Awal Mula Penemuan Harta Karun Sriwijaya di Cengal
Merdeka.com - Musim kemarau dinanti-nanti warga Kecamatan Cengal, Sungai Menang, dan Tulung Selapan, Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan, untuk mencari harta karun diduga peninggalan Kerajaan Sriwijaya. Aktivitas ini telah berlangsung sejak empat tahun lalu.
Menurut Sukas (50), warga Cengal, penemuan harta karun itu terjadi ketika terjadi kebakaran hutan dan lahan milik sebuah perusahaan di Sungai Jeruju, Cengal, 2015. Secara tak sengaja seseorang menemukan perhiasan cincin di atas lahan gambut bekas terbakar.
Dari mulut ke mulut, cerita itu sampai ke warga-warga sekitar. Banyak yang percaya namun tak sedikit juga yang mengacuhkan kabar itu. Bagi yang penasaran, mereka menuju lokasi dan akhirnya ketagihan mencari karena benar-benar menemukannya.
-
Apa itu harta karun Zaman Perunggu? Seorang pendeteksi logam di Cornwall, Inggris, berhasil menemukan harta karun berupa pita emas Zaman Perunggu yang diperkirakan berasal dari milenium ketiga atau kedua SM.
-
Di mana harta karun Zaman Perunggu ditemukan? Ahli detektor logam dari Asosiasi Drossen Lubuskie menemukan artefak dari Zaman Perunggu di sekitar kota Slubice, Polandia.
-
Kapan puncak musim kemarau di Indonesia? Bulan Agustus menjadi puncak musim kemarau di Indonesia, yakni sebanyak 507 ZOM (72,53 %).
-
Dimana bukti kekeringan Zaman Perunggu ditemukan? Bukti tersebut ditemukan di Danau Garam Larnaca dekat Masjid Hala Sultan Tekke di Siprus.
-
Kenapa harta karun ini dicari? Harta karun ini menjadi terkenal berkat sebuah buku teka-teki yang ditulis oleh Max Valentin dan diilustrasikan oleh Michel Becker, berjudul On the Trail of the Golden Owl, yang diterbitkan pada tahun 1993.
-
Dimana harta karun Zaman Perunggu ditemukan? Harta karun itu ditemukan 60 tahun lalu di Spanyol.
"Ketika itu kami tidak perlu gali tanah karena emas-emas itu muncul di permukaan tanah, anehnya tidak rusak, banyak masih utuh," ujarnya.
Lantaran lahan bekas terbakar itu digarap perusahaan, aktivis warga terhenti. "Kami yakin masih banyak lagi emas-emas di sana, karena tidak dilimbang (ayak) seperti sekarang, cuma mengais-ngais tanah sedikit," ujarnya.
Di tahun yang sama, perburuan kembali terulang karena penemuan emas Sriwijaya kembali ditemukan oleh kernet ekskavator yang membuat galian sudah cair di dusun Talang Petai. Dari sinilah mulai menggunakan sistem pengayaan karena berada di sungai.
Lokasi ini menjadi tempat dan masa jayanya pemburu harta karun. Mereka mendirikan tenda bermalam dan membawa bekal selama seminggu sebelum pulang untuk menjual hasil buruan. Ketika itu mereka sangat mudah mendapatkan perhiasan emas dalam kondisi utuh, tanpa cacat sedikitpun.
Selain perhiasan, warga juga banyak menemukan gerabah atau tembikar yang terbuat dari tanah liat maupun keramik. Gerabah itu bervariasi, ada yang kecil ada juga yang besar setinggi 50 sampai 60 sentimeter.
Di dalam guci besar, berisi tulang belulang manusia. Banyaknya tulang tersebut membuat warga menjuluki areal itu sebagai pulau tengkorak. Mayoritas tulang-tulang itu berukuran kecil, berbeda dengan tulang manusia saat ini.
