Berburu batu Meling di sungai Klawing
Merdeka.com - Mentari sudah tak lagi terik selepas azan Zuhur di tepi Sungai Klawing, Purbalingga, Jawa Tengah, Kamis (19/2). Kala itu, Dea (19), pemuda asal Bukateja, Purbalingga, nampak asyik menggali bebatuan di tepi sungai yang berhulu di gunung tertinggi Jawa Tengah, Gunung Slamet.
"Ini lagi mencoba mencari-cari, tadi pagi banyak sekali warga yang mencari batu di sini," ucapnya sembari tangannya sesekali mengangkat beberapa batu kehitaman dari dalam sebuah lubang yang dibuatnya di tepi sungai.
Tak mendapat yang diinginkannya, batuan sungai tersebut dilemparkannya ke arah gundukan kumpulan batu yang tak terhitung jumlahnya. Aktivitas tersebut terus berulang, sembari sesekali pandangannya terfokus ke arah telapak tangan yang menggenggam bebatuan dari lubang yang dibuat sejak beberapa jam lalu.
-
Batu apung Purwakarta itu apa? Wisatawan bisa mengasingkan diri sejenak dari hiruk pikuk kota yang menyita energi.
-
Dimana batu itu ditemukan? Awalnya batu seberat 3,5 kilogram itu ditemukan di dasar sungai Colti di sebelah tenggara Rumania oleh seorang wanita tua.
-
Dimana lokasi Batu apung Purwakarta? Destinasi ini cocok dikunjungi oleh para pecinta alam maupun Anda yang ingin menghabiskan waktu bersama keluarga. Wisatawan bisa mengasingkan diri sejenak dari hiruk pikuk kota yang menyita energi.
-
Kenapa Kawah Pulosari dipadati pendaki? Biasanya area ini dipadati pendaki yang trekking atau mendirikan tenda di camping ground.
-
Kenapa batu alam Lebak banyak diminati? Ada dua jenis batu alam yang digemari pangsa pasar mancanegara, yakni batu templek teyeng dan batu tempel black Baduy. Keduanya paling laris di pasaran, karena motifnya mampu mempercantik interior bangunan.
"Saya datang kesiangan, mungkin kalau datang agak pagi bisa dapat lebih banyak. Saya baru dapat segini saja," seraya menunjuk tiga batu kecil berukuran satu ruas jari.
Walau sudah mendapat beberapa batu yang bakal dibawa pulang, dia mengaku tidak mengetahui jenis bebatuan yang didapat dari pencariannya. Meski begitu, diakui Dea, batu yang didapat dari Sungai Klawing yang berada di Kecamatan Kaligondang lebih baik dari batu yang didapat dari aliran Kali Kacangan yang berada tak jauh dari rumahnya.
"Lebih bagus di sini (Sungai Klawing) daripada di sana," tuturnya.
Dea tak datang sendiri. Dia datang bersama ayahnya, Rudi (40) yang sedang menggali lubang tak jauh dari tempatnya. Sesekali suara batu beradu terdengar nyaring dari arahnya.
"Untuk memeriksa bagus atau tidak, ujung batunya dipecahkan biar kelihatan di dalamnya ada motif atau tidak," ujarnya memberi tips cara mencari batu di Sungai Klawing.
Menurutnya, bebatuan di Sungai Klawing berbeda dibanding batu di sungai lain. Rudi menuturkan, bebatuan di Sungai Klawaing beberapa memiliki warna yang menarik.
"Seperti ini, warnanya agak kehijau-hijauan," katanya menunjukkan batu berwarna kehijauan sebesar kepalan tangan anak kecil.
Rudi pun tak mengetahui jenis batuan yang didapatnya dari Sungai Klawing. Tak jauh dari Rudi, Reban (65) yang kesehariannya bekerja menggali pasir dan batu, sesekali memperhatikan batuan yang didapat dari dasar tepi sungai. Meski bekerja menjadi penggali batu dan pasir sungai, Reban tak menampik kerap mendapat bebatuan yang dianggap menarik warga.
