Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Berbagi ilmu sampai bui

Berbagi ilmu sampai bui Khairul Ghazali. ©2016 merdeka.com/yan muhardiansyah

Merdeka.com - Pendidikan formal dikecap Khairul Ghazali (51) hanya sampai kelas 2 SMP. Namun, dia tak berhenti membaca, bahkan hingga kini bergelut dengan dunia tulis-menulis.

Beragam hal dibaca Ghazali kecil. Mulai buku agama, sastra, hingga sejarah. Ada yang dibeli, sebagian dia pinjam dari perpustakaan.

"Saya mulai gemar membaca, bahkan menulis, sejak kelas 1 SMP. Walau sekolah sampai kelas 2 SMP, saya tetap membaca. Dulu saya sekolah di SMP Muhammadiyah Gang Jawa, Sei Sikambing, Medan," kata Ghazali kepada merdeka.com.

Menurut Ghazali, sebagian besar anggota keluarganya juga senang membaca. Lelaki kelahiran Medan, 29 April 1965, itu memiliki 11 saudara.

Ghazali belajar menulis secara otodidak. Buat mengasah kemampuannya, dia mengikuti sejumlah pelatihan singkat, seperti kursus pemahaman agama Islam, bahasa, hingga jurnalistik.

Ghazali bahkan sempat merantau ke Malaysia. Di negeri jiran, dunia baca dan tulis tidak ditinggalkannya. Dia bahkan pernah menjadi jurnalis di sana. Tidak kurang dari 25 buku ditulis Ghazali terbit di sana. Temanya beragam, mulai dari agama, pendidikan, rumah tangga, kesehatan hingga motivasi.

Buku yang ditulis Ghazali di antaranya "30 Wasiat Imam Syafi'i"; "Siri Gaya Hidup Sehat: Berita Gembira buat Pesakit dan Doktor", "Kisah-Kisah Taubat dan Doa Para Nabi", "Awasi Empat Strategi Syaitan", "Kecendekiawanan Imam Ghazali : Ulama Tasawuf dan Aqidah", "Keajaiban Ayat Kursi", "Berdialog dengan Allah di Keheningan Malam", serta "Berdialog dengan Allah Menerusi Solat" .

Lama merantau, Ghazali lantas kembali ke Indonesia. Dia kemudian menetap di Tanjung Balai, Sumatera Utara. Dia kemudian berbagi ilmu agama hingga akhirnya membuka Majelis Taqlim Al Quds serta Tahfidz Alquran.

Di Tanjung Balai yang menjadi salah satu pintu keluar-masuk ke Malaysia ini, terjadi peristiwa tak mungkin dilupakan Ghazali. Selasa, 19 September 2010, dia ditangkap Detasemen Khusus 88 Antiteror di rumahnya, Jalan Bahagia Gang Sehat, Bunga Tanjung, Datuk Bandar. Dia terlibat membantu dan menyembunyikan perampok Bank CIMB Niaga, di Jalan Aksara, Medan, pada Agustus tahun sama.

Walau dibui, Ghazali tak kehilangan kreativitas. Dia terinspirasi Buya Hamka dan Pramoedya Ananta Toer yang tetap berkarya dari penjara. Belum genap sebulan setelah ditangkap Densus 88 Antiteror, Ghazali mulai menulis lagi. Ketika itu modalnya hanya ingatan, kertas, pulpen, dan Alquran. Di dalam bui, buku-buku yang ditulis Ghazali berubah arah dari pemahaman sebelumnya.

"Kita kan melakukan perenungan dan evaluasi," ujar Ghazali.

Sekitar November 2010, buku "Aksi Perampokan Bukan Fa'i" rampung ditulisnya. Buku setebal 109 halaman itu kemudian diterbitkan Grafindo Khazanah Ilmu pada Juni 2011. Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) membantu penerbitannya.

Dua bulan setelah buku itu diterbitkan, Agustus 2011, majelis hakim Pengadilan Negeri (PN) Medan menyatakan Ghazali bersalah. Dia diganjar hukuman lima tahun penjara. Jaksa tidak terima dan banding. Majelis hakim Pengadilan Tinggi (PT) Medan menerima permohonan itu dan menambah hukumannya menjadi enam tahun penjara.

Saat menjalani hukuman, Ghazali terus saja menulis. Kali ini semakin mudah karena dia mendapatkan bantuan laptop. Buku "Mereka Bukan Thaghut", novel "Kabut Jihad", "Aksi Teror Bukan Jihad" dan "Tazkirah untuk Pengantin Jihad" pun diterbitkan.

