Beredar Video Pengakuan Agum Gumelar tentang Prabowo dan Pembunuhan Aktivis '98
Merdeka.com - Jagat media sosial diramaikan dengan pernyataan anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) Jokowi-JK, Agum Gumelar soal penculikan aktivis pada 1998 lalu. Agum mengaku tahu dimana para aktivis itu dikubur usai dibunuh.
Agum awalnya menjelaskan mengenai struktur anggota Dewan Kehormatan Perwira (DKP) yang menyidangkan kasus penculikan. DKP diisi oleh perwira TNI bintang tiga. Termasuk di dalamnya Agum Gumelar dan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
"Berjalanlah DKP, bekerjalah DKP, sebulan lebih memeriksa yang namanya Prabowo Subianto, periksa. Dari hasil pemeriksaan mendalam, ternyata didapat fakta bukti yang nyata bahwa dia melakukan pelanggaran HAM yang berat," jelas Agum dalam video itu.
-
Apa arti kata-kata untuk orang meninggal di SUMUT? Beberapa ucapan ini terdengar sederhana, namun dapat menunjukkan perhatian dan rasa empati dari orang-orang yang sedang berduka cita. Kata-kata ucapan untuk orang meninggal ini juga dapat memberikan dukung dan motivasi bagi keluarga yang ditinggalkan. Dengan pelipur, maka rasa sedih dan beban yang sedang mereka rasakan bisa sedikit berkurang.
-
Siapa kakek Prabowo Subianto? Ia adalah cucu dari Raden Mas Margono Djojohadikusumo, pendiri Bank Negara Indonesia (BNI) 46 dan anggota Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI).
-
Siapa korban pembunuhan? Pelaku ditangkap oleh tim gabungan Resmob Polrestabes Semarang dan Jatanras Polda Jateng di hari yang sama dengan kejadian yaitu Senin (24/7). “Jadi kejadian jam 03.00 wib. Pelaku kami tangkap dalam pelariannya di Solo Jateng pukul 06.00 Wib.“
-
Siapa yang meninggal? Meskipun ia berjanji akan mengunggah video Kamari mukbang alias makan lagi, Papa Dali sudah pergi selamanya tanpa memenuhi janjinya.
Agum yang juga mantan Danjen Kopassus itu melakukan pendekatan dengan mantan anak buahnya yang berdinas di Kopassus. Dari situ terungkap, dimana para aktivis itu dibunuh.
"Tim Mawar yang melakukan penculikan itu, bekas anak buah saya semua dong. Saya juga pendekatan dari hati ke hati kepada mereka, di luar kerja DKP. Karena mereka bekas anak buah saya dong. Di sini lah saya tahu bagaimana matinya orang-orang itu, di mana dibuangnya, saya tahu betul," ujar dia.
Lebih lanjut Agum mengatakan, dari hasil DKP itu menyebutkan bahwa Prabowo terbukti melanggar HAM berat. Hingga DKP merekomendasikan kepada Panglima TNI saat itu Wiranto untuk memberhentikan Prabowo dari dinas militer. Keputusan itu menurut Agum ditandatangani oleh semua anggota DKP termasuk SBY.
"Jadi DKP dengan hasil temuan seperti ini merekomendasikan kepada Panglima TNI. Rekomendasinya apa? Dengan kesalan terbukti, yang direkomendasikan supaya yang bersangkutan diberhentikan dari dinas militer. Agum Gumelar tanda tangan, Susilo Bambang Yudhoyono tanda tangan, semua tanda tangan," terang Agum.
Namun Agum merasa heran dengan sikap SBY yang dulu menandatangani keputusan DKP terkait pelanggaran HAM Prabowo, kini justru memberikan dukungan kepada Prabowo sebagai capres di Pilpres 2019.
"Walaupun sekarang ini saya jadi heran, ini yang nandatangan rekomendasi kok malah mendukung, ah itu. Nggak punya prinsip itu orang," ucap dia.
Isu pelanggaran HAM dianggap sebagai musiman. Terjadi setiap Prabowo mencalonkan diri sebagai presiden di pemilu. Pada 2014 lalu, isu ini juga kencang berhembus.
Mantan Kepala Staf Umum (Kasum) TNI Letjen (Purn) Johanes Suryo Prabowo pernah menegaskan, Prabowo Subianto bukan pelanggar hak asasi manusia (HAM). Namun menurut dia, malah sebaliknya, mantan Panglima TNI Jenderal (purn) Wiranto yang justru pelanggar HAM internasional.
