Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Balita penderita hydrocepalus di Sukoharjo akhirnya peroleh jamkesda

Balita penderita hydrocepalus di Sukoharjo akhirnya peroleh jamkesda bayi hydrocepalus. ©2014 merdeka.com/abdullah sani

Merdeka.com - Faujan Putra Halfi alias Slamet Nugroho balita penderita hydrocephalus asal Sukoharjo, Jawa Tengah akhirnya mendapatkan penanganan dari pemerintah setempat. Pemkab Sukoharjo berjanji untuk memberikan bantuan biaya operasi melalui program jaminan kesehatan daerah (Jamkesda).

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Sukoharjo, Guntur Subiantoro mengatakan pihaknya akan menjamin pengobatan Slamet. Namun karena bayi tersebut tak memiliki akta kelahiran, upaya pengobatan bayi malang itu sedikit terkendala.

"Slamet belum memiliki akta kelahiran, jadi pihak RT setempat harus membantu untuk mengurusnya. Karena kalau untuk BPJS salah satu persyaratan harus punya akta kelahiran, jadi kita usahakan dulu dengan jamkesda," ujar Guntur, Selasa (24/5).

Orang lain juga bertanya?

Guntur mengatakan, untuk biaya operasi penderita hydrocephalus dibutuhkan biaya sekitar Rp 10 juta. Jumlah tersebut bisa dimasukkan dalam plafon Jamkesda. "Kami akan berusaha keras mencari cara agar Slamet bisa disembuhkan," katanya.

Sebelumnya diberitakan Slamet Nugroho menderita hydrocephalus, yakni penyakit dengan cairan otak berlebihan hingga menyebabkan rongga tengkorak membesar akibat akumulasi cairan.

Dari hari ke hari kepala anak kelahiran, Sukoharjo 7 Oktober 2013 lalu ini semakin membesar. Tak hanya itu, putra pasangan Nur Halimah (22) dan Ngadiono (23) tersebut seolah tak berhenti menangis merasakan sakit yang dideritanya.

Ditemui wartawan di rumah Poniyem (47) neneknya, yang sangat sederhana di Dukuh Plarung RT 3 RW 5, Desa Cabean, Kecamatan Bendosari, Kabupaten Sukoharjo, Slamet tampak terus menangis dalam gendongan neneknya.

"Anak saya menderita penyakit ini sejak lahir. Kepalanya terus membesar, tiap hari nangis. Saya sudah tak punya biaya untuk berobat," ujar Halimah, Senin (23/3).

Halimah mengaku sudah berulangkali membawa anaknya untuk berobat. Namun hingga saat ini belum ada perkembangan berarti. Meski demikian, dia yakin anaknya suatu saat bisa disembuhkan.

Kondisi ekonomi dan mahalnya biaya pengobatan diakui Halimah sering membuatnya putus asa. "Saya pasrah saja, karena usaha untuk penyembuhan anak saya sudah setahun lebih. Kami tidak memiliki biaya lagi untuk berobat," keluhnya sambil meneteskan air mata.

Bahkan, lanjut dia, keluarga dan ketua RT setempat sudah mengusahakan bantuan ke desa, kecamatan, rumah sakit dan BPJS Kesehatan. Semuanya tidak membuahkan hasil.

"Saya sangat berharap pemerintah tahu kalau ada warganya yang benar-benar susah. Saya tidak tahu harus mengadu ke siapa lagi? ucapnya lirih.

Kakek dan nenek Fauzan, Nardi (53) dan Poniyem (47) menambahkan, cucunya tersebut pernah dibawa ke rumah sakit di Kota Solo untuk rutin berobat, tetapi berhenti di tengah jalan."Pernah berobat di Solo dan RSUD Sukoharjo tapi mereka tidak sanggup mengatasi penyakit cucu kami," jelasnya.

Selain itu, orangtua Slamet saat ini sudah merasa tak sanggup membawanya ke dokter lagi. Karena setiap kontrol, harus butuh uang transport Rp 300 ribu untuk sewa mobil."Kami ini hanya petani dan ibunya buruh di pabrik. Bapaknya Slamet juga sudah lama pergi sampai sekarang belum balik, ucapnya.

Ketua RT 3 RW 5 Dukuh Plarung, Yarto Gusdur mengaku pihaknya tak kurang-kurang menyampaikan penderitaan Nur Halimah dan keluarganya pada pemerintah setempat. Namun hingga saat ini tak mendapat respons.

Nur Halimah, lanjut Yarto, memang sulit mendapatkan bantuan pengobatan dari pemerintah. Sebab dia tidak mempunyai surat nikah. Halimah dan suaminya selama ini hanya menikah siri dan belum dicatatkan di KUA.

Apalagi saat ini suami Halimah yang warga Kabupaten Cilacap itu merantau ke Jakarta dan tidak pernah kembali ke rumah untuk menafkahi istrinya."Suaminya dihubungi juga tidak pernah bisa," sambungnya.Yarto menambahkan, upaya lain sempat dilakukan agar si bayi sembuh, yakni dengan mengganti nama. "Nama anaknya diganti Slamet, biar kondisinya baik. Kan kasian 1,5 tahun merasakan sakit," pungkasnya.