Karya itu membuat Ghazali seakan berseberangan dengan kawan-kawan seperjuangannya. Dia dianggap pengkhianat. Beberapa pihak menyindir "kebebasannya" menghadiri peluncuran dan bedah buku di hotel meski berstatus tahanan. Namun, Ghazali membantah tudingan itu. Ghazali merasa karya dia tulis merupakan hasil perenungan, sehingga menyadari penyimpangan yang dilakukan sebelumnya.

"Saya hanya ingin meluruskan pemikiran kawan-kawan, juga pemikiran diri sendiri," ucap Ghazali.

Setelah menjalani hukuman penjara selama 50 bulan, Ghazali bebas bersyarat tahun lalu. Lepas dari penjara, dia lantas mendirikan Pesantren Darusy Syifaa di Dusun 4 Desa Sei Mencirim, Kutalimbaru, Deli Serdang, Sumut, pada Agustus 2015. Modal awalnya berasal dari royalti buku-bukunya dan bantuan kerabat.

Misi pesantren didirikan Ghazali memang khusus, yakni rehabilitasi teroris. Lembaga ini diklaim pertama dan satu-satunya di Indonesia, karena mengkhususkan diri mendidik anak-anak tersangka atau terpidana kasus terorisme. Dia berharap anak-anak itu mendapatkan pendidikan, tentunya soal Islam.

(mdk/ary)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
VIDEO: Pegi Diajak Hotman Makan Ramen Gratis Usai Menang Praperadilan Kasus Vina
VIDEO: Pegi Diajak Hotman Makan Ramen Gratis Usai Menang Praperadilan Kasus Vina

Pegi Setiawan menceritakan pengalamannya saat berada di dalam sel tahanan.

Baca Selengkapnya
VIDEO: Pegi Blak-Blakan Perlakukan Tahanan Lain Selama di Penjara
VIDEO: Pegi Blak-Blakan Perlakukan Tahanan Lain Selama di Penjara

Pegi mengaku sempat berpindah blok saat berada di dalam penjara

Baca Selengkapnya
Kisah Perjuangan Ahmad Tohari, Memilih Pulang ke Kampung Halaman untuk Kembangkan Budaya Banyumas
Kisah Perjuangan Ahmad Tohari, Memilih Pulang ke Kampung Halaman untuk Kembangkan Budaya Banyumas

Ia rela meninggalkan jabatan seorang redaktur dan pulang ke kampung halaman untuk menjadi seorang novelis.

Baca Selengkapnya
Kuliah dari Balik Jeruji Besi, Begini Kisah Inspiratif 15 Narapidana Lapas Madiun Raih Gelar Diploma
Kuliah dari Balik Jeruji Besi, Begini Kisah Inspiratif 15 Narapidana Lapas Madiun Raih Gelar Diploma

Menjadi narapidana tidak mematahkan semangat mereka untuk belajar

Baca Selengkapnya
Contoh Essay Biodata beserta Cara Membuatnya
Contoh Essay Biodata beserta Cara Membuatnya

Essay biodata adalah bentuk tulisan yang memberikan gambaran lengkap tentang diri kita, baik itu latar belakang, pengalaman, atau pemikiran yang kita miliki.

Baca Selengkapnya
Cerita Lettu Cke Rizal Mutaqin Suka Menulis Sejak Kecil Hasilkan Karya 10 Buku 'Pena Lebih Tajam dari Peluru'
Cerita Lettu Cke Rizal Mutaqin Suka Menulis Sejak Kecil Hasilkan Karya 10 Buku 'Pena Lebih Tajam dari Peluru'

Berikut cerita Lettu Cke Rizal Mutaqin yang sudah hasilkan karya 10 buku.

Baca Selengkapnya
Pemkot Madiun Beri Beasiswa Kuliah untuk Narapidana, Ini Syaratnya
Pemkot Madiun Beri Beasiswa Kuliah untuk Narapidana, Ini Syaratnya

Narapidana yang merupakan warga Kota Madiun berkesempatan dapat beasiswa kuliah dari pemkot setempat. Ini syaratnya.

Baca Selengkapnya
Mengenal Gilang Permadi, Ilustrator dan Penulis Buku Anak Asal Indramayu yang Karyanya Menyebar sampai Papua
Mengenal Gilang Permadi, Ilustrator dan Penulis Buku Anak Asal Indramayu yang Karyanya Menyebar sampai Papua

Karyanya bisa dilihat di banyak toko buku besar se-Indonesia.

Baca Selengkapnya