Analisa soal dilibatkannya perempuan dan anak dalam teror bom Surabaya
Merdeka.com - Komnas Perempuan meminta penyematan kata 'pelaku' kepada perempuan dalam aksi pengeboman di Surabaya, perlu dicermati. Sebab, sang istri dan anak-anaknya hanya korban indoktrinasi kepala keluarga.
"Kalau merespon pengeboman kemarin perempuan menjadi dalam tanda kutip pelaku, harus agak cermat," kata Komisioner Komnas Perempuan Yuniyanti Chuzaifah di Hotel Grand Sahid, Jakarta Selatan, Rabu (23/5).
"Karena dalam hasil konsultasi kami dengan para penggiat isu-isu terorisme bahwa pertama perempuan digunakan ini terjadi karena doktrin kepatuhan," imbuhnya.
-
Siapa putri korban bom Surabaya yang jadi Bintara Polisi? Aqiella Nadya berhasil meneruskan karier ayahnya sebagai anggota polisi usai lolos pada seleksi Bintara Polda Jawa Timur.
-
Siapa yang menjadi korban? Renu Singh, salah satu korban yang terjebak, telah melapor ke polisi dengan klaim bahwa ia telah ditipu sebesar USD 21.000 dan mengungkapkan bahwa ratusan orang lainnya juga mengalami kerugian total mencapai USD 4,1 juta.
-
Siapa yang terkena dampak terorisme di Indonesia? Di Indonesia, aksi terorisme telah menyebabkan banyak kerugian dan korban. Mereka menjadi korban terorisme mengalami disabilitas seumur hidupnya, bahkan tak sedikit juga yang harus meregang nyawa.
-
Siapa pelakunya? Orang ke-3 : 'Seperti biasa saya menjemput anak saya pulang sekolah sekitar jam tersebut'Karena 22 jam sebelum 5 April 2010 adalah jam 1 siang 4 april 2010 (hari minggu)
Dia melihat, ada beberapa faktor yang membuat perempuan dilibatkan dalam aksi teror di Surabaya. Pertama, peran hierarki gender. Dalam pendekatan dan relasi ini, perempuan ditempatkan pada keharusan patuh terhadap lelaki sebagai kepala keluarga. Kedua, pandangan teologis yang dianut di mana menginginkan mereka sekeluarga masuk surga bersama-sama.
"Tapi juga ada soal dominasi bahwa ada pandangan teologis bahwa, untuk masuk ke surga biar semuanya," sambungnya.
Sedangkan dari sisi pelibatan anak-anak, dia menduga karena pemikiran orang tua agar anak-anaknya kelak tidak terlantar pascabom bunuh diri. Namun, menurut Yuniyanti, itu perlu dianalisa lebih lanjut.
"Bahwa kenapa sepaket dengan keluarga karena biar tidak atau meminimalisir anak ditinggalkan sehingga anak terlantar. Gitu ya sehingga itu dalam analisis kami tapi itu harus dicek lebih jauh," ucapnya.
Diketahui dalam dua kasus bom bunuh diri di Surabaya beberapa waktu lalu, satu keluarga dilibatkan dalam aksi. Dalam serangan tiga gereja, sang istri dan dua anaknya dibekali bom untuk meledakkan diri di GKI Diponegoro. Lalu, dalam penyerangan Mapolrestabes Surabaya, satu keluarga berboncengan dengan dua sepeda menerobos penjagaan markas kepolisian dan meledakkan diri.
(mdk/noe)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Sejatinya dalam penanganan konflik maupun pencegahan radikal terorisme, kaum perempuan juga perlu dilibatkan.
Baca SelengkapnyaSaat ini BNPT memiliki berbagai program yang fokus membentuk kekuatan rumah tangga.
Baca SelengkapnyaBudaya patriaki memiliki andil cukup besar dalam penyebaran paham radikal pada kaum perempuan.
Baca SelengkapnyaTiga pelempar bom ke rumah Ketua KPPS di Pamekasan, Jatim, diringkus polisi.
Baca SelengkapnyaKementerian PPPA memastikan tiga balita, anak tersangka pelaku dan korban, akan mendapatkan pengasuhan yang tepat.
Baca SelengkapnyaMusdah menyayangkan jika masih banyak perempuan terjebak doktrin mengharuskan mereka tunduk dan patuh tanpa memiliki hak bertanya atau menolak.
Baca SelengkapnyaPerkosaan terjadi sejak gadis kembar itu berusia 9 tahun. Perbuatan bejat itu sudah tak terhitung berapa kali karena hampir setiap pekan terjadi.
Baca SelengkapnyaKawiyan memastikan, KPAI terus melakukan pendampingan terhadap anak yang menjadi korban kekerasan.
Baca SelengkapnyaSaat polisi melakukan olah TKP, diketahui ada dua jenazah yang ditemukan dengan tangan saling terikat
Baca SelengkapnyaCara tersebut bisa menjadi cara balas dendam atas kondisi yang tidak dapat ia kendalikan ketika istri bersikeras untuk bercerai.
Baca SelengkapnyaPelapor dan pelaku terlibat saling menjelek-jelekkan.
Baca SelengkapnyaPemulihan psikologis dilakukan dengan koordinasi bersama Biro SDM Polda Metro Jaya.
Baca Selengkapnya