Kelindan kabar burung dan individu banal
Merdeka.com - Ketegangan Pilkada DKI jadi penyebab sosial di masyarakat. Bahkan tidak hanya di Jakarta saja tetapi menyebar ke luar daerah.Pilkada DKI memang membuat gesekan di masyarakat.
Fenomena di lapangan terlihat bahwa masyarakat tergiring oleh isu dan opini dari para elite yang memanfaatkan perhelatan pilkada ini. Sebab, para elite melihat, masyarakat di kelas menengah ke bawah gampang sekali untuk menggiring isu. Terutama bagi kalangan masyarakat yang kurang mendapatkan pendidikan khusus. Tak hanya itu bahkan, kalangan terdidik pun tak jarang yang ikut terbawa arus menggoreng isu SARA. Media juga seharusnya turut andil dalam pemberitaan pilkada.
Media seharusnya tidak terus memberitakan segala hal yang dapat memancing emosi masyarakat. Media merupakan medium atau penengah antara kedua belah pihak yang sedang bertarung di dalam pilkada. Walaupun isu sara menjadi senjata untuk media pembaca tetapi seharusnya media media bisa menangkal isu-isu tersebut.
-
Apa yang terjadi di Indonesia? Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprakirakan dalam sepekan ke depan hampir seluruh wilayah di Indonesia akan dilanda suhu panas.
-
Kenapa Pilkada DIY rawan konflik? Di beberapa daerah, penyelenggaraan pemilihan kepala daerah (Pilkada) rawan terjadi konflik, tak terkecuali di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
-
Bagaimana cara Pilkada DKI 2017? Pemilihan umum Gubernur DKI Jakarta 2017 (disingkat Pilgub DKI 2017) dilaksanakan pada dua tahap, yaitu tahap pertama di tanggal 15 Februari 2017 dan tahap kedua tanggal 19 April 2017 dengan tujuan untuk menentukan Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta periode 2017–2022.
-
Mengapa Pilkada DKI 2017 menarik perhatian? Pilkada DKI 2017 menjadi salah satu pemilihan kepala daerah yang menarik perhatian. Saat itu, pemilihan diisi oleh calon-calon kuat seperti Basuki Tjahaja Purnama, Anies Baswedan, dan Agus Harimurti Yudhoyono.
-
Apa itu Sengketa Pemilu? Sengketa Pemilu adalah konsekuensi yang mungkin terjadi dalam sistem penyelenggaraan Pemilihan Umum (Pemilu). Walaupun sistem sudah dirancang sebaik mungkin, kemungkinan pelanggaran yang bisa mencederai kualitas Pemilu masih bisa terjadi.
-
Kenapa Indonesia sering alami bencana alam? Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempeng dunia yaitu lempeng Eurasia, lempeng Pasifik, dan lempeng Australia yang bergerak saling menumbuk.
Sosiolog sekaligus Ketua Yayasan Interseksi Hikmat Budiman mengatakan isu menggunakan SARA juga sejata ampuh untuk melemahkan lawan politiknya. Salah satu caranya itu mengorek-ngorek latar belakang orang. Kalau agama tidak kena, etnis, kalau etnis gak kena nanti istrinya, terus dicari-cari kesalahannya.
"Yang diuntungkan adalah kelompok-kelompok yang berada di luar parlemen, karena selama ini dia gak bisa masuk. Dia dompleng menggunakan orang lain. Di balik identitas agama, ada motif ekonomi dan bisa masuk akses ke situ," kata dia ketika ditemuimerdeka.comdi Kantor LSM Setara, Jakarta Selatan, Kamis (24/3) lalu.
Menurutnya isu sara dalam Pilkada bisa diredam yaitu dengan cara pemerintah harus tegas dalam bertindak. Dan seberapa kuat untuk mengembalikan kedigdayaan hukum.
"Tergantung isu sara ini bisa berahir kapan, tergantung masyarakat sipil juga seharunya bisa memilah mana yang isu sara dan tidak bergosip," kata Hikmat.
Hasutan SARA semakin berkembang akibat dari pemahaman masyarakat masih rendah terhadap sebuah informasi. Menurut Psikolog dari Universitas Indonesia, Dwi Prihandini Mailuhuw, setiap individu di dalam masyarakat Indonesia mudah dipengaruhi oleh opini terus disebarluaskan oleh tokoh di setiap tempat mereka tinggal.
"Yang kita tangkap ini, jadi artinya opini dari para leader oleh masyarakat awam dan tidak memiliki pendidikan yang cukup interaksi dan paparan lingkungan. Termasuk juga dia tidak punya bekal politik yang cukup. Akibatnya masyarakat akan mudah tergiring," kata Dwi kepada merdeka.com saat dihubungi beberapa waktu yang lalu.
Dia juga menambahkan, masyarakat yang tidak memiliki pendidikan yang cukup akan menuduh seseorang. Jika tidak cukup pendidikan lanjut Dwi selain akan mudah terhasut masyarakat hanya percaya pada satu sumber tanpa ingin mengetahui sumber yang lain. Kondisi politik saat ini, menurut Dwi, masyarakat harus memiliki banyak informasi yang cukup.
Dwi menyatakan di Pilkada DKI, kebencian terhadap salah satu pasangan calon ini bisa mewabah. Karena menurutnya, emosi yang awalnya hanya dari satu orang akan menular kepada yang lain. Dia pun menilai bahwa media pun ikut berperan dalam hal kebencian yang menular ini.
Peran media juga tidak harus terus-menerus membiarkan kebencian terus menular ke masyarakat lainnya.Sangat disayangkan bahwa, peran media dalam hal ini seharusnya memegang porsi yang cukup penting.Masyarakat perlu edukasi yang benar. Karena masyarakat itu bisa menangkap dan meniru dari media.
"Bagaimana media mengemas itu kepada masyarakat kemudian ada narasi informasi," ungkapnya.
Sementara menurut Guru Besar Komunikasi Politik dari Universitas Pancasila Andi Faisal Bakti mengatakan media saat ini lebih banyak memuat konflik. Karena media, menurutnya masih sering memiliki sikap bad news is good news.Media seharusnya mengedepankan aspek pencerahan masyarakat. Kalau dikemukakan konflik terus jadi benci dan semakin membenci minoritas.
"Seharusnya media tidak selalu menunjukkan konflik, tetapi harus menunjukkan muatan kedamaian," kata Andi.
(mdk/ary)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Burung kedasih dipercaya sebagai penanda datangnya kematian seseorang.
Baca SelengkapnyaSalah satu wujud kekayaan bahasa Indonesia adalah peribahasa.
Baca SelengkapnyaSebuah video memperlihatkan anggota Brimob dan TNI yang sedang baku tembak dengan KKB OPM Papua dan membuat situasi menjadi memanas.
Baca SelengkapnyaMirisnya, burung-burung endemik ini kian hari kian langka.
Baca SelengkapnyaUlar weling adalah salah satu jenis ular berbisa. Selain itu, kehadirannya juga diselimuti dengan berbagai mitos.
Baca Selengkapnya