Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Saya tidak dibayar untuk membasmi PKI

Saya tidak dibayar untuk membasmi PKI Anwar Congo, pemeran utama The Act of Killing. (merdeka.com/Yan Muhardiansyah)

Merdeka.com - Nama aslinya cuma Anwar. Tambahan Congo diberikan lantaran dia hampir ikut misi perdamaian Perserikatan Bangsa-Bangsa ke Kongo. Tetapi dia batal ikut.

Sosok Anwar Congo dipastikan bakal tersohor tidak hanya di Indonesia, tapi hingga mancanegara. Sebab dia narasumber sekaligus pemeran utama film The Act of Killing karya sutradara Amerika Serikat, Joshua Lincoln Oppenheimer.

Film ini bakal ditayangkan di Festival Film Internasional Toronto, Kanada, Sabtu pekan ini. Berdasarkan sinopsisnya, film ini bercerita tentang para pelaku pembunuhan massal setelah peristiwa 30 September 1965 tidak tersentuh hukum sampai saat ini. Padahal ketika itu lebih dari satu juta nyawa pendukung komunisme melayang.

Bagi Anwar, pembantaian itu adalah cara ampuh membasmi komunisme di Indonesia. Dia berkukuh tindakannya tidak salah.

Berikut petikan wawancara Yan Muhardiansyah dari merdeka.com dengan Anwar Congo di kediamannya, Medan, Rabu (29/8).

Berapa usia Anda saat membasmi anggota PKI?

Sekitar 25 atau 26 tahun. Jadi ketika itu badan betul-betul tegar.

Bagaimana Anda direkrut oleh siapa?

Saya direkrut oleh… bukan…ini kesadaran saya bersama teman-teman melihat kegiatan-kegiatan kaum komunis di Sumatera Utara kelewat memojokkan orang, seperti orang ada haluan-haluan. Ada haluan-haluan pada waktu itu, seperti pemusik dilarang karena haluannya ke Amerika. Kita sebagai orang jalanan, orang bioskop, ingin supaya bioskop itu tetap ramai, bisa dapat uang. Ini karena kesadaran sendiri.

Ada berapa orang ikut ketika itu?

Itu bukan perjuangan saya tok. Itu rakyat Sumatera Utara memang sudah gerah. Pas pula waktunya begitu, kita sama-sama bahu-membahu mencari siapa dalang-dalang mereka (PKI).

Apakah dulu Anda dilatih dan berapa lama?

Saya tidak pernah dilatih, hanya kesadaran berkawan.

Berapa Anda dibayar?

Tidak pernah ada bayaran.

Bagaimana biaya penghidupan Anda?

Penghidupan saya waktu itu hasil dari pasar gelap. Catut film. Kalau ada band-band dari Jakarta, mudah-mudahan kami bisa mencatut. Nanti donator-donatur bilang suruh jaga, kita jaga.

Berapa pendukung PKI Anda basmi dan di mana saja lokasinya?

Begini ya…kalau umumnya Medan, kalau jatuh ke tangan kami ya mudah-mudahan ... Tapi tidak (saya) satu orang, banyak kawan-kawan punya antusias. Di daerah-daerah lain juga hampir sama karena semua pada emosi.

Bisa ceritakan proses pembasmian Anda lakukan?

Pembasmiannya begini, melihat mana kalau dia itu tokoh-tokohnya. Kalau diperiksa pun dia masih menganggap dirinya hebat, dan dia pernah mengatakan dia mau mati demi Aidit (DN Aidit, Pemimpin PKI). Dia masih memakai yel-yel PKI, PKI Menang. PKI ini, PKI itu.

Kita bukan lihat faktor PKI-nya tapi komunisnya, ideologinya bertentangan dengan bangsa Indonesia. Kita itu mayoritas muslim. Sampai-sampai kita dulu pada masa jayanya (PKI) menyuruh membikin huruf L di depan rumah ulama-ulama. Dulu kalau (PKI) udah menang, (ulama) dikubur di situ. Jadi kita sebagai pemuda tiba-tiba panas. Itu gagasan-gagasan komunis menyuruh gali lubang.

Mana paling banyak Anda basmi, lelaki atau perempuan? tua atau muda (anak-anak)?

Nggak…pada waktu itu, laki-laki itu banyak karena mereka orang lapangan. Kalau perempuan diserahkan langsung ke Kodim. Kalau anak-anak kita lindungi dia.

Anda pakai senjata apa buat membasmi?

Nggak ada…spontanitas apa yang ada di badan. Ada yang kita lihat, itu saja.

Pertama kali membasmi siapa korbannya? Di mana? Jam berapa? Pakai apa?

Nggak pernah ingat saya. Pada umumnya mengerjakan begitu tengah-tengah malam, biar gampang membuangnya. Biar tidak ketahuan.

Apa Anda merasa ngeri saat membasmi pertama kali?

Nggak. Karena jiwa muda, itu tidak peduli. Apalagi kami itu orang bioskop, kadang kena minuman.

Apa bukti atau kenang-kenangan bahwa benar Anda ikut membasmi PKI?

Buktinya nggak ada karena kita juga nggak suka menyimpan begitu-begituan. Tidak ada foto hanya ada dalam ingatan saja.

Biodata

Nama : H. Anwar Congo

Lahir : Pangkalan Brandan, Langkat, Sumatera Utara, 1940

Pendidikan : Kelas IV SD Taman Siswa Medan

Alamat : Jalan Sutrisno Gg Sehati No768 Medan

Istri : Hj. Salmah Miftah Aziz (mdk/fas)

Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Hendropriyono Blak-Blakan soal Panji Gumilang dan Al-Zaytun
Hendropriyono Blak-Blakan soal Panji Gumilang dan Al-Zaytun

Hendropriyono kerap dituding bekingi Panji Gumilang dan Al-Zaytun. Padahal dirinya sudah lama tak berhubungan dengan Panji.

Baca Selengkapnya
VIDEO: Bantahan Jokowi Soal Tudingan Cawe-Cawe Munaslub Golkar
VIDEO: Bantahan Jokowi Soal Tudingan Cawe-Cawe Munaslub Golkar

Jokowi membantah ikut cawe-cawe soal isu Munaslub Golkar itu.

Baca Selengkapnya
Jenderal Polri Blak-blakan Anaknya Tak Lulus Masuk Akpol, Ungkap Hal Mengejutkan
Jenderal Polri Blak-blakan Anaknya Tak Lulus Masuk Akpol, Ungkap Hal Mengejutkan

Berikut momen Jenderal Polri blak-blakan ungkap anaknya tak lulus masuk Akpol.

Baca Selengkapnya