Bergeliat di tengah kemajuan teknologi
Merdeka.com - Noor Hikmah (42) sejenak diajak bernostalgia dengan masa mudanya. Tepatnya pada era 1980-an. Dia berbagi kisah tentang pengalaman berkirim surat kala itu.
Kantor pos bagi dia tidak asing. Sebab di masa lalu dia bolak-balik ke sana buat mengirim surat guna bertukar kabar dan menyapa sahabat pena.
"Gemar sekali, terutama untuk mengirim kartu ucapan baik lebaran, perayaan keagamaan, maupun ultah (ulang tahun), atau surat menanyakan kabar baik ke teman atau keluarga," kata Hikmah kepada merdeka.com.
-
Bagaimana PO Medan Jaya berkembang? Dua tahun usai didirikan, PO Medan Jaya menambah armada sebanyak 8 unit bus Mercedes-Benz baru.Pencapaian ini tak terlepas dari pelayanan dan efisiensi waktu yang baik yang membuat mereka berhasil berkembang.
-
Apa itu perkembangan teknologi? Perkembangan teknologi adalah fenomena yang tidak dapat dielakkan dalam kehidupan manusia.
-
Apa fungsi kantor pos ini? Kantor pos ini dahulu jadi tempat perputaran informasi tentang kondisi seluruh wilayah Indonesia di masa penjajahan Belanda.
-
Apa ciri khas PO Medan Jaya? Terkenal dengan perjalanan yang cepat sampai tujuan, kisah di balik berdirinya PO Medan Jaya ini tak lepas dari sosok Kim Tarigan.
-
Kenapa Kemkominfo dorong kemajuan teknologi? Kami lakukan untuk mendorong kemajuan teknologi dan ekonomi bangsa yang lebih baik dan membuka berbagai ruang bagi masyarakat Indonesia,' pungkasnya.
-
Gimana pengaruh teknologi ke tenaga kerja? Kondisi ini ditambah efisiensi penggunaan tenaga kerja sebagai akibat inovasi teknologi
Surat pertama dia tulis ditujukan kepada sahabat pena dikenalnya melalui Majalah Ananda, kini diterbitkan kembali dengan nama Majalah Halo Nanda. Hikmah juga menyatakan sempat mengoleksi perangko, kartu pos, dan kertas surat berwarna-warni. Namun seiring zaman, dia meninggalkan kebiasaan menulis surat.
"Sekarang sudah enggak tahu kemana koleksinya, sudah hilang," ujar Hikmah.
Menurut Hikmah, terkadang tidak semua suratnya sampai ke alamat dituju. Malah ada juga nyasar. Beda halnya jika dia menggunakan layanan pos kilat khusus. Kalau suratnya tersangkut entah di mana, bisa dilacak. Maklum, di masa itu pesawat telepon masih menjadi barang mewah. Termasuk perangkat radio amatir. Cuma segelintir orang menggunakannya. Maka peran pos amat vital.
Siwi Subiantoro (36) yang menetap di Bekasi juga berbagi cerita tentang pengalaman menulis surat ketika di sekolah dasar. Saat itu, lanjut dia, menulis surat adalah salah satu bahan ujian. Dia juga mengoleksi benda pos. Dia juga mengenang saat menulis surat buat kekasihnya.
"Dulu nulis surat buat lucu-lucuan saja," kata Siwi.
Siwi juga kerap berkirim surat dengan kerabatnya di luar negeri. Menurut dia, jika ingin surat cepat sampai, maka mesti membeli perangko paling mahal.
"Perangko dulu ada harga Rp 1000, Rp 2000, dan bervariasi bentuknya," ujar Siwi.
Lain lagi dengan Barokah (40). Dia merasa surat sangat penting saat masih mengadu nasib di Arab Saudi menjadi tenaga kerja Indonesia. Sebab, hal itu bukan cuma buat memberi kabar keadaan dia kepada keluarganya di Pekalongan, Jawa Tengah. Perempuan itu juga mesti teliti saat mengirim surat. Sebab jika salah kode pos, surat tak bakal sampai.
"Pas kirim surat sekalian kasih uang karena dulu belum mengerti dan mengenal ATM," kata Barokah.
Kini, kebanyakan dari mereka sudah tak melakoni menulis surat. Sebab, kemajuan teknologi sudah mengubah kebiasaan itu.
Enggan terhimpit zaman
Kegiatan pos di Indonesia dimulai sejak 1602. Namun, Gubernur Jenderal Hindia-Belanda, G. W. Baron van Imhoff, baru mendirikan kantor pos pertama di Jakarta pada 1746.
Lantaran perkembangan teknologi sangat pesat, cara masyarakat menyampaikan kabar berubah. Setelah pesan pendek, aplikasi macam BlackBerry Messenger, WhatsApp, dan lainnya mendominasi.
Humas PT Pos Indonesia, Sofian, mengaku pengiriman surat sudah menurun. Di daerah, kata dia, kegiatan mengirim surat masih dilestarikan karena ada komunitas sahabat pena masih bergeliat.
"Jujur saja saat ini orang lebih sibuk dengan gadget. Di beberapa negara masih banyak yang menggunakan jasa pengiriman surat," kata Sofian kepada merdeka.com.
Kemajuan teknologi komunikasi, kata Sofian, menggerus layanan surat-menyurat. Pada era 2000, bus surat dulu berada di pinggir jalan sudah tidak ada.
"Kalau dulu kartu pos untuk ujian. Sekarang enggak ada lagi, jauh berkurang menyusut beberapa titik relokasi," ujar Sofian.
Meski semakin terdesak, Sofian meyakini PT Pos Indonesia masih bisa bersaing. Apalagi, kata Sofian, banyak perusahaan bidang asuransi, perbankan, dan lain sebagainya selalu bekerja sama dengan PT Pos Indonesia.
Hanya saja, lanjut Sofian, keuntungan PT Pos sebagian besar dari pelayanan cicilan barang, wesel, dan penyaluran dana. Meski demikian, Presiden Joko Widodo meminta PT Pos menggenjot kinerja dengan menambah layanan logistik.
(mdk/ary)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Hasil yang mengejutkan dijelaskan ilmuwan dengan model komputerisasi.
Baca SelengkapnyaSebanyak 60 persen perusahaan merasa kurang cocok bekerja dengan generasi Z.
Baca SelengkapnyaEvolusi Manusia Masih Kalah Cepat dengan Perubahan Budaya Modern, Dampaknya Ini yang Terjadi
Baca SelengkapnyaSeiring perkembangan waktu, gaya hidup dan perubahan teknologi menghadirkan berbagai perubahan ke tubuh manusia.
Baca SelengkapnyaJika sudah merasa jenuh dengan rutinitas sebagai karyawan, bisa saja itu pertanda untuk beralih menjadi wirausaha.
Baca SelengkapnyaKetahanan karier memberi Anda kekuatan untuk beradaptasi dengan kesulitan dan terus maju dalam menghadapi kesulitan.
Baca SelengkapnyaJokowi mengingatkan, disrupsi teknologi sudah melanda semua negara.
Baca Selengkapnya