Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Alasan pelayanan, masyarakat kena duit tambahan

Alasan pelayanan, masyarakat kena duit tambahan Gedung Bank Indonesia. Merdeka.com / Dwi Narwoko

Merdeka.com - "I Am #LessCashSociety." Sudah tiga tahun, tepatnya 14 Agustus 2014 silam, slogan ini dikampanyekan Bank Indonesia (BI). Tujuannya sederhana. Mengajak masyarakat beralih menggunakan nontunai. Semua sudah dipermudah. Cukup bawa satu kartu saja. Kampanye ini semakin dikenal, melalui program pemerintah Gerakan Nasional Non Tunai (GNNT).

Hasil kampanye tiap tahun cukup berhasil. Tiap tahun jumlah uang elektronik beredar meningkat. Hingga Agustus 2017, tercatat sudah mencapai 68,84 juta. Kenaikan ini drastis. Bila dibanding pertama kali diperkenalkan ke publik tahun 2010 lalu. Kala itu hanya jumlah uang elektronik beredar hanya mencapai 7,91 juta. Sedangkan pertumbuhan pada tahun 2014, juga melesat bila dibandingkan tahun pertama. Pertumbuhan mencapai lebih kurang lima kali lipat atau 35,73 juta.

Program nontunai semakin dikenal. Tetapi BI baru mengeluarkan aturan. Terutama terkait pengaturan uang tambahan isi ulang uang elektronik. Melalui Peraturan Anggota Dewan Gubernur Nomor 19/10/PADG/2017 tanggal 20 September 2017. Aturan ini mengenai Gerbang Pembayaran Nasional/National Payment Gateway (PADG GPN). Melalui beleid tersebut bank sentral mengatur skema hingga biaya isi ulang.

Orang lain juga bertanya?

Selama ini tidak bisa dipungkiri, aturan biaya tambahan belum jelas. Para perusahaan pemilik fasilitas uang elektronik seenaknya membebani nasabah maupun konsumennya. Jumlahnya tidak merata. Namun, aturan itu baru bisa berlaku setelah sebulan diterbitkan.

Pungutan isi ulang uang elektronik sebelum aturan BI keluar, masih sangat beragam. Misalnya, di halte TransJakarta memungut biaya Rp 2.000 untuk mengisi ulang e-money. Namun gratis jika menggunakan kartu debit. Kemudian, isi ulang di Alfamart dan Indomart dikenakan biaya Rp 1.000. Tak hanya itu, isi ulang di ATM berbeda bank malah dikenakan biaya Rp 6.500 atau biaya transfer.

Beleid ini akhirnya diterbitkan. Tidak ada penghapusan uang tambahan. Bank sentral justru mengatur nominal uang tambahan. Semua disamakan. Pengisian ulang melalui mitra akan dikenakan biaya maksimal sebesar Rp 1.500. Pemilik uang elektronik gratis bila mengisi di tempat sesuai kartunya. Sayangnya masih dikenakan uang tambahan.

Dalam aturan ini, setiap pengisian ulang di bank penerbit sampai dengan Rp 200.000 tidak dikenakan biaya alias gratis. Namun, jika mengisi uang elektronik di atas Rp 200.000 maka dikenakan biaya maksimal Rp 750.

Kepala Pusat Program Transformasi BI, Onny Widjanarko, berdalih kehadiran aturan ini justru membuat konsumen semakin terlindungi. Meskipun harus diakui tetap dikenakan uang tambahan. "Kalau enggak (diatur) nanti enggak seragam lagi. Contohnya top up-nya di sini kena biaya Rp 1.000, di sana Rp 2.000, lewat ATM Rp 6.500. Nah kita ingin lindungi masyarakat," ucap Onny, pekan lalu.

Kebijakan skema harga ditetapkan BI berdasarkan mekanisme batas atas (ceiling price). Ini bertujuan untuk memastikan perlindungan konsumen dan pemenuhan terhadap tiap prinsip kompetisi. Di antaranya, sehat, perluasan akseptasi, efisiensi, layanan dan inovasi.

ahok resmikan e money parkir meter

Meski begitu, BI menjamin keamanan bertransaksi menggunakan uang elektronik lebih baik dibanting uang tunai. Manfaat selanjutnya, pencatatan transaksi secara otomatis sehingga memudahkan dalam menghitung aktivitas ekonomi. Ini diharapkan dapat mencegah kegiatan ekonomi legal melalui tunai.

Fasilitas ini juga bukan hanya dalam bentuk kartu. Bahkan sudah melalui ponsel pintar. Inovasi ini dilatarbelakangi dengan jumlah pengguna telepon genggam dan internet di Indonesia. Setiap tahunnya meningkat.

Mereka mencatat hampir setengah dari total jumlah pengguna internet berusia 18 tahun hingga 25 tahun. Sehingga generasi itu diharapkan menjadi garda terdepan dalam perubahan sikap sehingga dapat menciptakan komunitas Less Cash Society di lingkungan sekitarnya.

Penambahan biaya ini tetap mendapat kritik. BI dianggap bertentangan dengan konsep awal uang elektronik. Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) melihat, bank sentral seharusnya mengapresiasi masyarakat pengguna uang elektronik. Sehingga tidak harus dibebankan uang tambahan. Masyarakat pengguna seharusnya mendapatkan bonus.

Sebab, dengan uang elektronik akan membuat biaya cetak uang menjadi turun. Nah, biaya itu bisa dikonversikan BI untuk membeli atau merawat infrastruktur layanan non tunai.

"Dengan adanya cash less ini pencetakan yang juga menjadi turun," jela Ketua YLKI, Tulus Abadi kepada merdeka.com, pekan lalu.

