BMKG: Potensi Tsunami Akibat Erupsi Gunung Anak Krakatau Menurun
Merdeka.com - Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati mengatakan potensi tsunami akibat erupsi Gunung Anak Krakatau menurun. Penurunan ini dipicu melemahnya aktivitas Gunung Anak Krakatau.
"Karena erupsi ini melemah, maka tentunya potensi tsunami akibat erupsi juga turun atau sangat kecil," ungkapnya dalam konferensi pers yang disiarkan melalui YouTube BNPB Indonesia, Kamis (28/4).
Dwikorita menjelaskan berdasarkan hasil peninjauan langsung, Gunung Anak Krakatau hanya mengeluarkan lelehan lava. Tidak ada explosion atau ledakan sama sekali.
-
Kapan Gunung Krakatau meletus? Letusan dahsyat Gunung Krakatau terjadi pada 27 Agustus 1883.
-
Mengapa suara ledakan tidak dikaitkan dengan gempa bumi? Namun, mereka tidak menemukan peristiwa yang bersamaan dengan gempa bumi, sehingga memperkuat asumsi bahwa suara-suara ini tidak disebabkan oleh aktivitas seismik.
-
Bagaimana Gunung Batutara meletus? Letusan tersebut berupa abu vulkanik yang dimuntahkan ke dalam laut maupun letusan asap yang terus terjadi.
-
Kenapa mata air panas di Geopark Meratus bukan vulkanik? Mengutip ANTARA, fenomena mata air panas di kawasan tersebut terbentuk oleh proses peluruhan radioaktif seperti uranium, thorium, dan potassium yang bercampur sehingga menghasilkan sumber air panas.
-
Dimana letusan gunung berapi terjadi? Pertanyaan tersebut menjadi fokus perhatian para peneliti yang mengunjungi dataran tinggi luas dan berbatu di India Barat yang terbentuk oleh lava cair, di mana mereka melakukan pengeboran batu dan mengumpulkan sampel untuk dianalisis.
Jalur Mudik Merak-Bakaheuni Aman
Menurut Dwikorita jalur mudik Merak-Bakaheuni aman dari ancaman tsunami akibat erupsi Gunung Anak Krakatau. Kesimpulan ini setelah melihat jarak Merak-Bakaheuni yang jauh dari Gunung Anak Krakatau. Bahkan, keberadaaan Merak-Bakaheuni terhalang oleh beberapa pulau.
"Nah karena lokasinya yang jauh tadi, terhalang beberapa pulau, maka kami menyimpulkan penyeberangan relatif aman dari bahaya tsunami. Apalagi erupsinya melemah," ucapnya.
Meski demikian, Dwikorita mengingatkan masyarakat untuk tetap waspada. Mengingat erupsi Gunung Anak Krakatau fluktuatif, kadang-kadang menguat atau melemah.
Dia memastikan BMKG bersama Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Kementerian ESDM terus memantau aktivitas Gunung Anak Krakatau.
"Kami akan segera mengupdate perkembangannya apabila ada gejala yang membahayakan," katanya.
Aktivitas Gunung Anak Krakatau Sudah Mereda
Kepala PVMBG Kementerian ESDM, Hendra Gunawan melaporkan aktivitas Gunung Anak Krakatau sudah mereda. Kondisi ini merujuk pada kondisi tremor Gunung Anak Krakatau yang telah turun menjadi 2 milimeter.
"Sekarang hanya dalam rata-rata 2 milimeter. Di mana overscale itu kurang lebih sekitar 55 milimeter," katanya dalam konferensi pers yang disiarkan melalui YouTube BNPB Indonesia, Kamis (28/4).
Selain itu, Hendra menyebut gas sulfur dioksida (SO2) Gunung Anak Krakatau juga menurun. Pada 24 April 2022, SO2 yang dihasilkan Gunung Anak Krakatau tercatat sebanyak 9.000.
Sementara enam jam kemudian naik menjadi 13.000. Namun, dalam dua hari yang lalu, SO2 Gunung Anak Krakatau turun menjadi 5.000.
"Jadi memang sudah menurun," ucapnya.
Meski aktivitas Gunung Anak Krakatau sudah mereda, Hendra meminta masyarakat tetap waspada. Sebab, berdasarkan hasil peninjauan langsung, Gunung Anak Krakatau masih mengeluarkan asap mencapai 25 meter.
"Nah dilaporkan juga dari posko pengamatan Gunung Anak Krakatau ini ada sinar api setinggi 25 meter. Jadi ini kalau malam hari, kadang-kadang mesti kita amati adanya sinar api. Artinya, di tempat keluarnya asap itu masih panas," jelasnya.
(mdk/fik)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Saat ini letusan eksplosif masih tetap berlangsung dengan jangkauan lontaran lava dominan masih di sekitar area kawah.
Baca SelengkapnyaGempa bumi dengan magnitudo 4,6 mengguncang Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Gempa terjadi sekitar pukul 06.35 WIB.
Baca SelengkapnyaTeramati kolom abu setinggi 800 meter dari puncak gunung dan guguran material ke arah Besuk Kobokan.
Baca SelengkapnyaMaterial-material gunung seperti abu vulkanik, air dan gas saling bertabrakan, lalu menghasilkan listrik statis.
Baca SelengkapnyaGerhana Matahari Cincin adalah fenomena langka dan sangat jarang terjadi di periode dan lokasi yang sama lebih dari 10 tahun.
Baca SelengkapnyaGempa magnitudo 7,2 terjadi di Laut Banda, wilayah Tanimbar
Baca SelengkapnyaGempa tersebut terletak di laut berjarak 65 kilometer Selatan Kota Pacitan, Jawa Timur pada kedalaman 50 kilometer.
Baca SelengkapnyaGempa tersebut sempat menimbulkan guncangan yang dirasakan beberapa saat di daerah Teor, Wakate dan Pulau Gorom, Kabupaten Seram.
Baca Selengkapnya