Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Tetap laku meski bak saringan tahu

Tetap laku meski bak saringan tahu ilustrasi celana dalam. ©female.store.co.id

Merdeka.com - Belum banyak pelaku industri pakaian dalam di negeri ini, baik dengan skala usaha kecil sampai menengah mampu menjamah pasaran pakaian dalam wanita secara menyeluruh. Kenyataannya, para pebisnis lokal produk garmen jenis ini masih lunglai.

Alasannya klasik, misalnya, mereka mengaku sulit tumbuh karena bahan baku tekstil terbilang sulit dan mahal. Ditambah serbuan produk pakaian dalam wanita asal China seperti tak terbendung sehingga terus menguasai pasar masyarakat menengah ke bawah.

Padahal, produk pakaian dalam asal negerinya Mao Zedong, itu secara kualitas terbilang buruk. Begitu juga dari segi kesehatan, celana dalam asal China ternyata tak mampu menyerap air dengan baik. Secara pemakaian tak sebaik dengan produk asli Indonesia.

Orang lain juga bertanya?

"Sudah pasti secara kualitas, kalau buatan China contohnya seharusnya bisa dipakai enam bulan bisa cuma tiga bulan, sudah melar atau sobek," kata Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Ade Sudrajat Usman kepada merdeka.com di Jakarta, kemarin.

Tak kalah curang, beberapa distributor pakaian dalam wanita hanya menempelkan label produk lokal di atas label asli China itu. Mereka memberi label produk untuk merek dagangnya untuk terlihat seperti produk buatan asli Indonesia.

"Pemerintah wajib melabelkan buatan asli Indonesia. Kenyataannya, selama ini kurang adanya pengawasan serius dari pemerintah," katanya menegaskan.

Produk pakaian dalam memang dikategorikan produksi massal. Namun Ade tak menampik produk kebanggaan Indonesia juga banyak menjamah kalangan masyarakat mampu."Ada beberapa memang produk lokal masuk di toko-toko pusat perbelanjaan," ujarnya.

Karyawan swasta di Jakarta, Endah, menyebut pakaian dalam asal China dengan harga murah tak laik pakai karena bahannya bak saringan tahu. Tapi selama ini, produk seperti itu masih tetap laku karena masyarakat tak terlalu peduli dengan kesehatan alat vital akibat pemakaian celana dalam seperti itu.

"Tapi pernah juga gara-gara beli celana dalam asal asalan akibatnya bisa gatal-gatal," ujar wanita berusia 28 tahun itu. Sekarang dia lebih memilih dengan harga mahal, namun tetap nyaman.

"Asli buatan Indonesia enggak banyak yah, harganya beda jauh memang," katanya menambahkan.

Dari data Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API), ada beberapa negara di dunia telah menjalin kerja sama bidang usaha pertekstilan di Indonesia, termasuk pakaian dalam. Pada 2013 misalnya, tercatat delapan negara di dunia mengimpor produknya di Indonesia, termasuk celana dalam.

Dalam persentase, China masih memimpin dengan mengimpor produk garmen terbesar mencapai 31 persen, disusul Korea Selatan sebesar 17 persen, Hongkong dan Taiwan delapan persen, Amerika lima persen, Jepang empat persen, Brasil tiga persen, Australia dua persen dan sisanya dari negara Asean sepuluh persen.

Di lain pihak, Menteri Perdagangan Rachmat Gobel membenarkan kalau serbuan impor tidak lepas dari kebijakan kurang tepat. Seharusnya, pemerintah memberi insentif untuk industri dalam negeri agar bisa bersaing dengan produk impor.

"Betapa pentingnya pasar Indonesia untuk dijadikan sebagai salah satu insentif untuk membangun industri nasional kita sendiri. Terlampau terbukanya pasar Indonesia menyebabkan daya saing kita banyak lemah," ujarnya di kantornya.

Menyadari kondisi seperti itu, Rachmat berjanji menata ulang impor yang masuk ke Indonesia, terutama impor garmen.

(mdk/mtf)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Beli Celana Kepanjangan, Irjen Krishna Murti Tak Gengsi Memotongnya di Tukang Jahit di Pasar
Beli Celana Kepanjangan, Irjen Krishna Murti Tak Gengsi Memotongnya di Tukang Jahit di Pasar

Melalui akun media sosial pribadinya, dia mengungkap momen saat terjun sendiri ke pasar tradisional.

Baca Selengkapnya
Ibu ini Sukses Jualan Gorengan Omzet Rp60 Juta, Banyak yang Iri Gerobaknya Sampai Diberi Sabun Mandi Mayat
Ibu ini Sukses Jualan Gorengan Omzet Rp60 Juta, Banyak yang Iri Gerobaknya Sampai Diberi Sabun Mandi Mayat

Sebuah video memperlihatkan seorang ibu bernama Sania yang sukses berjualan gorengan di pinggir jalan sampai tembus omzet Rp60 juta.

Baca Selengkapnya