Tinggalkan Dunia Kantor, Petani Milenial Asal Sleman Sukses Bertani Melon
Merdeka.com - Mumammad Rosul dulunya bekerja sebagai pegawai kantoran di Jakarta. Sehari-hari, dia menjalani aktivitas seperti layaknya pegawai kantoran lainnya, dengan rutinitas yang monoton.
"Ya seperti anak-anak muda saat ini lah. Pakai jas, berdasi, pakai name tag, keren lah pokoknya. Sebelum jam 8 berangkat, lalu sore pulang,” kata Muhammad Rosul dikutip dari YouTube Kementerian Pertanian yang diunggah pada Rabu (6/4) lalu.
Seiring berjalannya waktu, ia memilih untuk resign dan pulang ke desa. Di desanya yang berada di Sleman, Yogyakarta, Rosul menjadi petani melon bersama pemuda setempat. Mereka membangun ekosistem pertanian buah melon dengan sistem modern. Tempat ia bertani kemudian ia beri nama “Amar Farm”.
-
Kenapa mantan anggota DPRD ini memilih jadi petani melon? Kalau disuruh memilih antara jadi anggota dewan atau petani, ia akan cenderung memilih jadi petani karena jauh lebih nyaman. Sedangkan anggota DPRD punya tanggung jawab lebih besar pada berbagai pihak.
-
Siapa petani melon inspiratif ini? Mohammad Asnawi merupakan seorang anggota DPRD Rembang periode 2014-2019. Setelah itu ia mulai merintis hidup sebagai petani melon.
-
Dimana petani melon ini bercocok tanam? Asnawi merupakan warga Desa Kedungtulup, Kecamatan Sumber, Kabupaten Rembang. Saat masih menjadi anggota DPRD, Asnawi sebenarnya sudah dekat dengan dunia pertanian.
-
Mengapa Fatkul memilih jadi petani melon? 'Saya lalu berpikir, kalau susah dapat kerja pilihannya menciptakan pekerjaan sendiri. Akhirnya memutuskan jadi petani karena melihat peluang ke depan. Menurut saya, bisnis paling menguntungkan itu ada dua, di bidang energi dan pangan,' papar pemuda yang hobi mengutak-atik drone tersebut.
-
Siapa yang merintis pekerjaan sebagai petani di Sukomakmur? Walaupun warga asli Sukomakmur, namun Lihun merasakan betul bagaimana sulitnya merintis pekerjaan sebagai petani.
-
Kenapa petani hidroponik di Indramayu ini memilih bertani melon? Berangkat dari Keinginan Bertani Secara Praktis Jika biasanya, agar buah yang dihasilkan bagus dan manis, harus dipantau secara berkala, penyiraman rutin dan pengelolaan sinar matahari yang cukup.
Kembangkan Sistem Pertanian Modern
©YouTube/Kementerian Pertanian
Di tempatnya bertani, Rosul mengembangkan pertanian modern berupa perkebunan buah melon modern dengan teknologi green house. Sebelumnya, ia sudah memulai petualangan di bidang pertanian dengan membuka usaha peternakan bebek petelur.
“Di Indonesia itu belum banyak yang terjun ke pertanian melon yang fokus terhadap teknologi pertanian yang terus berkembang. Maka kita mencoba untuk menghadirkan pertanian yang sudah milenial. Untuk lebih mengajak sahabat muda-mudi kembali ke alam agar kebutuhan pangan di Indonesia terpenuhi,” kata Rosul.
Rosul mengatakan, alasan ia bertani buah adalah ingin mencukupi kebutuhan pangan di Indonesia. Selain itu, dia juga melihat pasar yang luas untuk konsumsi buah. Padahal dari segi pendidikan, ia mengaku bukan orang yang memiliki latar belakang pertanian.
“Jadi saya ambil asas manfaat dan bisnisnya. Ketika kita bisa memproduksi bahan pangan seperti buah, itu manfaatnya bagi masyarakat lebih luas. Karena buah itu asupan yang dibutuhkan oleh masyarakat secara luas yang tidak bergantung sama umur. Kalau dari segi bisnis, kebutuhan buah itu selalu kurang. Di Indonesia, kebutuhan melon belum banyak yang produksi,” kata Rosul.
Tidak Pakai Pestisida
©YouTube/Kementerian Pertanian
Dalam mencukupi kebutuhan pupuk tanaman melonnya, Rosul mengatakan kalau dia tidak pakai pestisida. Hal ini dikarenakan masyarakat zaman kini sudah lebih memilah dalam kualitas makanan yang akan dikonsumsi. Dengan tidak menggunakan pestisida, ia berharap buah melon yang dikonsumsi lebih menyehatkan.
“Jadi untuk nutrisi yang menghasilkan buah itu, diurai dahulu di pohonnya tanpa disemprot secara langsung. Sehingga hasil buahnya lebih bagus, lalu dari satu pohon ini kita ambil hanya satu buah, dan itu di tangkai-tangkai tertentu saja,” terang Rosul.
Ekspor hingga Mancanegara©YouTube/Kementerian Pertanian
Rosul mengatakan, hasil produksi melon di Amar Farm sudah diekspor hingga luar negeri. Bahkan ada permintaan dari negeri Jepang yang mencapai 7 ton per pekan. Walau begitu, ia ingin lebih mengutamakan permintaan dari dalam negeri walaupun harga jualnya lebih murah.
“Karena tujuan kita adalah bagaimana bisa membantu Indonesia untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat. Kita akan lebih bahagia kalau yang utama masyarakat Indonesia terpenuhi kebutuhan makanan yang sehat,” pungkas Rosul.
(mdk/shr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kalau disuruh memilih antara jadi anggota dewan atau petani, ia akan cenderung memilih jadi petani karena jauh lebih nyaman.
Baca SelengkapnyaSempat susah dapat kerja, pemuda 26 tahun ini memutuskan jadi petani melon. Kini penghasilannya mencapai Rp45 juta per bulan.
Baca SelengkapnyaPindahnya Basiron ke Kalimantan Utara tentu memerlukan banyak penyesuaian. Ia juga diketahui banting setir dalam urusan pekerjaan.
Baca SelengkapnyaHendi prihatin banyak para petani tembakau di desanya terlilit utang. Ia pun mengajak mereka untuk mengembangkan pertanian melon
Baca SelengkapnyaKecintaannya terhadap buah lokal terganggu saat mengetahui banyak buah impor justru mendominasi pasar Indonesia.
Baca SelengkapnyaSebelum terjun ke dunia pertanian, Makmur merantau ke Jepang dan bekerja di bidang manufaktur.
Baca SelengkapnyaKeputusannya menjadi petani justru memberikan pendapatan lebih dibanding menjadi karyawan dengan upah minimum.
Baca SelengkapnyaIa terobsesi tinggal di desa karena terinspirasi dari game "Harvest Moon".
Baca SelengkapnyaWalaupun warga asli Sukomakmur, namun Lihun merasakan betul bagaimana sulitnya merintis pekerjaan sebagai petani.
Baca SelengkapnyaBanyak faktor yang menyebabkan rendahnya minat masyarakat untuk menjadi petani.
Baca SelengkapnyaMeski hidup di desa, ia bisa tumbuh menjadi sosok pria yang sukses. Sehari-hari kegiatannya menjadi petani pedesaan layaknya game ternama Harvest Moon.
Baca SelengkapnyaSeorang pria asal Banyuwangi telah merantau selama puluhan tahun sebagai seorang transmigran di Kaltara dan tidak pernah pulang kampung.
Baca Selengkapnya