"Biasanya, kalau batunya berwarna dan menarik saya pisahkan dan ditaruh di ember. Kalau ditaruh di ember, ada saja warga yang datang melihat-lihat dan membeli batu yang dianggap menarik. Kalau sudah seperti itu, biasanya saya lepas seharga Rp 5 ribu sampai Rp 10 ribu," ucapnya dalam bahasa banyumasan.
Sebelum tren batu akik klawing merebak, Reban mengaku kerap mendapatkan batu tersebut. Namun, bebatuan tersebut tidak selalu dibawanya pulang. Tetapi sejak tren batu klawing merebak, dia mengaku menyimpan batuan yang dianggapnya menarik.
"Di rumah mungkin ada dua karung yang saya simpan," jelasnya.
Reban mengaku tidak tertarik untuk beralih pekerjaan menjadi pencari batu klawing. "Dulu pernah ada yang meminta saya bawa batu yang di dapat dari sini (Sungai Klawing), tetapi ternyata tidak menghasilkan, sejak itu kalau ada yang ingin melihat batu klawing mending orangnya saya suruh datang saja ke rumah," katanya.
Menurut seorang pedagang batu Klawing, Rosa Redita (34), tidak semua batu dari Sungai Klawing bisa dijadikan batu hias. Diakuinya, untuk mendapat batu yang akan dijadikan aksesoris tersebut butuh ketelitian lebih khusus.
"Kalau ingin membeli batu klawing dari pencari harus diketahui dulu asal wilayah pengambilannya dan dilihat juga bentuknya," ucapnya.
Diakuinya, memang banyak metode yang digunakan untuk mencari batuan khas Sungai Klawing yang digemari masyarakat. Menurut lulusan jurusan Kimia Fakultas MIPA Universitas Jenderal Soedirman ini, jenis batuan yang digemari pecinta batu hias saat ini berjenis Nagasui dan Pancawarna.
"Sekarang mungkin agak sulit mendapatkan batu tersebut di tepi, biasanya banyak yang mencari di tengah sungai dengan berbagai cara. Ada yang menggunakan paralon, ada juga yang menyelam menggunakan kacamata renang di tengah sungai," ucapnya.
(mdk/dan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Obyek wisata yang berada di ketinggian sekitar 1.200 mdpl itu hanya berjarak 4 kilometer dari puncak Gunung Merapi.
Baca SelengkapnyaMereka beraksi bak peselancar andal yang ditonton banyak orang.
Baca SelengkapnyaGunung Kelam membentang dari arah barat ke timur dengan ketinggian 1.002 mdpl dan merupakan sebongkah batu raksasa atau monolit
Baca SelengkapnyaBeberapa batuan seukuran truk menggelinding dari puncak Gunung Merapi dan terdampar di tempat itu
Baca SelengkapnyaDebit air sungai Ciliwung di Bendung Katulampa mengalami penyusutan dengan tinggi muka air (TMA) hanya nol centimeter
Baca SelengkapnyaGunung Slamet dikaitkan dengan berbagai mitos gaib dan unik.
Baca SelengkapnyaDi balik pesonanya, tersimpan cerita tragis yang dialami oleh para pendaki Gunung Singgalang ini.
Baca SelengkapnyaSaat cuaca cerah, Gunung Karang bisa terlihat dengan jelas di antara blok apartemen di Jakarta
Baca SelengkapnyaBanyak wisata alam tersembunyi yang ada di lereng Gunung Sumbing ini.
Baca SelengkapnyaAnak-anak di Kampung Pasir Gudang tidak bermain gadget saat mengisi waktu luang, melainkan mencari belut di sawah.
Baca SelengkapnyaGunung Slamet memiliki mitos yang berkembang di tengah masyarakat sekitar maupun para pendaki
Baca SelengkapnyaSemula, warga hendak mencari kucing, malah melihat sejumlah tubuh manusia mengambang di permukaan kali. Semula mengira hanya boneka ternyata manusia.
Baca Selengkapnya