Gejala Badai Sitokin pada Pasien Covid-19, Ketahui Cara Mencegahnya
Merdeka.com - Pasien Covid-19 berisiko mengalami badai sitokin bahkan saat sudah dinyatakan negatif virus Corona. Kondisi ini dapat mengancam jiwa jika tidak mendapatkan perawatan segera. Sehingga perlu diwaspadai dan ditangani secara intensif.
Melansir dari Liputan6.com, Ahli Mikrobiologi Dr Mia Miranti menjelaskan bahwa sitokin adalah protein yang dihasilkan sistem kekebalan tubuh sebagai penanda sinyal sel waktu tubuh mengalami infeksi. Badai sitokin terjadi karena reaksi berlebih dari sistem kekebalan tubuh. Pada saat virus masuk ke tubuh, sel-sel imun (sel darah putih, makrofag, dan lain-lain) akan merespons dengan melepaskan protein sitokin.
Mia yang juga Staf Pengajar Biologi di Universitas Padjajaran (Unpad) Bandung, menambahkan bahwa fungsi utama sitokin sebenarnya memberi tanda bahwa ada jaringan terinfeksi virus, lalu 'memanggil' sel-sel imun agar merusak jaringan yang terinfeksi virus.
-
Apa saja gejala yang dialami pasien pertama Covid-19? Setelah kembali ke Depok, NT mulai merasakan gejala seperti batuk, sesak, dan demam selama 10 hari. Ia berobat ke RS Mitra Depok dan didiagnosis mengidap bronkopneumonia, salah satu jenis pneumonia yang menyebabkan peradangan pada paru-paru.
-
Apa gejala yang dirasakan dari Covid Pirola? Gejala Covid Pirola Lantas, seperti apa gejala covid Pirola? Mengenai gejala yang ditimbulkan akibat infeksi Pirola, diketahui belum ada gejala yang spesifik seperti disampaikan ahli virologi dari Johns Hopkins University, Andrew Pekosz, dilansir dari Liputan 6.Namun, tetap saja ada tanda-tanda yang patut untuk Anda waspadai terkait persebaran covid Pirola. Apabila terkena COVID-19 gejala umum yang terjadi biasanya demam, batuk, sakit tenggorokan, pilek, bersih, lelah, sakit kepala, nyeri otot serta kemampuan indera penciuman berubah, maka gejala covid Pirola adalah sakit tenggorokan, pilek atau hidung tersumbat, batuk dengan atau tanpa dahak, dan sakit kepala.
-
Apa saja gejala flu? Gejala umum seperti demam, menggigil, dan nyeri tubuh biasanya muncul secara tiba-tiba, mencapai puncaknya dalam 2 hingga 4 hari pertama, dan kemudian secara perlahan mereda.
-
Apa saja gejala lain yang bisa muncul selain batuk? Gejala lain yang menyertai asma meliputi mengi, sesak di dada, dan kesulitan bernapas.
-
Apa penyakit yang bisa menyebabkan sesak napas? Penyakit yang menyebabkan sesak napas merupakan masalah kesehatan yang serius dan dapat memengaruhi kualitas hidup seseorang secara signifikan.
-
Apa dampak pandemi Covid-19? Pandemi Covid-19 mengubah tatanan kesehatan dan ekonomi di Indonesia dan dunia. Penanganan khusus untuk menjaga keseimbangan dampak kesehatan akibat Covid-19 serta memulihkan ekonomi harus dijalankan.
“Pada kasus badai sitokin, sinyal yang dikeluarkan sitokin terus terjadi tidak terkendali untuk memanggil sel imun yang akan terus merusak jaringan menyebabkan peradangan atau inflamasi,” kata Mia, dikutip Merdeka dari Liputan6.com pada Rabu (29/09).
Badai sitokin dapat menyebabkan banyak gejala yang berbeda, umumnya yang terjadi pada pasien Covid-19 adalah sesak napas hingga demam tinggi. Namun ada juga gejala badai sitokin pasien Covid-19 yang perlu diwaspadai sedini mungkin agar segera mendapatkan penanganan tepat. Berikut beberapa gejala badai sitokin:
- Demam dan menggigil.
