tak terpakai di lokasi TPS terdekat.
Kemudian untuk menjauhkan tanaman dari hama, warga di Trasa Balong kerap memanfaatkan air cucian beras, sehingga tanaman akan lebih sehat dan terbebas dari kutu dan semut
“Sebisa mungkin kita gak menggunakan bahan-bahan kimia buat bercocok tanam di sini. Makanya warga juga senang dengan hasilnya karena kayaknya lebih sehat dengan bahan organik,” jelasnya. (mdk/nrd)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Biasanya hasil panen dari berladang tersebut diperuntukan untuk warga sekitar ataupun dijual ke warung-warung terdekat.
Baca SelengkapnyaKegiatan ini bertujuan untuk menciptakan ruang hijau produktif di tengah kota.
Baca SelengkapnyaPanen raya bersama dilaksanakan di lahan seluas 18 hektar yang berada di sekitar runway Lanud Atang Senjaja, Bogor.
Baca SelengkapnyaSemangat emak-emak tersebut bisa membantu pemenuhan kebutuhan makanan sehat di tengah harga pangan yang mahal.
Baca SelengkapnyaBerbagai jenis produk pun dihasilkan, mulai dari keripik bayam brazil, minuman rosella dan kembang telang yang juga hasil tanam sendiri.
Baca SelengkapnyaDari pemanfaatan lahan di kolong Tol Becakayu, warga dapat memanen cabai sebanyak 300 kilogram.
Baca SelengkapnyaIbu ibu di Purwakarta ini membawa inspirasi lewat ketahanan pangan
Baca SelengkapnyaGanjar memaparkan gagasan ketahanan pangan saat berdialog dengan petani Jakarta
Baca SelengkapnyaTidak hanya berhenti pada tanaman cabai, pihaknya juga mendorong Tim penggerak PKK untuk memproduksi komoditas lainnya.
Baca SelengkapnyaSetidaknya ada tiga mimpi yang dibawa yakni lingkungan, sosial dan ekonomi.
Baca SelengkapnyaIni membuktikan bahwa komoditas bawang merah dapat tumbuh dengan baik di wilayah Kabupaten Bekasi.
Baca SelengkapnyaMelihat ada sebuah lahan kosong di tempatnya terbengkalai, Purnomo mengajak warga untuk mengelolanya menjadi kebun sayur. Keberadaannya beri banyak manfaat.
Baca Selengkapnya