Penelitian: Kebanyakan anak muda tak punya SIM
Merdeka.com - Sebuah studi terbaru menunjukkan bahwa pengguna atau pemilik SIM telah menurun cukup drastis hampir di semua demografi. Namun yang paling parah adalah anak-anak muda atau remaja.
Studi yang disajikan oleh Michael Sivak dan Brandon Schoettle dari The University of Michigan Transportation Research Institute menegaskan bahwa persentase orang yang memegang SIM dari 1983 hingga 2014 jauh berbeda.
Menurut lansiran dari Auto Guide (19/1), dalam studi tersebut dikatakan bahwa range usia 20-24 tahun pada tahun 1983 yang memiliki SIM ada 91,8 persen, sedangkan di tahun 2014 lalu turun menjadi 76,7 persen.
-
Siapa yang melakukan kesalahan? Semua anak adam (manusia) melakukan kesalahan, dan sebaik-baiknya orang yang bersalah adalah orang yang bertobat'
-
Apa yang terjadi pada mobil tersebut? Kronologi Kapolsek menjelaskan, mulanya mobil yang diserang sedang melintas. Tiba-tiba diberi tahu ada percikan api dari kolong mobil. Namun untuk penyebab kebakaran masih didalami.
-
Apa yang diubah pada ujian SIM? “Ini baru konsep. Kami ajukan dahulu mudah-mudahan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya bisa berlaku secara nasional,“ kata Wakapolda DIY Brigjen Pol. R. Slamet Santoso. Slamet menjelaskan, konsep baru tersebut mengusung perubahan salah satunya tidak adanya lagi jalur zig zag dan angka delapan seperti konsep ujian sebelumnya.
-
Kapan kesalahan itu terjadi? Ia merasa bertanggung jawab atas gol kedua yang dicetak Edin Dzeko.
-
Kenapa ujian SIM diubah? Wakapolda mengatakan bahwa konsep ujian praktik roda dua di Polres Bantul ini adalah dari analisis dan evaluasi kecelakaan lalu lintas di wilayah hukum Kabupaten Bantul, yang mana hampir 51 persen adalah faktor manusia.
Apa yang salah?
Yang justru unik adalah adanya peningkatan pengguna atau pemilik SIM untuk usia lanjut, yakni kisaran 45-69 tahun. dari tahun 1983 hingga 2008, pemegang SIM meningkat dari 83,8 persen ke 92,7 persen.
Meskipun pada akhirnya mengalami penurunan di tahun 2014 (menjadi 92,1 persen), namun itu adalah angka yang sangat kecil. Hanya 0,6 persen dalam kurun waktu 6 tahun.
Hal ini secara tidak langsung membuat kesimpulan yang unik. Anak muda atau remaja tidak menganggap SIM penting dalam berkendara, sebaliknya kesadaran memiliki SIM justru lebih banyak ditunjukkan oleh mereka yang berusia lanjut.
So, apa pendapat Anda?
(mdk/ega)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Apakah benar seseorang berusia di bawah 17 tahun boleh memiliki SIM A dengan syarat?
Baca SelengkapnyaTaufik mengatakan keduanya melakukan perjalanan dengan mengendarai kendaraan roda dua dari Sampang dan berencana ke Jakarta.
Baca SelengkapnyaTerjadi perubahan besar yang dialami kaum muda saat ini.
Baca Selengkapnya3 pemotor remaja berkendara tanpa memiliki SIM. Buntutnya, mereka langsung disetop polisi dan diceramahi hingga diangkut motornya ke kantor polisi.
Baca SelengkapnyaKarakter Gen Z sudah tidak sama lagi dengan generasi sebelumnya. Sehingga cara pandang mereka terhadap dunia kerja juga berbeda.
Baca SelengkapnyaCalon mahasiswa enggan mengambil jurusan kejuruan karena dianggap berstatus rendah, meski lebih diminati.
Baca SelengkapnyaAda beberapa faktor yang menyebabkan masyarakat khususnya anak muda terjebak pinjol, salah satunya karena kemudahan akses teknologi dan internet.
Baca SelengkapnyaKondisi kesehatan mental punya dampak yang signifikan terhadap perkembangan anak muda.
Baca SelengkapnyaPara pencari kerja pemula tersebut merasa belum mempunyai beban layaknya pencari kerja yang sudah menikah.
Baca SelengkapnyaFaktor ini hanyalah sebagian kecil dari instrumen lain penyebab kualitas sperma pria menurun.
Baca SelengkapnyaAdik dari Prabowo Subianto, Hashim Djojohadikusumo mengungkap fenomena Gen Z dan millenial yang enggan punya anak.
Baca SelengkapnyaGenerasi Z menganggap media sosial paling banyak berdampak negatif.
Baca Selengkapnya