Tedampak Pandemi, Agen Travel di Bandung Ini Banting Setir Jual Kain Kafan Premium
Merdeka.com - Industri tour and travel menjadi salah satu sektor yang paling terdampak saat dihantam gelombang Covid-19. Bahkan untuk sekedar bertahan hidup, mereka harus rela melakukan apapun, termasuk menjual kain kafan.
Usaha itu yang kini dijalankan Edwin Miftahudin, seorang pemilik agen perjalanan Umroh asal wilayah Bandung, Jawa Barat. Di mana ia terpaksa mengubah haluan dengan menjual produk kematian yang dikemas secara menarik sehingga terlihat lebih lengkap sesuai kebutuhan.
"Jadi bisa di bidang travel itu memanglah pasti awalnya normal, tapi setelah itu munculnya pandemi ini kemudian usaha travel harus ditutup," tutur Edwin kepada wartawan Senin (11/10), melansir dari kanal YouTube Liputan6 SCTV.
-
Bagaimana UMKM bisa bertahan di masa pandemi? Lewat jalur digital itu, IniTempe bertahan, bisa bertahan selama pandemi. Omzet bulanan Benny bahkan bisa mencapai puluhan juta dari dunia digital itu.
-
Apa dampak pandemi Covid-19? Pandemi Covid-19 mengubah tatanan kesehatan dan ekonomi di Indonesia dan dunia. Penanganan khusus untuk menjaga keseimbangan dampak kesehatan akibat Covid-19 serta memulihkan ekonomi harus dijalankan.
-
Di mana UMKM Bontang terdampak pandemi? Wabah Covid-19 pada awal tahun 2020 memberikan dampak besar terhadap sektor perkonomian Indonesia, termasuk pada UMKM Kota Bontang.
-
Kenapa orang masih belanja di masa sulit? Fenomena ini dikenal dalam ilmu ekonomi sebagai Lipstick Effect. Lipstick Effect merujuk pada kecenderungan masyarakat untuk tetap membeli barang-barang yang dianggap mewah meskipun di tengah kondisi ekonomi yang mencekik.
-
Kenapa Aan mulai usaha di masa pandemi? Aan menuturkan bahwa usahanya ini dia rintis beberapa waktu lalu saat mewabahnya Covid-19 di Indonesia. Saat itu dirinya tengah pulang kampung ke Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur dan mengisi waktu dengan membuat kreasi tas jinjing perempuan.
-
Bagaimana Herd Coffee Roasters beradaptasi di masa pandemi? Mulai Adaptasi Dalam situasi sulit tersebut, Andri dan timnya beradaptasi dengan mengembangkan penjualan online melalui platform Tokopedia. Mereka memperkenalkan kemasan yang lebih kecil dan menambah variasi produk, dari kopi lokal hingga internasional.
Usaha Travel Terjun Bebas ke Angka Nol
Edwin, pengusaha travel yang banting setir jadi penjual kain kafan premium
©2021 Youtube Liputan6 SCTV/editorial Merdeka.com
Dalam kesempatan itu Edwin mengatakan, munculnya wabah yang diduga berasal dari Wuhan, China tersebut turut membuat usahanya tidak hanya turun, namun langsung terjun bebas hingga ke angka nol.
Keadaan tersebut membuatnya tidak punya cara lain untuk bisa tetap bertahan. Terlebih kebijakan pemerintah melalui Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat atau PPKM makin membuat usaha perjalanan umrohnya kian mandeg total.
"Jadi dampaknya ketika usaha lain mungkin hanya turun, tapi sektor perjalanan seperti ini langsung switch off ke angka nol dan tidak ada penghasilan sama sekali," tutur Edwin, sembari mengingat masa-masa sulit awal wabah Covid-19.
Mempertahankan Karyawan Agar Tak Dirumahkan
Edwin mengungkapkan, upayanya menjual barang di luar kebutuhan travel semata bukan demi kepentingan pribadinya, melainkan menyangkut para karyawannya agar tidak harus dirumahkan dan tetap memiliki penghasilan. Dari situ dirinya bertekad memutar setir dengan menjual perlengkapan jenazah.
Selain membuka usaha tersebut, ia juga mencoba melebarkan sayap dengan mengajak mantan chef dan pegawai hotel yang dirumahkan untuk membuka bisnis kuliner seperti sate dan nasi goreng di kawasan Margahayu, Kabupaten Bandung, Jawa Barat.
"Kegiatan ini berjalan berdasarkan hasil diskusi, serta bimbingan dari mentor bisnis. Selain itu ketika memulai menjual kain kafan premium ini juga kasus kematian akibat wabah sedang tinggi. Untuk restoran sendiri kami mulai di bulan Juli tahun lalu, jadi efek baik kita buka cabang baru dengan mengajak karyawan hotel yang dirumahkan," ungkapnya.