"Setiap gerabah besar pasti atau tulang-tulang, lengkap dari kaki sampai tengkorak. Tidak ada yang kami bawa ke rumah, takut juga, kan tidak tahu tulang siapa," kata dia.
Benda Bersejarah Berserakan di Pinggir Sungai
Lagi-lagi lokasi itu tak diperkenankan lagi didatangi karena berada dalam lahan konsesi perusahaan. Warga hanya membiarkan gerabah-gerabah itu beserta tulang belulang berserakan di pinggir sungai.
"Tidak tahu sekarang, apa masih ada atau sudah diambil orang. Sejak dilarang kami tidak pernah ke situ lagi," ujarnya.
Selama beberapa tahun terakhir, banyak tempat yang sudah menjadi lokasi perburuan harta karun. Seperti Dusun Pasir, Sungai Lumpur, Sungai Serdang, Kanal 12, Sungai Bagan, Talang Sebaris, Kanal Pisang, dan sekarang Sungai Pelimbangan.
"Baru di Pelimbangan ini yang heboh, mungkin karena menyebar di media sosial," kata dia.
Warga berkeyakinan pernah ada penduduk yang bermukim di wilayah itu sejak ratusan bahkan ribuan tahun lalu. Hanya saja, mereka tidak mengetahui sejarahnya karena terputus keturunannya.
"Buyut-buyut kami tidak tahu ada cerita penduduk lama di sini, ceritanya terputus. Baru tahu ada perumahan lama setelah penemuan harta karun itu," kata Karan (48) warga Cengal.
Oleh karena itu, warga berharap sejarah yang pernah ada di situ bisa diungkap dengan terang. Bagi mereka ada kebanggaan tersendiri karena bagian dari sejarah pra, masa, dan pasca Kerajaan Sriwijaya.
"Tapi bukan berarti memburu emas ditutup atau dilarang. Silakan meneliti, kami tetap memburu, intinya jangan saling ganggu," kata dia.
(mdk/cob)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Situs kuno ini ditemukan para pemancing yang sedang menyelam di malam hari di Sungai Musi, Sumatera Selatan.
Baca SelengkapnyaCerita penemuan harta karun bermula ketika keenam buruh sedang menggali tanah sawah untuk dijual sebagai tanah urug.
Baca SelengkapnyaHarta karun tersebut ditemukan dekat kuburan kuno yang keberadaannya dikuak gelombang tsunami dahsyat yang melantak Aceh pada 2004.
Baca SelengkapnyaPeninggalan masa Kerajaan Sriwijaya berupa kawasan permukiman sekaligus barang-barang yang digunakan manusia pada saat itu.
Baca SelengkapnyaCandi Sambisari diperkirakan semasa dengan Candi Prambanan, Plaosan, dan Sojiwan, yaitu sekitar abad 9-10 masehi.
Baca SelengkapnyaPengunjung seolah diajak napak tilas kejayaan Banten Lama, melalui sejumlah peninggalannya di kampung wisata tersebut.
Baca SelengkapnyaDulunya kawasan lereng Merapi-Merbabu menjadi tempat orang-orang zaman dulu menimba ilmu
Baca SelengkapnyaMenhir-menhir itu merupakan mahakarya kesenian leluhir orang Minangkabau yang diperkirakan hidup di tahun 1550 sebelum masehi.
Baca SelengkapnyaPuluhan ribu koin perunggu kuno ditemukan seorang penyelam setelah melihat sesuatu terbuat dari logam tidak jauh dari pantai Sardinia, Italia.
Baca SelengkapnyaDi Bukit Siguntang ditemukan beberapa makam yang dipercaya sebagai keturunan dari Kerajaan Sriwijaya di masa lampau.
Baca SelengkapnyaTanaman Langka Berusia 3.000 Tahun Ini Ditemukan Masih Terikat Pada Gelang Zaman Perunggu
Baca SelengkapnyaDari pasar terapung yang ramai hingga keheningan hutan pinus, kota ini menyimpan cerita di setiap sudutnya.
Baca Selengkapnya