BMKG Sebut Petani dan Nelayan Kelompok Paling Terdampak Fenomena Perubahan Iklim
Merdeka.com - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengatakan bahwa petani dan nelayan merupakan kelompok paling rentan terdampak fenomena perubahan iklim dunia.
"Hal tersebut dapat mengancam keberlanjutan dan ketahanan pangan di Indonesia," ujar Dwikorita dalam sambutannya memperingati Puncak Hari Meteorologi Dunia ke-72 secara daring diikuti di Jakarta, Rabu (30/3).
Dwikorita mengatakan, sejak tahun 2011 BMKG telah melakukan secara rutin mengadakan Sekolah Lapang Iklim setiap tahun dan berkelanjutan untuk memberikan pemahaman dan kemampuan petani dan nelayan dalam membaca cuaca dan iklim, serta beradaptasi secara tepat untuk meningkatkan produksi panen dan tangkapan ikannya.
-
Apa penyebab utama dari perubahan iklim? Lebih lanjut, Rheza menambahkan bahwa terjadinya perubahan iklim juga bersumber dari aktivitas umat manusia yang banyak menyumbang karbon dioksida yang menghasilkan efek gas rumah kaca.
-
Kenapa perubahan iklim memperburuk dampak kekeringan? Namun, para ilmuwan menyatakan bahwa perubahan iklim memperburuk dampak dari fenomena cuaca ini, sehingga membuatnya semakin sulit untuk diprediksi.
-
Siapa yang paling rentan terkena dampak cuaca ekstrem? Perubahan cuaca yang mendadak dari panas terik menjadi hujan atau dingin dan berangin ini perlu sangat diwaspadai oleh orangtua.
-
Siapa yang paling berisiko terdampak perubahan iklim pada kesehatan mental? Penelitian menunjukkan bahwa suhu yang ekstrem dapat berdampak signifikan pada kesehatan mental.
-
Mengapa perubahan iklim berdampak pada produktivitas pertanian? Perubahan iklim mengakibatkan pemanasan suhu bumi, kenaikan batasan air laut, dan terjadinya banjir.
-
Bagaimana El Nino memengaruhi petani? Kalau kondisi seperti ini terus-menerus terjadi, bisa dipastikan para petani padi akan gagal panen.
"Lebih dari 22.600 petani dan nelayan dari berbagai penjuru Tanah Air telah dilatih dan diberdayakan. Namun tentunya itu belum cukup untuk memperkuat ketahanan dan ketangguhan petani dan nelayan di Indonesia yang berjumlah lebih dari 35 juta," ujar dia, seperti dikutip Antara.
Menurut Dwikorita, kegiatan tersebut masih perlu lebih digencarkan secara lebih masif. Oleh sebabnya, BMKG terus mengundang dan mengajak berbagai pihak dari pemerintah, terutama kalangan swasta, juga akademisi dan masyarakat serta media untuk berkolaborasi demi mewujudkan satu juta petani dengan satu juta nelayan per tahun makin produktif, handal dan berketahanan iklim serta tangguh bencana.
Dwikorita juga mengungkapkan rasa terima kasih atas terobosan dari Presiden RI ke-5 Megawati Soekarnoputri, dengan menetapkan keputusan Presiden nomor 46 dan 48 tahun 2002, menetapkan badan meteorologi dan geofisika (BMG) sebagai lembaga pemerintah non departemen di bawah presiden. Sebelumnya lembaga tersebut masih merupakan badan yang berada di bawah Departemen Perhubungan.
"Kebutuhan tersebut sangat tepat dalam membangun dan memodernisasikan BMKG sehingga menjadi lebih handal dalam melakukan mitigasi dan pengurangan risiko bencana, serta membangun serta mendukung pembangunan multisektor," ujar dia.
Dalam kesempatan tersebut, acara diisi dengan arahan Presiden RI Joko Widodo untuk peringatan Hari Meteorologi Dunia, dan keynote speech oleh tokoh pelopor penguatan dan modernisasi BMKG sekaligus Presiden kelima RI Megawati Soekarnoputri.
BMKG melakukan ekspose monitoring dan pengawasan atmosfer global oleh Stasiun Global Atmospheric Watch (GAW) BMKG di Bukit Koto Tabang, Sumatra Barat.
Selain itu, BMKG juga melakukan ekspose Sekolah Lapang Iklim di Magelang, Jawa Tengah; Sekolah Lapang Cuaca Nelayan Belitung, Kepulauan Bangka Belitung; Sekolah Lapang Cuaca Nelayan Kupang, Nusa Tenggara Timur; serta Sekolah Lapang Gempa Yogyakarta, DIY.
Pada acara tersebut, Dwikorita bersama anggota Komisi V DPR RI Sudjadi berada lereng Gunung Sumbing di Desa Sukomakmur, Kecamatan Kajoran, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah melakukan ekspos terapan Sekolah Lapang Iklim untuk para petani, dan mengajak keterlibatan stakeholder untuk mewujudkan satu juta petani produktif.
(mdk/gil)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menghimbau masyarakat agar mengantisipasi ancaman El Nino
Baca SelengkapnyaDwikorita mengatakan puncak El Nino diprediksi terjadi pada Agustus-September.
Baca SelengkapnyaKepala BMKG Dwikorita Karnawati menilai saat ini kondisi bumi mengkhawatirkan dan tidak mudah diprediksi.
Baca SelengkapnyaNelayan Muara Angke saat ini menghadapi tantangan besar dengan adanya perubahan iklim.
Baca SelengkapnyaPetani pun harus merogok kocek lebih banyak untuk menyelamatkan tanaman padinya.
Baca Selengkapnya"Kekeringan panjang, hujan yang juga terus menerus sehingga menyebabkan banyak gagal panen," kata presiden.
Baca SelengkapnyaEnam orang meninggal dunia di Distrik Lambewi dan Distrik Agandume, Kabupaten Puncak, Papua Tengah.
Baca SelengkapnyaSebagian besar daerah di Indonesia berpotensi mengalami cuaca ekstrem, berupa hujan lebat disertai petir dan angin kencang.
Baca SelengkapnyaEl Nino adalah fenomena pemanasan Suhu Muka Laut (SML) di atas kondisi normalnya yang terjadi di Samudera Pasifik bagian tengah.
Baca SelengkapnyaPerubahan iklim global yang terjadi saat ini menjadi tantangan tersendiri bagi sektor pertanian
Baca SelengkapnyaKondisi ini terjadi dalam sebulan terakhir. Volume air semakin surut sejak musim kemarau tiba. Inilah penampakannya!
Baca SelengkapnyaBNPB mencatat empat titik di Riau terjadi kebakaran hutan dan lahan.
Baca Selengkapnya