Membantu Geliat Industri Lain yang Terdampak
Produk kuliner yang dijual Edwin, seperti sate dan nasi goreng.
©2021 Youtube Liputan6 SCTV/editorial Merdeka.com
Usaha kain kafan premiumnya sendiri selama ini juga turut membantu pengusaha lain di sekitar Jawa Barat untuk bertahan dari dampak wabah.
Ia menyebutkan salah satunya perajin tikar di Tasikmalaya yang kembali bergeliat, usai pihaknya memesan berskala besar di sana. Kemudian ada juga industri koper dan UMKM kapas yang akhirnya bisa tetap bertahan memenuhi pesanan dari perusahaannya.
"Dari kain kafan premium ini kita coba multiplier effect ke beberapa sektor ya seperti industri koper, UMKM kapas, sampai tikar dari Tasikmalaya yang sebelumnya kekurangan order dan sekarang banyak order juga dari kita. Intinya kita mencoba memberikan efek ini juga ke para vendor," terangnya.
Paket Kain Kafan Premium
Sementara itu, salah seorang karyawan di tempat usaha Edwin, Hanifah menjelaskan jika produk kain kafan premium tersebut dirasa amat membantu masyarakat saat kasus kematian akibat Covid-19 meningkat. Pasalnya warga tidak perlu mencari bahan lain ke beda tempat, karena di sini sudah tersedia lengkap.
Dalam satu paket kain kafan premium sudah tersedia koper sebagai tempat, tikar, serbuk bidara, kapas, kapur barus, minyak dan lainnya.
"Awal saya gabung ke sini memang ngerasa takut juga, tapi setelah itu saya menemukan sisi yang unik. Karena biasanya warga atau masyarakat itu harus membeli kain kafan harus ke toko kain. Nah tapi di sini peralatannya sudah disediakan dengan lengkap, dan itu jadi salah satu yang bisa dikenalkan ke masyarakat dan motivasi untuk saya bekerja," terangnya.
Maksimalkan Penjualan Online dan Offline
©2021 Youtube Liputan6 SCTV/editorial Merdeka.com
Produk kain kafan milik Edwin dijual secara masif dengan dua metode, yakni online dan offline. Untuk yang offline ia memanfaatkan sejumlah rekanan di mitra travel, tokoh agama hingga para ibu rumah tangga.
Terakhir, Edwin sempat membagikan resep suksesnya berdasarkan ilmu dari mentor bisnisnya sehingga bisa bertahan di masa pandemi.
"Untuk hal ini saya dapet nasihat lah dari guru bisnis. Ketika masa normal, karyawan itu bekerja buat kita. Ketika masa pandemi mungkin kita lah sebagai owner yang bekerja untuk karyawan lebih keras lagi. Akhirnya muncul lah peluang-peluang tadi," tandasnya. (mdk/nrd)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Tantangan terbesar yang dihadapi saat ini adalah adanya digitalisasi dalam pemasaran dengan adanya layanan pembelian tiket secara online.
Baca SelengkapnyaUntuk tetap mempertahankan bisnisnya, Rifan melakukan berbagai inovasi produk makanan hingga bisnis oleh-oleh.
Baca SelengkapnyaHiruk pikuk Pasar Tanah Abang sebagai salah satu pasar tekstil terbesar di Asia Tenggara ternyata menyimpan lorong gelap dengan puluhan kios yang tutup.
Baca SelengkapnyaAturan ini diklaim akan mematikan usaha jasa kurir dan logistik domestik yang berujung PHK buruh.
Baca SelengkapnyaBeberapa kios di sekitar pasar juga tampak tutup, sementara pedagang yang buka hanya terlihat duduk di depan tokonya karena tidak ada pengunjung yang singgah.
Baca SelengkapnyaSKK Migas menyebut sejumlah alat pengeboran (rig) di industri sektor hulu minyak dan gas (migas) banyak yang tidak laik pakai.
Baca SelengkapnyaPemerintah diharap bersikap responsif serta tepat sasaran, sehingga sektor padat karya tekstil ini bisa bertahan menghadapi turbulensi ekonomi.
Baca SelengkapnyaLesunya industri tekstil turut berimplikasi pada PHK karyawan di sejumlah perusahaan konfeksi. Namun, Sinergi ADV mampu bertahan.
Baca SelengkapnyaSepinya pembeli di Pasar Tanah Abang sudah mulai terasa usai Lebaran 2023, dan terus mengalami penurunan pengunjung hingga saat ini.
Baca SelengkapnyaPadahal pasar pusat kota ini merupakan pasar tekstil terbesar se-Asia Tenggara.
Baca SelengkapnyaPuncak dianggap sebagai alternatif tempat wisata yang murah dan terjangkau.
Baca SelengkapnyaPerkembangan teknologi menghadirkan banyak aplikasi yang memudahkan masyarakat untuk berbelanja dari jarak jauh.
Baca Selengkapnya