Cinta terkubur di Kampung Pulo
Merdeka.com - Suara mesin alat berat masih bersahut-sahutan. Derai tawa anak-anak bermain di bibir bantaran kali jadi pemandangan sore itu. Sebagian bangunan di bantaran kali Ciliwung, Jakarta Timur sudah rata dengan tanah. Kini suasana kumuh tak lagi menjadi pemandangan saban hari.
Dari jembatan akses Kampung Melayu tak luput juga menjadi hiburan warga murah meriah. Sambil melihat backhoe mengapung di atas kali Ciliwung dan sebagian alat berat menanam paku bumi di sepanjang bibir kali ikut menarik perhatian. Tak terkecuali, Mei bukan nama aslinya. Dua hari berturut-turut wanita itu selalu menghabiskan ingatannya bersama anak dan menantunya.
Wanita keturunan itu, samar-samar membuka memori hidupnya. Sudah tiga generasi keluarga Mei turun temurun tinggal di bantaran kali Ciliwung. Dia lebih beruntung terlahir sebagai keluarga pedagang. Tentu saja, hunian miliknya lebih manusiawi dibandingkan tetangga lain bahkan jauh lebih baik.
-
Kenapa Kampung Kolonial dijuluki demikian? Saat ini, deretan rumah dinas itu dijuluki sebagai kampung kolonial.
-
Apa yang dijuluki sebagai Kampung Kolonial? Saat ini, deretan rumah dinas itu dijuluki sebagai kampung kolonial.
-
Kenapa Kota Tua Jakarta memiliki sejarah penting? Kota ini menjadi markas besar VOC di Hindia Timur dan berkembang pesat dari perdagangan rempah-rempah.
-
Dimana Kampung Kolonial berada? Tak jauh dari sana terdapat deretan rumah dinas yang dulunya digunakan sebagai tempat tinggal para karyawan PLTA.
-
Apa nama pedukuhan Probolinggo zaman Majapahit? Seiring berjalannya waktu, daerah yang merupakan kawasan perbatasan dua kerajaan besar ini berkembang pesat. Sejarah Pada zaman Pemerintahan Prabu Radjasanagara (Sri Nata Hayam Wuruk), raja Majapahit yang ke IV (1350-1389), Probolinggo dikenal dengan nama Banger.
-
Apa yang unik dari Kampung Popok? Salah satu hal unik di Kampung Popok adalah hampir semua warganya ternyata punya motor trail.
"Sudah dari tahun 1965, dulu orang tua yang tinggal di sini, tapi sekarang sudah bersih," kata Mei saat berbincang dengan merdeka.com di Kampung Pulo, Jakarta Timur pekan kemarin. Dia enggan berbicara soal polemik ganti rugi. "Enggak tahu, anak yang urus," ujarnya singkat.
Raut tua di wajah Mei seolah menyiratkan kegundahan. Sudah dua hari berturut-turut, Mei bersama adik kandungnya yang berjaga di Pasar Mester, Jatinegara itu, memandangi bekas tempat tinggalnya yang kini rata dengan tanah.
Seperti tak pernah rela kenangannya harus diratakan oleh mesin becko. Tapi apa daya, bagi dia ini merupakan keputusan terbaik. "Dari perawan sampai sekarang punya cicit empat," kata wanita asli Jakarta itu.
Apalagi, kenangannya bersama mendiang suaminya ikut terkubur pada rumah dua lantainya dahulu. Di rumahnya memang tinggal empat saudara kandungnya. Hidup rukun dengan sesama saudaranya sudah berpuluh puluh tahun. Semua anggota keluarganya merupakan pedagang kebutuhan pokok.
Sejak memutuskan harus angkat kaki dari tempat dia dilahirkan, Mei sekarang tinggal bersama anak pertamanya di bilangan Duren Sawit, Jakarta Timur. Usahanya pun harus ikut berpindah tempat lantaran masuk wilayah penggusuran yang dilakukan Pemerintah Provinsi DKI. Baginya dua hari mengunjungi bekas lahan rumahnya bak menengok pusara keluarganya.
"Sudah dua hari ini, saya maunya lihat ke sini terus, saya mau nikmati suasana terakhir kalinya," ujarnya tersenyum.
Sebagai warga keturunan, kawasan Kampung Pulo memang punya sejarah tersendiri. Daerahnya memang tenar dan dikenal pusat niaga di seantero Jakarta Timur. Salah satunya Pasar Mester Jatinegara. Sayang, kini rumah sudah rata dengan tanah. Mei cuma ingin lekas melanjutkan hidupnya sambil berharap takkan pernah lagi melewati pengalaman hidup sepahit ini. (mdk/war)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kini, kampung itu hanya menyisakan rumah yang terbengkalai. Beberapa rumah tampak sudah ambruk.
Baca SelengkapnyaPulau Kemaro, Fakta dan kisah legenda percintaan sejati antara Putri Raja Palembang dengan Anak Raja Cina.
Baca SelengkapnyaAda seorang warga kampung yang hilang dan keberadaannya belum diketahui hingga kini.
Baca SelengkapnyaNenek moyang suku Jawa ini punya kehidupan unik di tengah hutan Bojonegoro. Mereka ahli dalam berbagai hal, mulai kerajinan kayu hingga menambang minyak.
Baca SelengkapnyaDisaat semua warga pindah, keluarga ini memilih bertahan di kampung mati.
Baca SelengkapnyaPotret makam para Pejuang Indonesia terbengkalai di pelosok desa Sumedang, Jawa Barat.
Baca SelengkapnyaDi balik keasriannya, ada cerita kelam ketika puluhan rumah dibakar paksa oleh pemberontak. Dari 80 rumah yang ditinggali warga, kini tersisa hanya 10 bangunan.
Baca SelengkapnyaSaat musim hujan tiba, kampung itu benar-benar terisolir karena jalan ke sana terhalang aliran air sungai yang deras
Baca SelengkapnyaSetelah ditinggal warganya, kampung ini kemudian berganti nama menjadi Mojokoncot
Baca SelengkapnyaBangunan-bangunam bernuansa kuno dengan cerita sejarah di belakangnya bikin Kampung Heritage Kayutangan layak dikunjungi. Jangan lupa foto-foto di tempat ini!
Baca SelengkapnyaKampung itu kini hanya menyisakan bangunan terbengkalai karena sudah ditinggal pemiliknya.
Baca SelengkapnyaMengeringnya wilayah Kampung Apung turut memunculkan kembali makam-makam tua yang telah lama tenggelam.
Baca Selengkapnya