Ada yang coba benturkan Kapolri Tito Karnavian dan umat Islam
Merdeka.com - Kapolri Jenderal Tito Karnavian digoyang isu bernada suku, agama, RAS, dan antar golongan (SARA). Padahal selama ini Kapolri cukup rajin bersilaturahmi dengan ulama dan organisasi Islam.
Dalam video yang beredar di media sosial, pidato Tito dianggap menyinggung organisasi umat Islam di luar Nadhlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah. Beragam reaksi pun muncul. Tito dianggap tidak menghargai peran organisasi Islam di luar NU dan Muhammadiyah.
Ternyata pidato itu disampaikan pada Februari 2017. Saat itu Kapolri Tito Karnavian berada di Pesantren Tanara Serang Banten milik Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang juga Rais Aam PBNU Ma'ruf Amin. Tito berpidato cukup panjang, selama 26 menit. Video viral yang beredar ternyata diedit dan dipotong. Sehingga konteksnya menjadi bias dan memicu kontroversi.
-
Bagaimana karier Jenderal Polri? Tak hanya itu saja, rekam jejak karier Carlo selama menjabat sebagai anggota Polri juga bukan kaleng-kaleng. Ia beberapa kali turut serta berhasil memecahkan kasus.
-
Bagaimana Polri ikut andil di hari raya kurban? Pada hari raya kurban ini, Polri turut andil dengan memberikan 8.583 hewan kurban. Terdiri dari 5.209 sapi dan 3.374 kambing.
-
Dimana Jenderal Polri bertugas? Carlo Brix Tewu merupakan seorang Purnawirawan Polri yang sekarang menjabat sebagai Deputi Bidang Hukum dan Perundang-undangan Kementerian BUMN.
-
Bagaimana Khalifah berinteraksi dengan Kapolri? Bahkan beberapa kali, Khalifah nampak terlibat perbincangan singkat yang akrab dengan sang Polri-1 itu.
-
Kenapa Jokowi memanggil Kapolri dan Jaksa Agung? Pemanggilan tersebut, buntut insiden personel Datasemen Khusus Antiteror (Densus 88) dikabarkan menguntit Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Khusus (Jampidsus) Febrie Adriansyah.
-
Kenapa polisi gencar jaga Kamtibmas menjelang pemilu? 'Pentingnya menjaga ketertiban umum (Kamtibmas) demi kelancaran Pemilu yang damai. Kegiatan sosialisasi dilakukan setelah salat Isya kemarin,' kata Bagus, Rabu (10/1)
"Yang jadi viral itu adalah bagian pidato yang menurut keterangan pak Kapolri tidak sesuai dengan jiwa, inti yang disampaikan dalam pidato itu dan karena itu pidato itu adalah terpotong-potong sebagiannya yang sehingga menghilangkan seluruh rangkaian cerita pidato yang, yang pada saat itu dilakukan," ucap Ketua Umum Syarikat Islam Hamdan Zoelva usai bertemu Kapolri untuk mengklarifikasi video tersebut.
Hamdan mengaku sempat marah dengan pidato Tito. Sebelum mendapat penjelasan dari Tito, pihaknya sempat melakukan protes keras. Namun setelah mendapat penjelasan, pihaknya bisa memahami tidak ada niat Kapolri untuk menyampingkan peran ormas-ormas Islam dan menyebut ormas lain merontokkan negara.
Kapolri Jenderal Tito Karnavian langsung menyambangi Kantor Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Jalan Salemba, Jakarta Pusat. Tito disambut Ketua Umum PBNU, Said Aqil Siroj beserta perwakilan 14 ormas islam yang tergabung di Lembaga Persatuan Ormas Islam (LPOI). Tito menyampaikan klarifikasi video pidato mengenai ormas islam yang sempat viral.
"Saya memberikan klarifikasi tentang konteks-konteks pidato saat itu. Saya menyampaikan kronologi, kontekstual, dan isi seperti apa," ujar Kapolri.
Menurut Kapolri, Ma'ruf Amin adalah saksi yang mendengar langsung kata sambutannya. Ma'ruf Amin juga sudah memberikan klarifikasi atas pidato Kapolri. Tito justru heran dengan beredarnya video itu.
"Justru yang menjadi pertanyaan sebetulnya bagi saya kok bisa muncul sekarang dan dipotong begitu. Alhamdulillah bisa dipahami dan sedikit pun tidak ada niat dari saya selaku Kapolri termasuk institusi polri untuk tidak membangun hubungan dengan Organisasi Islam di luar NU dan Muhammadiyah," kata Kapolri.
