Berhaji dengan Keterbatasan dan Tangan-Tangan Mulia Pemberi Bantuan
Merdeka.com - Sudirman sedang beristirahat di kamarnya siang itu. Dia sedang mengembalikan tenaga setelah perjalanan panjang dari Makassar menuju Madinah.
Tetapi dia bergegas menyambut saat melihat tim Media Center Haji (MCH) tiba di depan pintu kamar. Sudirman sigap beranjak dari kasurnya dan menyapa.
"Silakan masuk," kata pria berusia 37 tahun itu, Sabtu (18/6).
-
Siapa yang menabung selama 22 tahun untuk haji? Mahruf sampai detik ini masih tidak menyangka bisa berangkat haji sebentar lagi. Sebelumnya ia sudah menabung selama 22 tahun sejak 2002 silam dari penghasilannya sebagai penjual gorden keliling.
-
Bagaimana Pak Rohmat bisa berangkat haji? Diawali dari niat tersebut, mereka mampu melunasi talangan haji berkat kegigihan dalam menabung.
-
Bagaimana Mahruf menabung untuk haji? Walaupun penghasilannya tidak besar, Mahruf tetap bersemangat untuk menyisihkan pendapatannya demi bisa melihat Ka’bah secara langsung.'Saya sangat bangga, dan haru bisa berangkat haji tahun ini,' kata Mahruf, mengutip YouTube Fokus Indosiar, Selasa (7/5).
-
Bagaimana cara Mahrun menabung untuk haji? Upaya Mahrun selama puluhan tahun menyisihkan pendapatannya untuk menabung agar bisa pergi haji berbuah manis. Sebagai pembuat stempel lokasi usahanya sering berpindah tempat karena digusur.
-
Bagaimana Syifa bisa berangkat haji? 'Nah, waktu itu ternyata boleh diganti oleh satu Bin atau Binti di awal 2020,' katanya
-
Bagaimana cara orang berhaji? Biasanya, ada serangkaian acara yang dilakukan menjelang seseorang menunaikan ibadah Haji. Salah satunya yakni momen berpamitan kepada sanak, saudara, hingga orang-orang terdekat.
Sudirman salah satu dari 390 lebih jemaah embarkasi Makassar. Dia tiba di Madinah pada Jumat (17/6) pagi kemarin.
Sudirman menghuni kamar bersama enam orang lainnya sesama jemaah pria.
"Saya ke sini sama tante, istri belum mendapat panggilan," kata Sudirman mengawali perbincangan.
Sudirman mendaftar haji tahun 2010 bersama kedua orangtua serta om dan tantenya. Keberanian Sudirman mendaftar setelah memiliki dana cukup. Setiap hari dia coba menyisihkan Rp20.000 dari penghasilannya sebagai penjual pulsa.
Alhamdulillah, dia juga mendapat dukungan dari orangtua. Merasa uang telah cukup, sesegera mungkin Sudirman mendaftar. Seharusnya, dia berangkat pada 2020 lalu. Tetapi tertunda dua tahun karena pandemi.
Kira-kira pertengahan bulan Ramadan lalu, dia mendapatkan kabar gembira. Pesan dalam ponsel menginformasikan dia dan tante masuk kuota jemaah haji tahun ini.
"Rasanya senang sekali."
Sudirman memang tidak terlalu panjang menjawab ketika diberi pertanyaan. Tetapi dia selalu tersenyum. Cukup menggambarkan betapa Sudirman sangat bahagia bisa sampai di Madinah untuk berhaji.
Doa Istri Tercinta
Setelah mendapatkan kabar, Sudirman bersiap. Dia melengkapi segala hal diperlukan. Mulai dari dokumen hingga perbekalan lainnya. Termasuk menyiapkan mi instan dan camilan.
Sudirman menempuh perjalanan 12 jam dari Makassar menuju Madinah. Bahkan sebelumnya, dia juga harus menghabiskan waktu 10 jam menuju embarkasi Makassar dari tempat tinggalnya di Luwuk Timur. Kini semua kelelahan itu terbalas. Masjid Nabawi yang dahulu hanya dia lihat dari televisi kini ada di depan mata, bahkan berulang kali salat di dalamnya.
"Rasanya senang, bersyukur, tidak bisa berkata-kata. Tidak pernah terbayang sebelumnya," ucapnya malu-malu.
