Anggota DPR Marah Temukan WN China Bekerja di Pabrik di Purwakarta
Merdeka.com - Anggota DPR RI Dedi Mulyadi geram menemukan Warga Negara Asing (WNA) asal China bekerja menjadi pencatat keluar masuk barang dan mobil di sebuah pabrik di Purwakarta, Jawa Barat.
Kejadian itu bermula, saat Dedi Mulyadi menemui warga Kecamatan Sukasari, yang hutan bambunya dibabat oleh orang mengaku memiliki izin perhutanan sosial untuk dijadikan kebun pisang.
Di perjalanan, Dedi melihat sebuah truk semen besar yang melintas. Rupanya truk tersebut menuju ke pabrik hebel yang berada di jalur Maracang-Babakan Cikao. Akhirnya, ia menuju ke pabrik tersebut untuk meminta penjelasan.
-
Siapa yang mendukung Dedi Mulyadi? 'Kita tadi sudah berdiskusi banyak. Intinya bahwa kita mendukung Pak Dedi Mulyadi untuk menjadi calon gubernur di Jawa Barat,' kata Singgih dalam keterangannya.
-
Bagaimana Dedi Mulyadi mencalonkan diri? Sebagai calon, Dedi mengaku akan meminta restu persetujuan dari Ketum Gerindra Prabowo Subianto untuk bertarung pada Pilkada Jabar.
-
Apa yang akan dilakukan Dedi Mulyadi? Dedi menyampaikan berterima kasih kepada jajaran pengurus Partai Golkar, terutama Ketum Airlangga Hartarto. 'Saya mengucapkan terima kasih ya buat Mas Singgih dan jajaran pengurus DPP Partai Golkar, khususnya buat Ketua Umum DPP Partai Golkar Pak Airlangga Hartarto bahwa utusannya sudah datang ke Jawa Barat untuk ajak ngomong serius masalah tunangan di Provinsi Jawa Barat,' kata dia.
-
Siapa yang bisa membuat pertanyaan? Pertanyaan merupakan salah satu bentuk komunikasi yang paling umum dalam kehidupan sehari-hari kita.
-
Kenapa Dedi Mulyadi harus di Jawa Barat? 'Pak Airlangga berpesan ke saya, jangan terlalu jauh kalau main dari luar rumah, jangan melewati Jawa Barat, harus berada di wilayah Jawa Barat. Kemudian nanti cari pasangan di Golkar yang sesuai dengan kriteria sebagai calon istri (wakil) yang baik,' kata dia.
-
Siapa yang memberikan pertanyaan kepada pemain Timnas Indonesia? Erick Thohir, yang menjabat sebagai Ketua Umum PSSI, memberikan pertanyaan kepada para pemain Timnas Indonesia.
Sesampainya di sana, Dedi bertemu dengan dua orang pria penjaga yang bertugas mencatat keluar masuk barang dan mobil. Salah satu pria tersebut rupanya seorang WN China yang mengaku bernama Lauchen.
WNA tersebut terlihat tidak bisa menjawab pertanyaan Dedi yang menanyakan siapa penanggung jawab perusahaan. Ia mengaku hanya tahu bahwa bosnya bernama Tayo yang juga seorang WN China sedang pulang ke negara asalnya.
"Saya enggak tahu," ucap WNA yang tidak fasih berbahasa Indonesia itu, dalam siaran pers yang dikirim Dedi Mulyadi, Jumat (13/9).
Sementara itu, pria lainnya yang bekerja di tempat tersebut membenarkan jika Lauchen adalah seorang WN China bertugas mencatat keluar masuk barang dan mobil atau biasa disebut DO.
"DO langsung sama WNA? Tidak ada orang Indonesia yang bisa DO?" tanya Dedi Mulyadi.
"Ada DO yang orang Indonesia juga tapi shift pagi-siang. Kalau dia (WNA China) malam," kata pria rekan WNA itu.
©2021 Merdeka.com/istimewaKarena tak mendapat penjelasan mengenai perusahaan tersebut, Dedi pun langsung meninggalkan lokasi untuk melanjutkan perjalanan menemui warga di Kecamatan Sukasari.
Dalam perjalanan, Dedi menelepon seorang pejabat Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Purwakarta untuk memberikan saran atas apa yang menjadi temuannya. Salah satunya ia menyarankan agar pemerintah tegas melarang truk bertonase besar melintas jalan tersebut.
"Saya sarankan larang melintas atau perusahaan buat jalan sendiri. Karena pemerintah rugi membuat dan merawat jalan untuk masyarakat, malah dirusak oleh satu perusahaan. Coba hitung saja berapa pajak yang dibayar mereka apakah seimbang dengan kerusakan jalan dan polusinya? Sungguh tidak seimbang. Sayang sudah bangun jalan untuk kepentingan publik malah rusak oleh satu perusahaan," ujar Dedi.
Selain itu, Dedi juga menelepon Kepala Disnakertrans Kabupaten Purwakarta Titov Firman untuk menanyakan apakah boleh dan lazim seorang WNA bekerja menjadi petugas pencatat keluar masuk barang dan mobil di sebuah perusahaan.
"Boleh enggak sih TKA tugasnya jadi tukang ngecek barang bukan jadi tenaga kerja terampil. Tidak bisa ngomong Bahasa Indonesia lagi," tanya Dedi.
"Enggak, Pak," jawab Titov.
Meski begitu, Titov mengaku akan menindaklanjuti laporan Dedi Mulyadi agar terdapat kejelasan mengenai WNA China yang bekerja di pabrik hebel tersebut.
(mdk/rnd)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
WN China itu baru berada di Indonesia selama dalam hitungan bulan.
Baca SelengkapnyaDia menantang BRIN untuk membeberkan data atas pernyataan tersebut.
Baca SelengkapnyaMantan Wakil Menteri ATR/ Wakil Kepala BPN itu menyebut tanggapan Menko Marves itu tidak sepatutnya dilontarkan di ruang publik.
Baca SelengkapnyaIbu Atun mempertanyakan strategi Anies untuk pedagang tradisional di tengah gempuran minimarket.
Baca SelengkapnyaRumah kontrakan ini dihuni puluhan pengangguran asal China.
Baca SelengkapnyaMomen Dedi Mulyadi tak sengaja bertemu dengan pekerja karaoke di jalan.
Baca SelengkapnyaHal ini menyusul aksi WNA asal Inggris yang merebut dan menabrakkan truk milik warga.
Baca Selengkapnya"Kalau saya bicara blak-blakan. Enggak ada 'nanti oh ya, ya, kita akan bicarakan'. Kesuwen," ujarnya.
Baca SelengkapnyaLuhut memastikan porsi TKA itu nantinya akan berkurang seiring dengan banyak dilatihnya SDM lokal untuk industri hilirisasi.
Baca SelengkapnyaMenurut Puan, tak ada yang salah dengan bekerja di luar negeri, namun harus melalui jalur resmi.
Baca SelengkapnyaPemerintah diminta serius menangani kejahatan perdagangan orang karena kasus TPPO sudah seringkali berulang.
Baca SelengkapnyaKasus PMI Non Prosedural ini kerap terjadi karena iming-iming keberangkatan yang mudah, tidak membutuhkan pelatihan dan kompetensi bidang.
Baca Selengkapnya