RS Permata Bekasi sebut tawaran vaksin palsu masuk melalui email
Merdeka.com - RS Permata Bekasi, adalah salah satu dari 14 RS yang dirilis Kementerian Kesehatan karena diduga menyediakan vaksin palsu. Sebagai tindak lanjut temuan itu, tiga pegawai Rumah Sakit Permata telah diperiksa sebagai saksi.
"Pihak kami sudah diperiksa polisi dari bagian umum sebanyak tiga orang," kata Konsultan Perusahaan RS Permata Bekasi Ahmad di Bekasi. Demikian dikutip dari Antara, Sabtu (16/7).
Menurut dia, ketiganya adalah pegawai bagian umum bukan dari perawat. Pemeriksaan seputar tudingan yang menyebut rumah sakit yang beralamat di Jalan Legenda Raya Kecamatan Mustika Jaya menggunakan vaksin palsu dari distributor tidak resmi CV Azka Medica.
-
Bagaimana cara meningkatkan ketahanan kesehatan melalui vaksin? Menkes Budi juga menambahkan, untuk mendukung ketahanan kesehatan, diperlukan penelitian yang berkelanjutan dan mengikuti perkembangan teknologi. Pemerintah melalui berbagai program terus mendorong pengembangan vaksin berbasis teknologi terkini.
-
Kenapa kasus ISPA meningkat di Jakarta? Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mencatat kasus infeksi saluran pernapasan (ISPA) di DKI Jakarta terus meningkat akibat polusi udara yang kian memburuk di Jabodetabek.
-
Siapa saja yang berisiko karena anak tidak divaksinasi? Anak yang tidak divaksinasi juga membawa risiko bagi anggota keluarga lainnya.
-
Kenapa vaksin dalam negeri penting? Hal ini disampaikannya saat meresmikan fasilitas produksi vaksin PT Biotis Pharmaceuticals Indonesia di Kabupaten Bogor, pada Rabu (11/9). Menkes Budi menekankan bahwa pengalaman sukses dalam mengembangkan Vaksin Merah Putih menunjukkan betapa krusialnya memiliki berbagai jenis vaksin untuk memastikan keamanan kesehatan masyarakat.
-
Apa itu vaksin kanker Rusia? Vaksin kenker berteknologi mRNA ini diklaim tidak hanya mampu menekan pertumbuhan tumor, tetapi juga mencegah penyebarannya (metastasis).
-
Siapa yang terlibat dalam produksi vaksin dalam negeri? Salah satu proyek unggulannya adalah pengembangan Vaksin Merah Putih atau INAVAC yang bekerja sama dengan Universitas Airlangga (Unair).
Ahmad mengaku tidak menapikan tudingan itu, sebab pihaknya memang membeli satu jenis vaksin yang diduga palsu jenis Pediacel untuk antisipasi DPT, HiB dan Polio dari distributor CV Azka Medica.
"Rumah sakit kami selama ini tidak pernah mendapat edaran dari pemerintah mengenai daftar perusahaan yang dinyatakan resmi sebagai distributor obat atau alat kesehatan," katanya.
Ahmad mengatakan, pihak rumah sakit selama ini merasa kesulitan membedakan jenis vaksin asli dan palsu karena bentuk fisik yang relatif mirip.
"Alasan kami memilih distributor CV Azka Medical juga dikarenakan sulitnya membedakan vaksin asli dan palsu. Sebab harga tidak jauh berbeda yakni Rp 866 ribu per vial yang sesuai dengan Harga Eceran Tertinggi yang ditetapkan pemerintah," katanya.
Selain itu, kemasan yang digunakan pun mirip dengan distributor lain dengan ciri memiliki batch register Dirjen POM, masa kadaluarsa, nomor register dan keterangan principal.
Ahmad mengatakan, alur pembelian vaksin dari CV Azka Medica bermula melalui surat penawaran via email yang disodorkan oknum kepada manajemen rumah sakit.
"Ada penawaran dari distributor via email. Ketika dilihat izin dan lainnya sudah ok, kita ajukan kepada bagian pengadaan, penunjang medis dan direktur," katanya.
Selanjutnya RS Permata menyetujui pembelian sebanyak 45 vial atau kemasan botol Vaksin Pediacel selama rentang waktu Oktober 2015 hingga Mei 2016.
"Kami tetap panggil perwakilan distributornya saat terjadi transaksi. Setelah itu produk di didistribusikan ke rumah sakit. Kami cek keamanannya," katanya.
Manajer Pelayanan Medis RS Permata Bekasi, Siti Yunita, menambahkan telah terjadi kelalaian pada bagian farmasi rumah sakit tersebut.
"Obat-obatan yang kita beli, kemudian diverifikasi di bagian farmasi. Namun kami akui terjadi kelemahan, sehingga produk tersebut lolos dan digunakan pasien," katanya.
Ditambahkannya, paparan Kemenkes soal vaksin palsu diakuinya sangat berdampak pada kunjungan pasien anak di rumah sakit tersebut.
"Penurunan pasien imunisasi kami terjadi sejak Kamis (14/7) atau beberapa saat setelah Kementerian Kesehatan mengumumkan vaksin palsu," ungkap Siti.
Menurut dia, rata-rata jumlah pasien imunisasi di RS yang beralamat di Jalan Legenda Raya Kecamatan Mustikajaya, Kota Bekasi, mencapai kisaran 60 orang per bulan.
"Biasanya dalam sepekan ada tiga kali agenda imunisasi. Satu agenda rata-rata diikuti maksimal lima pasien. Tapi sejak Jumat (15/7) sepi," katanya.
Pihaknya saat ini melayani pasien imunisasi jenis Tripacel, Pediacel, Ngerix B, Euvax B, Polivalen, Tuberkulin dan serum anti tetanus.
(mdk/lia)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kemenkes tidak pernah menerbitkan surat undangan Sosialisasi SE Rekrutmen Bantuan Biaya Fellowship Dokter Spesialis
Baca SelengkapnyaPihak BPJS berupaya melakukan tuntutan perdata terhadap managemen rumah sakit untuk segera mengembalikan dana kerugian tersebut.
Baca SelengkapnyaMasyarakat diimbau agar tidak mudah percaya dan tetap tenang dengan berbagai modus yang terjadi mengatasnamakan BPJS Kesehatan.
Baca SelengkapnyaKepada masyarakat diimbau agar berhati-hati terhadap penipuan yang mengatasnamakan Pos Indonesia.
Baca SelengkapnyaMarak penipuan berkedok lowongan kerja di Bekasi, milenial tak lepas dari penipuan ini.
Baca SelengkapnyaUntuk memastikan kebenaran informasi, masyarakat dapat menelpon BPJS Kesehatan Care Center 165.
Baca SelengkapnyaKemudian, untuk memperoleh bantuan tersebut, masyarakat perlu menghubungi kontak WhatsApp yang tertera pada postingan, yakni 0853-1856-8923.
Baca SelengkapnyaSetelahnya KPK baru bisa menyelidiki dugaan klaim fiktif di kasus tersebut.
Baca SelengkapnyaMengimbau kepada seluruh masyarakat untuk lebih berhati-hati
Baca SelengkapnyaPihak RSUD menjelaskan, menutup pintu dengan memalang karena takut obat-obatan dan alat medis hilang.
Baca SelengkapnyaMasyarakat harus waspada dengan adanya praktik dokter gadungan.
Baca Selengkapnya