Kegembiraan itu dikabarkan Sudirman pada istri tercinta. Lewat sambungan telepon video, dia menceritakan pengalaman meski baru beberapa jam berada di Madinah. Di ujung telepon, istrinya hanya bisa terharu dan berpesan. Agar fokus ibadah dan jaga kesehatan.
Ada rasa sedih di hati Sudirman karena tidak bisa berangkat bersama-sama keluarganya yang lain. Di momen haji ini, dia manfaatkan untuk mendoakan agar keluarga serta istri dan anaknya bisa berhaji.
"Saya akan doakan orangtua, istri dan anak bisa ke sini juga," katanya.
Dia juga bercerita bagaimana keterbatasan yang dia memiliki justru membuat banyak tangan-tangan baik memberi bantuan. Sejak dari embarkasi sampai ke penginapan di Madinah. Sesama jemaah mengulurkan tangan untuk Sudirman. Sungguh pertolongan luar biasa buatnya.
"Senang banyak dibantu teman-teman lain. Punya keluarga baru yang selalu dibantu sejak dari embarkasi," katanya.
Termasuk saat Jumatan di Masjid Nabawi. Banyak orang ingin salaman dan berfoto dengannya. Buat Sudirman, permintaan itu justru membuatnya tambah bahagia.
Sudirman mengatakan. Niatnya menunaikan rukun Islam ke lima semata-mata untuk menyempurnakan ibadah kepada Allah. Apapun kondisinya, dia yakin Allah akan selalu membantu. Termasuk ketika nanti tiba Makkah.
"Saya jalani saya, ikhlas saja. Oleh karena itu saya pesan jemaah lain jangan patah semangat pasti ada jalan ke sini," tutup bapak dua anak ini.
Sikap semangat yang ditunjukkan Sudirman membuat rekan sekamarnya terharu. Bahkan mereka semakin termotivasi membantu Sudirman ketika beraktivitas.
"Yang kita lihat dia gak pernah bilang capek tapi kita yang kasihan. Tapi lihat dia semangat kita makin semangat. Dia jadi motivasi kita dengan kekurangan tapi memiliki kelebihan," ungkap rekannya.
Ketua Kloter 1 Embarkasi Makassar, Ramli, mengatakan selama 11 jam penerbangan, dia melihat Sudirman sangat ada sehat.
"Saat di pesawat saya juga sering lewat ke tempat dia. Saya tanya aman, dia bilang aman-aman pak ketua," cerita Ramli.
Ramli memastikan meski ada tiga jemaah risti di kloternya, Sudirman tetap mendapat perhatian. Meski dia yakin Sudirman adalah jemaah yang sangat semangat meski berkebutuhan khusus.
"Saya pesan tetap jaga kesehatan," harap Ramli.
(mdk/rhm)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kisah Supartono, pemulung dan tukang becak asal Ponorogo yang berangkat haji tahun ini.
Baca SelengkapnyaMbah Suhriyeh mengaku tidak mendapatkan banyak uang. Hanya sekitar Rp30-40 ribu perhari saja.
Baca SelengkapnyaJuru parkir ini membuktikan berangkat haji bisa tak hanya bisa dilakukan oleh orang kaya
Baca SelengkapnyaMenabung sejak 1996, pada tahun 2012 mereka berhasil mendaftar sebagai calon jamaah haji.
Baca SelengkapnyaMbah Supyah pun bercerita, jika ia menjalani profesi sebagai tukang pijat keliling ini sejak usia 17 tahun.
Baca SelengkapnyaSetiap hari ia menabung seribu rupiah hingga Rp15 ribu.
Baca SelengkapnyaDia mendapatkan kuota prioritas lansia dan pendamping lansia, sehingga tidak menunggu antrian terlalu lama.
Baca SelengkapnyaShohib mengungkapkan rasa syukurnya bisa ke Baitullah karena hidupnya sebagai nelayan serba pas-pasa
Baca SelengkapnyaIa memiliki tips khusus agar bisa naik haji meskipun penghasilan tak menentu.
Baca SelengkapnyaPasutri ini bisa berangkat ke Tanah Suci berkat rajin menabung
Baca SelengkapnyaWalaupun jaraknya hanya 50 meter dari Bank BRI terdekat, namun Agen BRIlink ini punya banyak nasabah
Baca SelengkapnyaDi antara mereka, ada seorang nenek berusia 99 tahun yang terlihat semangat untuk menunaikan ibadah haji
Baca Selengkapnya