Membiasakan diri sadar cuaca, apa bisa?
Merdeka.com - Di Barat, orang sangat sadar dengan cuaca. Setiap kali akan melakukan aktivitas, mereka terlebih dahulu melihat prairaan cuaca di BMKG setempat. Bagaimana di Indonesia?
Masyarakat Indonesia masih belum begitu menyadari pentingnya informasi dini terkait cuaca. Namun demikian, ada sebagian kecil masyarakat yang mulai sadar, dengan menelepon ke kantor BMKG saat hendak melakukan aktivitas, atau bahkan hajatan.
Bahkan, masyarakat Jawa selama ini juga sudah mengenal istilah pranoto mongso (aturan waktu musim), untuk menentukan tanaman apa yang paling pas untuk ditanam, di tengah musim yang sedang terjadi. Pranoto mongso diketahui secara turun temurun.
-
Kenapa BMKG memprakirakan cuaca Jakarta cerah? Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprakirakan cuaca di Jakarta dan Kepulauan Seribu cerah dan cerah berawan pada Sabtu (30/9).
-
Bagaimana BMKG menjelaskan cuaca panas di Jawa-Nusa Tenggara? Mengutip dari Instagram InfoBMKG, menjelaskan beberapa hal mengapa kondisi cuaca yang panas kembali terjadi. Padahal semestinya musim hujan.
-
Bagaimana BPBD DKI Jakarta memperoleh informasi potensi cuaca ekstrem? BPBD DKI Jakarta menjelaskan, potensi cuaca ekstrem tersebut berdasarkan hasil pengamatan Badan Meteorologi Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).
-
Bagaimana BMKG memprediksi banjir di Bali? 'Peringatan dini cuaca wilayah Bali yang dibagikan oleh Kantor BBMKG Wilayah III pada Kamis (4/3) pada pukul 05.00 WITA dan 08.00 WITA menginformasikan wilayah Badung dan Denpasar berpotensi terjadi hujan dengan intensitas sedang hinga lebat yang dapat disertai kilat atau petir dan angin kencang,' ujarnya.
-
Kapan BMKG memprediksikan hujan akan turun di Jawa-Nusa Tenggara? BMKG menjelaskan pola tekanan rendah di laut China Selatan itu akan berlangsung hingga 3-4 hari ke depan. Namun trennya akan cenderung menurun. Sehingga akan terjadi potensi peningkatan curah hujan di wilayah Jawa-Nusa Tenggara mulai 23 Desember 2023.
-
Apa prediksi cuaca di Indonesia besok? Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memperkirakan cuaca besok, 17 Agustus 2023, di wilayah Indonesia mayoritas cerah berawan.
Berikut wawancara khusus merdeka.com dengan Kepala BMKG Budi Eka Sakya terkait bagaimana membiasakan masyarakat untuk sadar cuaca:
Di Barat orang mau keluar rumah saja melihat prakiraan cuaca BMKG setempat, apalagi mau ke luar kota atau ke luar negeri. Bagaimana hal itu bisa juga terjadi di Indonesia?
Memang itu tadi saya sebut weather and climate. Lihat petani kita, patokannya masih pranoto mongso. Nah, tapi pada kenyataannya, saya tidak tahu apakah ada atau tidak. Tapi saya bisa tunjukkan bahwa di Tanjung Priok sama Kemayoran saja tren hujan berbeda. Nah kalau beda, jadi hujan deras dan hari-hari hujan juga beda, ada kenaikan dan penurunan. Di dalam periode, ada 30 tahun, lihatlah 100 tahun. Masyarakat bisa mengakses itu, bisa masuk ke informasi climate (di website BMKG).
Saya bicara ini, Jawa Barat. Lihat ini ada garis yang menunjukkan di bawah ini kemarau, di atas musim hujan. Nah yang merah ini tahun 80-2010, yang biru ini adalah 1970-2000. Lihat di sini musim mekemaraunya semakin panjang. Jadi pergeseran terjadi berapa bulan, dari April sampai Juni, jadi bergeser 2 bulan. Ini di mana Cisarua, musim kemaraunya makin panjang, artinya hujannya pendek.
