Cuaca Ekstrem di Bogor: 4 Tewas, 6 Orang Hilang
Merdeka.com - Cuaca ekstrem di wilayah Bogor, telah merenggut sedikitnya empat nyawa. Akibat tertimbun longsor maupun terseret air bah, dalam dua hari terakhir. Dari empat orang korban tewas, satu orang ditemukan tewas tertimbun longsor dan tiga lainnya terseret air bah. Selain itu, masih ada enam orang lagi yang belum ditemukan keberadaannya.
Hingga berita ini ditulis, enam orang korban yang belum ditemukan tersebut yakni, seorang mahasiswi IPB yang hanyut terbawa banjir lintasan di Jalan Dadali, Kota Bogor, Selasa (11/10).
Kemudian satu orang pelajar SMP asal Depok tersapu air bah di kawasan wisata Curug Kembar, Puncak Cisarua, Kabupaten Bogor, Rabu (12/10).
-
Siapa saja yang menjadi korban longsor? Empat korban itu yakni; Caisar Sofian (28), Putri Amanda (26), Sofia Putri (10) dan Ghibran Naufa (5).
-
Bagaimana keadaan korban longsor? Sebanyak 23 orang korban banjir dan lonsor di Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat ditemukan dalam keadaan meninggal dunia.
-
Siapa yang terdampak udara buruk? Berdasarkan pernyataan dari Badan Kesehatan Dunia (WHO), polusi udara dapat memengaruhi sistem kekebalan tubuh.
-
Siapa yang menjadi korban longsor di Sragen? Jasad Sutarmi, salah satu penghuni rumah itu, ditemukan pada Minggu (3/3) malam.
-
Siapa yang meninggal akibat Gempa Bantul? Tercatat satu warga meninggal di Kabupaten Bantul.
-
Dimana longsor itu terjadi? Pada 6 Februari 2024, terjadi longsor di Dusun Sigadung, Desa Kalitlaga, Pagentan, Banjarnegara.
Serta empat orang masih tertimbun longsor di Gang Barjo, Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor yang kini dalam pencarian, Kamis (13/10).
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memperkirakan cuaca ekstrem di Bogor masih akan terjadi hingga 15 Oktober 2022. Hal itu berdasarkan analisis kondisi dinamika atmosfer di sejumlah wilayah Indonesia, khususnya Jawa Barat.
Kepala Stasiun Klimatologos Jawa Barat, Indra Gustari menerangkan, kondisi atmosfer Indonesia cukup signifikan meningkatkan potensi cuaca ekstrem. Menurutnya, terdapat siklonik membentuk pola belokan angin, serta perlambatan kecepatan angin yang dapat meningkatkan aktivitas konvektif serta pertumbuhan awan hujan.
Di samping itu, terdapat fenomena gelombang atmosfer seperti Madden Julian Oscillation (MJO) berinteraksi dengan gelombang Rossby Ekuatorial dan gelombang Kelvin.
Secara tidak langsung, fenomena tersebut, akan meningkatkan pertumbuhan awan hujan di Indonesia, termasuk Jawa Barat beberapa hari ke depan.
"BMKG memprakirakan potensi curah hujan intensitas sedang hingga lebat disertai kilat/petir dan angin kencang pada 9-15 Oktober 2022," jelas Indra.
Menteri Sosial Tri Rismaharini, memerintahkan pemerintah daerah dan Basarnas segera melakukan assesment, terhadap banyaknya peristiwa bencana alam yang terjadi di Bogor belakangan ini, sebagai upaya penyelamatan sehingga tidak menimbulkan korban jiwa.
Risma menyempatkan diri berkunjung melihat kondisi lokasi longsor di Gang Barjo, Kelurahan Bogor Tengah, Kota Bogor, Rabu (12/10) malam. Menurutnya, sebagian besar warga diharuskan mengungsi, karena labilnya kondisi tanah di sana.
"Nanti SAR assesment dulu. Jangan sampai kemudian korbannya tambah banyak. Diassesment karena memang masih labil kondisinya. Kita nggak tahu kondisinya semua seperti apa. Makanjya saya minta camat warga yang ada di bawah tarik semua ke tempat aman," kata Risma tegas.
Gang Barjo merupakan kawasan permukiman padat penduduk. "Memang riskan. Sudah kondisi dengan kontur tanah labil, beban juga terlalu berat. Karena sangat padat sekali, kemiringannya sangat tinggi (curam)," kata Risma.
Sementara Wakil Wali Kota Bogor, Dedie A Rachim berharap assesmet yang dilakukan Basarnas, Tagana, BPBD, Damkar dan relawan dapat dilakukan dengan cepat. Pasalnya, sebagian besar lokasi bencana di Kota Bogor berada di kawasan padat penduduk yang sulit diakses alat berat.
Dedie juga berharap cuaca kembali membaik, untuk mempercepat proses evakuasi korban tertimbun longsor dan sebagainya. Jika cuaca ekstrem terus terjadi, Pemkot Bogor pun akan kewalahan. "Bayangkan, kemarin baru pukul 15.30 WIB sudah terjadi genangan air di mana-mana. Rasanya itu cukup berat ya kita hadapi," kata Dedie.
Dedi menyampaikan, sejak Juli 2022 terjadi lebih dari 500 kepala keluarga (KK) terdampak langsung cuaca ekstrem, di samping kerusakan infrastruktur baik sedang maupun berat.
(mdk/rnd)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Korban meninggal dunia itu berdasarkan Data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sulawesi Selatan (Sulsel).
Baca SelengkapnyaPeristiwa itu terjadi saat dua mobil melintas di Jalan Lintas Sumatera di Desa Batanghari, Kecamatan Semidang Aji.
Baca SelengkapnyaLongsor itu terjadi di dua desa di Kabupaten Tana Toraja pada Sabtu (13/4) malam.
Baca SelengkapnyaTim SAR gabungan kembali menemukan dua korban meninggal dunia bencana tanah longsor di Desa Tulabolo
Baca SelengkapnyaLongsor terjadi di Kampung Gintung, Desa Cibenda, Kecamatan Cipongkor, KBB, Minggu (25/3) malam.
Baca SelengkapnyaUntuk diketahui, 9 dari 19 Kabupaten dan Kota di Sumatera Barat terdampak bencana akibat intensitas hujan tinggi mengguyur wilayah tersebut pada Kamis (7/3).
Baca SelengkapnyaSebanyak dua kali longsor menerjang Toraja Utara hari ini.
Baca SelengkapnyaDari 43 tersebut, 19 orang berasal Kabupaten Agam, 14 Tanah Datar, 8 Padang Pariaman serta 2 dari Padang Panjang.
Baca SelengkapnyaBanjir dan Longsor Terjang Pesisir Selatan, 23 Korban Meninggal Dunia & 4 Orang Hilang
Baca SelengkapnyaBencana Tanah longsor telah meluluhlantakkan Kolombia. Belasan orang dilaporkan tewas, sementara puluhan orang lainnya masih dalam pencarian.
Baca SelengkapnyaDiperkirakan jumlah korban akan terus bertambah seiring tim penyelamat masih melakukan pencarian korban.
Baca SelengkapnyaTebing Setinggi 100 Meter Longsor, 4 Penambang dan 2 Truk Pasir Tertimbun Material Tanah
Baca Selengkapnya