Bomber Kampung Melayu kontak langsung Bahrun Naim sebelum beraksi
Merdeka.com - Kapolri Jenderal Tito Karnavian memastikan kelompok Jemaah Ansorut Daulah (JAD) adalah aktor organisasi radikal di balik jaringan ISIS masuk ke wilayah Indonesia. Setidaknya ada 16 titik jalur Indonesia yang berpotensi disusupi ISIS.
"Kita sudah paham bahkan bukan hanya 16 titik, di Densus juga petanya jelas sekali, inikan jaringan JAD, dari laporan versi Densus kepada saya, jaringan ini ada beberapa titik, di beberapa provinsi," jelasnya di Mabes Polri, Jumat (16/6).
Tito pun mengungkapkan, serangan bom di Kampung Melayu adalah ulah dari kelompok radikal JAD yang berafiliasi dengan ISIS. Kata dia, polisi telah menemukan bukti komunikasi langsung antara pelaku teror bom Kampung Melayu dengan Bahrun Naim.
-
Siapa yang terlibat dalam kontak tembak? Kontak tembak terjadi antara Satuan Tugas Batalyon Infanteri (Satgas Yonif) 133/Yudha Sakti dengan OPM wilayah Sorong Raya.
-
Siapa yang terlibat dalam peristiwa ini? 'Kami memanggil pihak keluarga pengendara sepeda motor yang pura-pura kesurupan untuk dimintai keterangan,' ucap dia.
-
Dimana ajudan bos KKB ditembak? Basoka Lawiya, ajudan pimpin KKB Intan Jaya Undius Kogoya di Paniai ditembak mati Satgas Damai Cartenz-2024, Rabu (22/5).
-
Siapa yang terlibat dalam insiden tersebut? Dalam sebuah video yang dibagikan akun Instagram @kejadiansmg pada Selasa (12/9), tampak seorang pengendara motor merekam sebuah mobil yang mencoba menghentikannya.
-
Siapa yang terlibat? Konflik pribadi adalah konflik yang melibatkan satu individu dengan individu lainnya.
-
Siapa yang terlibat dalam insiden ini? Seorang driver taksi online di kawasan Jakarta Pusat tengah ramai jadi perbincangan usai kedapatan emosi ke penumpang wanita.
"Sudah ditemukan komunikasi langsung antara Ahmad Sukri yang meninggal di Kampung Melayu dengan Bahrun Naim, melalui mobile phone, tapi saya tidak bisa buka di sini," ujarnya.
Lebih jauh, dia pun menceritakan secara detil stuktur organisasi JAD yang berafiliasi dengan ISIS di bawah pimpinan Arman Abdurahman dan Bahrun Naim sebagai koodinator yang sekarang berada di Suriah.
"Jadi kalau kita melihat pasca 2013, hampir semua kasus-kasus terorisme seperti yang saya sudah sampaikan di setiap kesempatan bahwa jaringan ini adalah JAD yang dulunya bernama Tauhid Wajihad yang dipimpin oleh Arman Abdurahman, pattern-nya itu adalah ISIS sebagai basis Central di Raqa, Suriah, kemudian penghubungnya Bahrun Naim (Bahrun Syah) yang masih hidup, dan Abu Djandal yang sudah meninggal," jelasnya.
Lebih jauh, kata Tito, diketahui ada kelompok yang berperan sebagai operator yang mengkoordinir para pelaku radikal di Indonesia. Namun dia memastikan pihaknya telah menngantisipasi hal tersebut.
"Kemudian operator lapangan mereka di Indonesia bernama Jemaah Nasyar Daulah, jadi bukan titik-titik, tapi sel yang sistematis dimana ada yang namanya Mudirah di bawahnya ada Koriah, di bawahnya lagi ada namanya sel kecil, dan ini kita sudah deteksi," jelasnya.
Tito pun menambahkan, ISIS sebagai basis central bagi para pengikut radikal mengatakan serangan di berbagai wilayah di dunia merupakan strategi yang dibuat untuk meyakinkan bahwa mereka belum sepenuhnya terdesak.
"Serangan di Kampung Melayu itu adalah bagian dari strategi besar ISIS central di Raqa yang sedang terdesak dengan membuat serangan di berbagai negara Inggris, Prancis, Amerika, Filipina serta Indonesia, dalam rangka untuk mengalihkan perhatian sehingga seperti terlihat sel-sel mereka di seluruh dunia itu bergerak," tuturnya.
Di sisi lain, menurutnya, kurangnya sistem perundangan terorisme di Indonesia, membuat pihaknya merasa kesulitan dalam mengambil tindakan atau langkah pengamanan awal. "Sekarang persoalannya cuma 1 saja, bahwa Undang-undang terorisme kita sekarang itu tidak cukup untuk mengkriminalisasikan perbuatan awal mereka," imbuhnya.
Dia juga mengatakan, jika ditambahkan wewenang dalam penindakan awal, di Undang-Undang terorisme akan mempercepat langkah Polri dalam menangani kasus radikalisme yang berujung tindakan teror.
"Seandainya undang-undang ini dilengkapi dengan diperbolehkannya mengkriminalisasi perbuatan awal ditambah, misalnya siapa saja yang menjadi anggota JAD sebagai organisasi yang dilarang dapat dipidana, saya yakin penanganan kasus terorisme ini tidak akan lama," jelasnya.
Mantan Komandan Densus 88 ini juga memberikan lampu hijau kepada TNI untuk ikut dalam penanggulangan terorisme yang marak terjadi. "Termasuk saya juga sudah menyampaikan dari awal jika rekan-rekan dari TNI ingin mengambil langkah dalam penanggulangan terorisme saya rasa Polri mempersilakan itu," tandasnya. (mdk/rnd)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Penangkapan dilakukan pada Jumat (14/7) lalu. Kedua terduga teroris tersebut berinisial HSN alias UL dan OS alias O.
Baca SelengkapnyaPelaku merupakan anggota kelompok Daulah Islamiyah yang masih terafiliasi dengan Islamic State of Iraq and Syria (ISIS).
Baca SelengkapnyaPenangkapan kepada dua terduga teroris inisial LHM dan DW di dua tempat berbeda
Baca SelengkapnyaPelaku berinisial DE (28) karyawan PT Kereta Api Indonesia (KAI) berencana menyerang Mako Brimob.
Baca SelengkapnyaDensus 88 mengamankan beberapa komponen elektronik dan bahan peledak
Baca SelengkapnyaNoor Huda berpesan agar masyarakat tidak terpaku pada stereotipe atau subjektivitas yang berlaku di masyarakat.
Baca SelengkapnyaHal ini bertujuan untuk memberikan payung hukum bagi aparat di lapangan untuk melakukan penindakan.
Baca SelengkapnyaDua Terduga Teroris Perakit Bom Bunuh Diri di Polsek Astana Anyar Ditangkap
Baca SelengkapnyaJamaah Islamiyah Umumkan Bubarkan Diri, Akan Patuh Pada NKRI
Baca SelengkapnyaPerintah Kapolri itu guna memastikan apakah DE yang merupakan pegawai KAI berdiri sendiri atau tergabung dalam jaringan kelompok teroris lain.
Baca SelengkapnyaTersangka teroris itu ditangkap di perumahan pesona anggrek harapan blok B 7 Nomor 20A RT 07 RW 027 harapan Jaya Bekasi Utara, Kota Bekasi.
Baca SelengkapnyaTerduga teroris yang ditangkap di Bekasi berinisial DE (27).
Baca Selengkapnya