Pertanyaannya selama musim hujan itu setiap tahun itu hujannya tetep nggak. Kalau satu tahun hujannya sama, 10 liter katakanlah, sementara musim kemaraunya semakin pendek atau panjang, maka hujan terjadi pada saat musim hujan tok. Jadi hujan datang di musim hujan saja, jadi makin banyak dong. Karena hari hujan semakin dikit tapi jumlah hujannya tetep. Iya kan, karena kemudian hujan yang sebetulnya dijatuhkan dalam periode 6 bulan, sekarang 4 bulan dalam jumlah volume yang sama. Artinya potensi banjirnya besar sekali. Itu di Cisarua. Sementara di Priok pergeserannya sedikit kecil sekali. Kita lihat musim kemaraunya semakin pendek. Tapi terbalik dengan di Kemayoran, musim kemaraunya bergeser.
Nah maksud saya kejadian-kejadian semacam ini masyarakat tahu nggak? Nggak tahu. Dia akan bisa kalau diajari melakukan pengamatan. Itu tadi yang saya sebut dari jadi traditional farming, ke observation based farming, berdasarkan tani pengamatan. Artinya cara-cara bertani berdasarkan pengamatan lokal. Ini ceritanya banyak sekali, di Indonesia leading. Kebetulan di salah satu Indonesia leading, sekolah lapang iklim, climate field school. Apakah itu berkelas internasional ya saya akan lihatkan. (Kemudian memperlihatkan pemberitaan tentang sekolah iklim di Indonesia yang ditulis oleh media asing).
Climate school, ini bukan di BMKG, tapi di Tangerang, yang menulis adalah luar negeri. Karena terbukti dengan sekolah ini kita bisa memajukan panen. Kalau masyarakat lokal bisa melakukan pengamatan, kan komoditas sangat bergantung pada air. Gak usah padi lah, kita nanam jagung, kedelai, itulah yang terjadi.
Oleh karena itu Kalau saya bilang pertanian, benih, banyak sekali teknologi, dll. Kedua lahan, irigasi, ketiga ini bisa diatur oleh manusia. Nah faktor keempat yang tidak bisa diatur oleh manusia, cuaca dan iklim.
Bisa nggak mantau hujan per kecamatan misalnya?
Misalnya kamu nanya, malam Minggu mau pergi sama gebetannya, Pak hujan gak mau nonton di Pondok Indah nih, jam 7-8. Kalau BMKG cuma bilang Jakarta hujan, Jakarta mana. Jakarta Selatan, Jaksel mana? Kan ada Senopati, Kebayoran, Pondok Indah. Nah misal di Pondok Indah, jam berapa sampai jam berapa, belum lagi nanya berapa milimeter hujannya. Nah oleh karenanya kita pun juga mengembangkan cara-cara yang kita lihat.
Dengan perhitungan ini saya bisa lihat kan sebetulnya ini, Jakarta barat hujannya kayak apa sih, tanggal 24 Februari, hujan dikit, cuma 6 MM, per 3 jam ya cuma geremis saja, di mana? Di Jabar. Masyarakat harus mulai belajar begitu.
Berarti semua info terkait cuaca ada di website BMKG?
Ada, cuma memang karena kita belum terbiasa dan tentu saja info ini di masyarakat luas memang dicari dan masyarakat ngerti, oh 10 mm kayak apa sih, saya bawa payung 3 jam cuma seperti itu, oh mungkin gak. Dan ini semua info itu ada, sehingga dengan demikian misal Jabodetabek, atau Jawa hujan 3 jam, kita bisa bikin animasi dari 22,23,24, itu setiap 3 jam hujan. Ini Banyuwangi hujan, tanggal 24 hujan, nah yang merah sama hijau itu hujan deres. Nah di sinilah kita bikin perhitungan berdasarkan perhitungan kita tanggal 22-26 di Semarang hujan.
Ketika mengubah budaya itu BMKG gak cukup, BMKG terlalu kecil untuk bisa megubah budaya masyarakat Indonesia, we need you, media. Artinya tugasnya tidak cuma sekadar menyampaikan tupoksi, tapi ternyata permasalahannya jauh lebih luas.
Menhub biasa blusukan, bagaimana dengan bapak?
Kemarin saya ke Batam, kami dengan Menteri Pariwisata, dengan Menko Maritim memasang display ke Sikupang. Jadi masyarakat kalau mau berangkat ya biar tau persis kira-kira penyeberangan ini tinggi gelombang berapa sih, cuacanya seperti apa sih. Nah setelah sampai Menteri Pariwisata, berpikir kalau gitu info cuaca juga bisa didapat melalui taesar.
Yang lebih menarik lagi, tidak usah hanya di pelabuhan, di tempat-tempat pariwisata dong. Seperti misalnya kalau nelayan yang dicari kan gelombang yang rendah, sementara surfing, gelombang yang tinggi yang dicari. Ini yang sedang kita bicarakan, insya Allah 2015-2016 kita juga pasang di Sorong, Bunaken, Wakatobi, dll.