Bank sentral memang punya pandangan sendiri soal masalah ini. Tetap membebankan biaya tambahan isi ulang mempertimbangkan kemampuan, keamanan serta kenyamanan masyarakat.

Kondisi tersebut justru dipandang YLKI terbalik. Mereka merasa pertumbuhan pengguna uang elektronik berjalan lambat. Adanya penambahan dalam pengisian ulang saldo menjadi salah satu penyebab. Padahal konsep nontunai ini dinilai langkah baik dalam perekonomian nasional.

Untuk itu, kata Tulus, sudah seharusnya masyarakat pengguna uang elektronik harus diuntungkan. "Berkembang ya tapi lambat sekali tumbuhnya. Harapan kita kalau tumbuhnya cepat, penggunanya banyak, top up mudah saya rasa yang pertama itu masyarakat diuntungkan," jelas Tulus meminta BI semakin perbaiki program ini.

(mdk/ang)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Transaksi Lelang Negara Meroket 3 Kali Lipat Capai Rp35 T, Ini Strateginya
Transaksi Lelang Negara Meroket 3 Kali Lipat Capai Rp35 T, Ini Strateginya

Digitalisasi menjadi salah satu faktor yang meningkatkan transaksi lelang.

Baca Selengkapnya
Transaksi Digital Banking Meningkat Tajam, Kartu Kredit Justru Menurun
Transaksi Digital Banking Meningkat Tajam, Kartu Kredit Justru Menurun

Nilai transaksi digital banking mencapai Rp5.163 triliun.

Baca Selengkapnya
Transaksi kripto di Indonesia Tembus Rp10,4 Triliun, Jumlah Pelanggan Naik 466.000 Tiap Bulan
Transaksi kripto di Indonesia Tembus Rp10,4 Triliun, Jumlah Pelanggan Naik 466.000 Tiap Bulan

Jika ditotal dari Januari-Agustus 2023, total nilai transaksi aset kripto sebesar Rp86,45 triliun.

Baca Selengkapnya
Keuangan Masyarakat Sudah Pulih, Kadin Proyeksi Perputaran Uang Selama Lebaran Tembus Rp157,3 Triliun
Keuangan Masyarakat Sudah Pulih, Kadin Proyeksi Perputaran Uang Selama Lebaran Tembus Rp157,3 Triliun

Dengan perputaran yang cukup besar tersebut, dipastikan ekonomi daerah akan produktif mendorong meningkatnya konsumsi rumah tangga.

Baca Selengkapnya
TransJakarta Angkut 1,3 Juta Penumpang Per Hari pada Tahun Ini
TransJakarta Angkut 1,3 Juta Penumpang Per Hari pada Tahun Ini

“Pencapaian ini terjadi pada saat libur lebaran dan libur sekolah," kata Welfizon

Baca Selengkapnya
Data Bank Indonesia: Transaksi Belanja Onlilne Capai Rp42,2 Trilliun dalam Sebulan
Data Bank Indonesia: Transaksi Belanja Onlilne Capai Rp42,2 Trilliun dalam Sebulan

Transaksi e-commerce meningkatkan percepatan perputaran uang, sehingga mendongkrak efisiensi dan produktivitas.

Baca Selengkapnya
Data Bank Indonesia: Uang Beredar di Juli 2024 Tembus Rp8.970 Triliun
Data Bank Indonesia: Uang Beredar di Juli 2024 Tembus Rp8.970 Triliun

Perkembangan peredaran uang terutama didorong oleh pertumbuhan uang beredar sempit (M1) sebesar 6,3 persen (yoy) dan uang kuasi sebesar 7,2 persen (yoy).

Baca Selengkapnya
Kemenperin Catat 74.000 Motor dan Mobil Listrik Mengaspal di Indonesia
Kemenperin Catat 74.000 Motor dan Mobil Listrik Mengaspal di Indonesia

Dalam catatan Kementerian Perindustrian, sebanyak 62.000 motor listrik dan 12.000 mobil listrik telah mengaspal di Indonesia.

Baca Selengkapnya
Transaksi Kartu Kredit Pemerintah Capai Rp427 M di Kuartal II-2023, Ini Kegunaannya
Transaksi Kartu Kredit Pemerintah Capai Rp427 M di Kuartal II-2023, Ini Kegunaannya

Transaksi Kartu Kredit Pemerintah di 2022 mencapai Rp753 miliar, meningkat dibanding tahun 2019 sebesar Rp243 miliar.

Baca Selengkapnya
Data Bank Indonesia:Uang Beredar Oktober 2024 Tembus Rp9.078 Triliun
Data Bank Indonesia:Uang Beredar Oktober 2024 Tembus Rp9.078 Triliun

Uang kartal yang beredar di masyarakat pada Oktober 2024 sebesar Rp970,1 triliun, atau tumbuh 12,4 persen (yoy).

Baca Selengkapnya
Marak Judi Online Akibat Rendahnya Literasi Keuangan
Marak Judi Online Akibat Rendahnya Literasi Keuangan

Iklan judi online membuat orang tertarik untuk masuk ke dalam aplikasi dan bermain.

Baca Selengkapnya
Penerima Beasiswa LPDP Melonjak Tajam, dari Biasanya 3.300 Orang Kini Tembus 15.000 Orang per Tahun
Penerima Beasiswa LPDP Melonjak Tajam, dari Biasanya 3.300 Orang Kini Tembus 15.000 Orang per Tahun

Terjadi peningkatan hampir 5 kali lipat dibandingkan sebelum pandemi untuk penerima beasiswa LPDP S2 dan S3 saja.

Baca Selengkapnya