Suryo Prabowo menambahkan, dalam surat Dewan Kehormatan Perwira (DKP) mengenai pemecatan Prabowo tidak menunjukkan adanya pelanggaran HAM. Bahkan, tidak ada keterkaitan antara antara capres dari Partai Gerindra ini dengan aksi kerusuhan pada 1998.
"DKP itu seharusnya dibuat oleh presiden. Di sana (surat DKP) tidak melanggar HAM, karena hanya dituduh melakukan penangkapan aktivis, bahkan dari temuan DKP tidak ada keterkaitan Prabowo dalam soal Mei 98," jelas Suryo.
Bahkan, dia menambahkan, setelah terbentuknya Tim Pencari Fakta (TPF) dan melakukan investigasi, tidak menemukan bukti keterkaitan Prabowo dalam kasus 1998. Termasuk dalam sidang militer yang dilakukan terhadap Pasukan Tim Mawar, pelanggaran Prabowo tidak ditemukan.
"Dalam sidang pun tidak ditemukan adanya keterlibatan Prabowo terkait penculikan, maupun penembakan empat aktivis mahasiswa Trisakti ketika itu," jelas dia.
Suryo mengungkapkan, sebenarnya bukan Prabowo yang menjadi penjahat HAM, tetapi Wiranto. Karena Pengadilan HAM Internasional yang dilaksanakan di Den Haag, Belanda memutuskan Wiranto sebagai tersangka dalam kasus perang di Timor Leste.
"Seharusnya Wiranto yang divonis oleh Pengadilan HAM sebagai pelanggar HAM internasional, dan sekarang ini Wiranto diburu internasional sehingga ketika anaknya meninggal itu dia tidak bisa ke mana-mana (berziarah), karena akan ditangkap," tegas dia.
"Kalau Prabowo dalang kerusuhan dan penculikan, seharusnya tidak ada dong kerusuhannya, dan ketika itu malah ada kerusuhan di Biak, Papua, ada sebanyak 250 orang mati di sana," tambah Suryo.
Hal senada juga dibantah oleh mantan Panglima TNI Djoko Santoso. Djoko yang kini menjabat sebagai Ketua Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandiaga, menegaskan, tak khawatir apabila isu penculikan kembali dihembuskan untuk serang Prabowo. Djoko menilai, Prabowo tidak terlibat penculikan.
"Yang melanggar HAM itu siapa? Mereka (kubu Jokowi) yang melanggar HAM," kata Djoko.
Dia menegaskan, Prabowo yang saat itu menjabat sebagai Danjen Kopassus hanya menjalankan perintah dari komandannya. Namun Djoko tak menjelaskan, siapa komandan Prabowo yang dimaksud. Pada saat itu, yang menjabat sebagai Panglima ABRI (TNI), Jenderal Wiranto.
"Dia atas perintah komandannya, yang sekarang ini kalau Prabowo melanggar HAM itu masa transisi. Sekarang dalam kondisi HAM seperti ini masih ada pelanggaran," kata Djoko.
(mdk/rnd)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Aktivis '98 Benny Ramdhani menyebut, putusan Dewan Kehormatan Perwira (DKP) sudah jelas menyatakan bahwa Prabowo Subianto terlibat dalam penculikan aktivis '98.
Baca SelengkapnyaPrabowo mengenang kembali masa lalunya bersama Ketua Umum Partai Rakyat Adil Makmur Agus Jabo dan eks politikus PDIP Budiman Sudjatmiko
Baca SelengkapnyaAktivis 98 menilai ada upaya memanipulasi sejarah masa lalu bergabungnya Budiman Sudjatmiko hingga anggota Dewan Kehormatan Perwira Wiranto ke kubu Prabowo.
Baca SelengkapnyaSekumpulan pemuda yang sebelumnya nongkrong melempari batu ke arah Eky dan Vina. Bahkan beberapa di antaranya mengejar serta memepet motor korban.
Baca SelengkapnyaPrabowo menyampaikan terima kasih atas dukungan Aktivis 98 terhadap dirinya sebagai capres 2024.
Baca SelengkapnyaMenhan Prabowo Subianto bertemu dengan mantan anak buahnya yang terlibat dalam Operasi Mapenduma di Papua.
Baca SelengkapnyaDalam konteks HAM, yang menjadi pijakan dijelaskannya yakni yang pertama memori kolektif korban dan kedua adanya kesamaan kronologis peristiwa.
Baca SelengkapnyaKorban tewas dengan luka tembakan. Belum diketahui kronologi kejadian.
Baca SelengkapnyaPemanggilan calon menteri dijelaskan Prabowo dalam rangka berdiskusi mengenai arah kebijakan pemerintahan mendatang.
Baca Selengkapnya