Ketua MUI Ma'ruf Amin menilai tak ada yang salah dalam pidato Kapolri. Pidato mantan Kapolda Metro Jaya itu sesungguhnya terkait peran ulama dalam mengawal keutuhan dan persatuan bangsa. Konteksnya dalam rangka menghadapi radikalisme, isu-isu khilafah.
Pengamat kepolisian dari Institut for Security and Strategic Studies (ISeSS), Bambang Rukminto melihat kemungkinan ada pihak-pihak yang ingin membentukan Kapolri dengan umat Islam.
"Kemungkinan itu bisa saja terjadi. Ini tidak lepas dari politik. KIta ketahui bahwa posisi Kapolri itu kan sangat vital. Selalu dicari lubang-lubang yang bisa jadi celah," ungkap Bambang saat berbincang dengan merdeka.com, Rabu (31/1).
Upaya membenturkan Kapolri dengan umat Islam ini tidak lepas dari sepak terjang kepolisian semasa pemerintahan Jokowi-JK. Selama ini kepolisian dinilai terlalu dekat dengan kepentingan politik. Di sisi lain, kepolisian justru hanyut dalam euforia itu.
Seharusnya polisi lebih dewasa dan menjaga jarak dari kepentingan politik agar tidak ikut dijadikan korban kepentingan. Sementara yang terjadi di era Jokowi, polisi seolah diberi ruang besar untuk terlibat dalam banyak hal.
"Dalam kasus video itu mungkin bisa diolah pihak-pihak lain yang tidak senang dengan Kapolri. Banyak pihak yang senang dan enggak seneng, capek kalau urus begitu," ucapnya.
Yang terpenting, Kapolri mengubah pola komunikasi politik. Sebab, posisi Polri akan sulit lepas dari kepentingan politik. Padahal UU kepolisian secara tegas menyatakan bahwa kepolisian sebagai aparat negara diharapkan netral. Sebab, polisi adalah alat negara untuk menjaga keamanan dan ketertiban. Bukan untuk kepentingan politik.
"Problemnya adalah kita melihat ini soal model komunikasi politik kapolri kadang membuat beberapa pihak baper (terbawa perasaan). Kapolri seyogyanya harus introspeksi dan mengubah pola komunikasi. Ke depan komunikasi politik harus matang. Hindari yang bisa jadi boomerang," jelasnya.
(mdk/noe)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Aksi tersebut digelar di depan Markas Besar Kepolisian Republik Indonesia (Mabes Polri), Jakarta, Selasa, (19/11).
Baca SelengkapnyaKepala Basarnas Marsekal Madya Henri Alfandi diduga terima suap Rp88,3 miliar.
Baca SelengkapnyaDikabinet Presiden Jokowi sebelumnya, Tito juga menjabat sebagai Menteri Dalam Negeri (Mendagri).
Baca SelengkapnyaSekjen PDIP Hasto Kristiyanto menyoroti lokasi saat Presiden Jokowi menyatakan Presiden boleh kampanye dan memihak.
Baca SelengkapnyaSekjen PDIP Hasto Kristiyanto menilai ada kemiripan antara Soeharto dan Joko Widodo (Jokowi) dalam upaya mempertahankan kepemimpinan lewat Pemilu.
Baca SelengkapnyaKapolres menyebut video itu untuk menjatuhkan institusi Polri dan memecah belah TNI-Polri.
Baca SelengkapnyaPenetapan tersangka Kepala Basarnas Marsekal Madya TNI Henri Alfiandi oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), menuai polemik.
Baca SelengkapnyaHasto menduga terjadi fragmentasi atau perpecahan di jajaran menteri KIM.
Baca SelengkapnyaDalam beberapa tahun terakhir, sudah banyak kejadian naas tersebut yang merusak citra Kepolisian Tanah Air.
Baca SelengkapnyaCak Imin membandingkan era pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dengan Presiden RI ke-2 Soeharto.
Baca SelengkapnyaGaduh Kabasarnas Tersangka Suap, Ini Aturan Hukum KPK Sebenarnya Bisa Tangani Korupsi di TNI
Baca SelengkapnyaDjarot berujar, memberikan kekuasaan yang berlebihan tanpa kontrol kepada suatu lembaga akan sangat berbahaya.
Baca Selengkapnya