- Sesak napas.
- Rasa kelelahan.
- Mual dan muntah.
- Sakit kepala.
- Batuk.
- Terjadi pembengkakan di tungkai
- Mengalami ruam kulit.
- Napas tidak teratur.
- Kejang.
- Mengalami halusinasi dan kebingungan.
- Tekanan darah rendah.
- Pembekuan atau penggumpalan darah.
Cara Mencegah Badai Sitokin
Munculnya badai sitokin terbilang sangat sulit diprediksi lantaran imunitas setiap orang saat terserang Covid-19 berbeda. Namun ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mencegahnya. Melansir dari website resmi Kementerian Kesehatan, berikut cara mencegahnya :
– Jangan Terinfeksi Covid-19
Sebisa mungkin jangan sampai terpapar Covid-19 agar tidak terserang badai sitokin. Sebagai upaya untuk mencegah penularan penting menerapkan protokol kesehatan 5M, memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak, menghindari kerumunan dan membatasi mobilitas secara disiplin.
- Segera Ke Rumah Sakit
Namun jika terpapar Covid 19, penting untuk mewaspadai berbagai gejala badai sitokin. Kalau gejala terasa memburuk, sebaiknya langsung mencari pertolongan ke rumah sakit meski saturasi oksigen masih bagus.
– Cegah Peradangan
Adanya serangan badai sitokin dapat meningkatkan peradangan pada organ tubuh yang diserang. Oleh karena itu, untuk mencegah serangan ‘badai’ ini lebih dahsyat, maka biasanya dokter akan mencoba untuk menyetop peradangan yang terjadi.
– Pola Hidup Sehat
Selain menerapkan prokes 5M, penting untuk menerapkan pola hidup sehat agar terhindar dari Covid 19. Salah satu pola hidup sehat yang dapat dilakukan untuk mencegah badai sitokin yaitu dengan rutin berolahraga. Setidaknya, orang dewasa harus olahraga sedang selama 150 menit per minggu. Misalnya, olahraga 25 menit selama enam hari atau 30 menit selama lima hari.
– Konsumsi makanan sehat
Cara lain untuk menjaga keseimbangan sistem kekebalan tubuh dengan mengonsumsi makanan sehat. Pastikan untuk makan banyak buah dan sayuran, memasak daging dengan benar, dan tidak terlalu banyak mengonsumsi gorengan.
– Jangan merokok
Hal tersebut untuk menjaga kondisi paru-paru tetap sehat.
– Konsumsi Vitamin D
Vitamin D yang tercukupi maka dapat meningkatkan kekebalan tubuh alamiah. Sistem kekebalan tubuh alamiah bisa mencegah badai sitokin terjadi. (mdk/anf)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Badai sitokin adalah reaksi berlebihan dari sistem kekebalan tubuh di mana tubuh melepaskan sejumlah besar sitokin sehingga menyebabkan peradangan yang ekstrem.
Baca SelengkapnyaTerjadinya demam merupakan hal yang biasa, namun ketika disertai dengan sejumlah hal berikut maka Anda sebaiknya waspada.
Baca SelengkapnyaAlergi obat merujuk pada reaksi alergi yang disebabkan oleh penggunaan obat tertentu, dan bisa memengaruhi sistem tubuh.
Baca SelengkapnyaRacun sianida meracuni tubuh dengan mengganggu kinerja sitokrom C oksidase pada sel, yang bertanggung jawab dalam mengikat oksigen.
Baca SelengkapnyaSepsis terjadi ketika sistem kekebalan tubuh bereaksi berlebihan terhadap infeksi sehingga dapat membahayakan organ lainnya.
Baca SelengkapnyaKementerian Kesehatan (Kemenkes) menyebut, perubahan gejala tersebut akibat pengaruh reaksi imunologi.
Baca SelengkapnyaRentan menyerang saat kualitas udara buruk, temukan langkah tepat penanganan ISPA!
Baca SelengkapnyaPenyakit ini tak hanya bisa menimpa orang dewasa namun juga dapat terjadi pada anak-anak atau bahkan bayi yang baru saja lahir.
Baca Selengkapnya