BMKG selama ini merasa dianaktirikan?
Kalau saya dengan bahasa media, BMKG seperti daun salam. Kalau kita bikin bubur ayam kalau tidak ada daun salam tidak sedep. tapi dia gak dimakan. Tapi paling tidak, saya yakin masyarakat yang mulai sadar betul nggak seperti itu lagi. Tapi memenag weather dan climate masih belum cukup. Apakah BMKG dianaktirikan? Tidak, anggarannya cukup tinggi. kalau terlalu tinggi ya berat juga kita.
Berapa anggaran untuk BMKG?
Rp 1,8 triliun. Memang belum cukup karena jangkauan kita seluruh Indonesia 17 ribu pulau. Alhamdulillah pelan-pelan lebih bagus daripada tiba-tiba tinggi kita repot.
Anggaran Rp 18 triliun itu untuk apa saja?
Banyak, karena bukan hanya radar, kita juga punta tugas map, kita perlu seismograf, mengintegrasikan seluruh informasi, kemudian iklim.
Contoh saja di China, mereka mempunyai lebih dari 50 ribu ahli, sementara kita cuma punya 200 saja. Jadi tantangannya lebih besar di Indoensia. Tapi kalau kita perlu peralatan, juga SDM yang cukup. Tahun 2017 otomatisasi, ada titik temu yang optimal, antara peralatan yang tidak perlu ditunggu oleh manusia, saya kira itu anggaran yang cukup optimal untuk menggerakkan. Tapi paling tidak kenaikan 20 pesen tiap tahun kan bagus.
Presiden Jokowi ada target?
Kebetulan saya pernah ikut Rakornas dengan presiden, saya bercerita mengenai keadaan cuaca, dan beliau bilang 'lihat pak ini ada hujan yang tinggi'. Beliau mengatakan info ini penting untuk seluruh gubernur, karena apa? Kalau sekarang hujan, katakanlah, misalnya di Surabaya, ini hujan tinggi sekali tanggal 25, artinya apa?
Pada waktu Gunung Kelud meletus itu saya sampaikan ke Presiden SBY, Pak tanggal 18 hujan besar sekali, dampaknya apa, banjir lahar. Masyarakat sekarang masih menghadapi abu vulkanik, genting dan harus segera disampaikan evakuasi. Presiden SBY langsung meminta masyarakat dievakuasi. Alhamdulillah tidak ada korban waktu itu. Padahal hampir semua traktor kena lahar banjir, tapi alhamdulillah tidak ada korban satu pun.
(mdk/war)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Penyebab kembali tingginya curah hujan akibat fenomena regional seperti gelombang Kelvin, gelombang Rossbi, dan Madden-julian di sejumlah wilayah tanah air.
Baca SelengkapnyaHari ini, sebagian besar daerah di Indonesia berpotensi mengalami hujan lebat yang disertai dengan petir dan angin kencang
Baca SelengkapnyaKondisi suhu panas sudah mulai melanda Sumatera Utara, Aceh, Jawa Timur, dan Bali
Baca SelengkapnyaBMKG memprediksi musim kemarau mulai memasuki Indonesia pada Mei hingga Agustus 2024.
Baca SelengkapnyaBeberapa negara di Asia seperti Thailand dan Filipina mengalami suhu panas ekstrem
Baca SelengkapnyaBMKG memprediksi selama periode 31 Desember 2023 hinggga 2 Januari 2024, hujan sedang hingga lebat berpotensi melanda sejumlah wilayah.
Baca SelengkapnyaHujan badai yang dimaksud yaitu hujan disertai angin kencang serta kilat dan petir.
Baca SelengkapnyaKepala Pusat Meteorologi Publik Andri Ramdhani mengatakan dalam sepekan ke depan cuaca ekstrem tersebut dapat terjadi di sebagian besar Sumatera.
Baca SelengkapnyaAda pula peringatan mengenai hujan yang disertai dampak seperti banjir
Baca SelengkapnyaBMKG keluarkan peringatan dini hujan dengan intensitas sedang hingga lebat sejumlah wilayah di Indonesia
Baca SelengkapnyaBMKG mendeteksi sejumlah kota besar di Pulau Jawa dan Nusa Tenggara Barat dilanda suhu panas
Baca SelengkapnyaHasil analisa dalam 24 jam terakhir mencatatkan terpaan suhu panas tertinggi melanda wilayah Palu, Sulawesi Tengah yang mencapai 37,0 derajat Celcius.
Baca Selengkapnya