(mdk/cob)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Kasus Ibu Lahiran di Pinggir Jalan Karena Ditolak Bidan, Faskes di Jember jadi Sorotan
Kasus Ibu Lahiran di Pinggir Jalan Karena Ditolak Bidan, Faskes di Jember jadi Sorotan

Buntut kejadian itu, Apdesi Jember hari ini akan melakukan aksi ke Dinas Kesehatan dan DPRD Jember untuk mencari solusi konkret.

Baca Selengkapnya
Viral Seorang Ibu Melahirkan di Pelabuhan Jepara, Cuma Dibantu Suami
Viral Seorang Ibu Melahirkan di Pelabuhan Jepara, Cuma Dibantu Suami

Tampak seorang ibu tanpa dibantu tenaga medis melahirkan di pelabuhan Pantai Kartini.

Baca Selengkapnya
Heboh Bayi Laki-Laki Hamil di Sumbar, Ini Penjelasan Medisnya
Heboh Bayi Laki-Laki Hamil di Sumbar, Ini Penjelasan Medisnya

Heboh seorang bayi laki-laki berusia 5 bulan di Sumatera Barat (Sumbar) memiliki janin di perutnya.

Baca Selengkapnya
Malang, Bayi Baru Lahir dengan Ari-Ari Masih Menempel Diduga Dibuang Orang Tua, Disimpan di Kaleng Cat
Malang, Bayi Baru Lahir dengan Ari-Ari Masih Menempel Diduga Dibuang Orang Tua, Disimpan di Kaleng Cat

Beruntung bayi malang itu masih bisa diselamatkan dan sekarang sedang dalam perawatan.

Baca Selengkapnya
Dalih Kadinkes Jember soal Viral Ibu Melahirkan di Pinggir Jalan Usai Ditolak Bidan Desa & Prosedur Ambulans yang Berbelit-belit
Dalih Kadinkes Jember soal Viral Ibu Melahirkan di Pinggir Jalan Usai Ditolak Bidan Desa & Prosedur Ambulans yang Berbelit-belit

Peristiwa miris tersebut viral di media sosial, ibu yang hendak melahirkan di Jember malah ditolak bidan desa

Baca Selengkapnya
Akibat Jalan Rusak Tak Bisa Dilewati Kendaraan, Bocah Sakit Ini Terpaksa Ditandu Lewati Hutan
Akibat Jalan Rusak Tak Bisa Dilewati Kendaraan, Bocah Sakit Ini Terpaksa Ditandu Lewati Hutan

Diketahui, bocah ini mengalami penyakit usus buntu dan harus melewati jalanan hutan dengan ditandu untuk menuju rumah sakit.

Baca Selengkapnya
Permudah Masyarakat Dapat Dokumen, Akses Layanan Dukcapil DKI Diminta Diperluas
Permudah Masyarakat Dapat Dokumen, Akses Layanan Dukcapil DKI Diminta Diperluas

Dukcapil DKI Jakarta sudah mempunyai aplikasi Alpukat Betawi dan Dariku Untukmu.

Baca Selengkapnya
Ibu Buang Bayi di Halte: Maafin, Ekonomi Kita Tidak Cukup Besarin Kamu Nak
Ibu Buang Bayi di Halte: Maafin, Ekonomi Kita Tidak Cukup Besarin Kamu Nak

Dalam surat tertulis bagaimana cara merawat sang bayi dan kebiasaannya.

Baca Selengkapnya
Kerap Jadi Tempat Ziarah, Begini Kisah di Balik Makam Jabang Bayi Kesambi Cirebon
Kerap Jadi Tempat Ziarah, Begini Kisah di Balik Makam Jabang Bayi Kesambi Cirebon

Banyak yang punya hajat dan dipermudah jalannya setelah berdoa di sini.

Baca Selengkapnya
Penjelasan RSAB Harapan Kita Penyebab Bayi Dua Bulan Sempat Kritis hingga Gizi Buruk
Penjelasan RSAB Harapan Kita Penyebab Bayi Dua Bulan Sempat Kritis hingga Gizi Buruk

RSAB Harapan Kita berjanji menangani bayi berinisial LAH secara optimal.

Baca Selengkapnya
Viral Petugas Klinik di Tasik Main HP saat Tangani Ibu & Bayi Prematur Baru Lahir Berujung Meninggal, Ini Kronologinya
Viral Petugas Klinik di Tasik Main HP saat Tangani Ibu & Bayi Prematur Baru Lahir Berujung Meninggal, Ini Kronologinya

Pasien tidak dibersihkan dan penanganan terhadap bayi prematur itu juga tidak maksimal.

Baca Selengkapnya
Viral Bayi Prematur Meninggal Dibuat Konten Foto Oleh Pihak Klinik, Ini Cerita Versi Keluarga
Viral Bayi Prematur Meninggal Dibuat Konten Foto Oleh Pihak Klinik, Ini Cerita Versi Keluarga

Dinkes mengatakan proses pengambilan foto harus dilakukan dengan izin dari pihak keluarga.

Baca Selengkapnya