Data BMKG Bantah Wiranto Soal Karhutla di Riau Tidak Separah yang Diberitakan
Merdeka.com - Menteri Koordinator Politik Hukum dan HAM (Menko Polhukam) Wiranto menyebut kondisi kebakaran hutan dan lahan tak separah seperti yang dikabarkan media. Hal ini dibuktikannya dengan hasil kunjungan Presiden Joko Widodo ke Riau tanpa mengenakan masker.
Pernyataan Wiranto tersebut seolah-olah membantah hasil pengamatan yang dilakukan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) terkait kondisi kualitas udara, jarak pandang dan fenomena alam atau hal lainnya yang berkaitan dengan prakiraan cuaca.
Berdasarkan data BMKG di websitenya www.bmkg.go.id, pada 19 September 2019 pukul 08.00 WIB, konsentrasi PM10 atau kualitas udara di Pekanbaru memasuki level sangat tidak sehat di angka 317.77 µgram/m3. Kualitas udara Pekanbaru semakin buruk karena pada pukul 06.00 WIB berada di angka 220.68 µgram/m3.
-
Di mana polusi udara tinggi? Laman IQAir yang diperbarui menunjukkan bahwa tingkat polusi udara di Jakarta berada dalam kategori sedang.
-
Di mana kualitas udara Jakarta terpantau tidak sehat? Kualitas udara di DKI Jakarta terpantau masuk kategori tidak sehat pada Senin (14/8) pagi ini.
-
Kapan kualitas udara Jakarta terpantau tidak sehat? Kualitas udara di DKI Jakarta terpantau masuk kategori tidak sehat pada Senin (14/8) pagi ini.
-
Di mana wilayah yang memiliki kualitas udara terburuk? Laporan tersebut menyatakan Afrika masih menjadi benua yang paling kurang terwakili, dengan sepertiga dari populasi masih kekurangan akses ke data kualitas udara, serta kondisi iklim dan kabut asap lintas batas menjadi faktor utama di Asia Tenggara, di mana konsentrasi PM2.5 meningkat di hampir semua negara.
-
Mengapa kualitas udara Jakarta memburuk? Memang, belakangan kualitas udara Jakarta jadi sorotan. Sebelumnya, Koalisi Inisiatif Bersihkan Udara Kota dan Semesta (Ibukota) juga mencatat dalam dua bulan terakhir kualitas udara di Jakarta memburuk.
-
Apa polutan utama yang menyebabkan kualitas udara Jakarta tidak sehat? Ukuran polutan utamanya PM2.5 dengan konsentrasi 59.4µg/m³. Data ini tercatat per pukul 08.00 WIB.
Kondisi serupa juga terjadi di Palembang. Kualitas udara di Palembang telah memasuki level berbahaya di angka 436.02 µgram/m3. Kondisi ini meningkat dari beberapa jam sebelumnya di kategori sangat tidak sehat di angka 265.23 µgram/m3.
Menurunnya kualitas udara di kota itu disebabkan masuknya asap dari kebakaran hutan dan lahan yang terbawa angin dengan kecepatan 5-30 knot (9-37 km/jam). Berdasarkan sumber dari LAPAN, tercatat beberapa titik panas di wilayah sebelah selatan-tenggara Palembang dengan tingkat kepercayaan di atas 80 persen yang berkontribusi asap, yakni kawasan SP Padang, Banyuasin I, Pampangan, Pedamaran, Tulung Selapan, Cengal, Pematang Panggang, Air Sugihan, Pedamaran dan Mesuji.
Sementara, jarak pandang tertinggi yang tercatat di Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang pada tanggal 18 September 2019 hanya 8 km dan terendah pada pagi hari ini berkisar 500-800 meter dengan kelembapan 82-92 persen dengan keadaan cuaca asap (smoke). Kondisi itu membuat dua penerbangan mengalami holding atau memutar di langit Palembang.
Kasi Observasi dan Informasi BMKG Stasiun Meteorologi Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang Bambang Beny Setiaji menjelaskan, untuk mengetahui kondisi udara pihaknya menggunakan alat pemantau PM10 yang terbilang sudah canggih. Alat itu dipasang di kantor BMKG Kenten Palembang dan hasilnya langsung masuk ke BMKG pusat secara online.
"Ya, kalau dibilang canggih ya sudah canggih alatnya, alat itu memang berfungsi untuk memantau kualitas udara atau PM10," ungkap Bambang, Rabu (19/9).
Menurut dia, hasil pengamatan alat pemantau PM10 tidak pernah dilakukan manipulasi data. Apapun yang terpantau akan diinformasikan kepada masyarakat melalui situs resmi BMKG.
"Tidak bisa dimanipulasi, data yang masuk sesuai dengan kondisi udara saat pemantauan oleh asap itu," ujarnya.
"Seperti hari ini level PM10 di Palembang sudah berbahaya. Tidak bisa kita ubah menjadi tidak sehat atau sangat tidak sehat karena begitulah hasil pengamatan alat itu," tegasnya.
(mdk/ray)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Sebaran kabut asap akibat karhutla ini membuat kualitas udara di Palembang memburuk dan lebih parah dari polusi di Jakarta.
Baca SelengkapnyaHal ini dampak asap dari kebakaran hutan dan lahan di sejumlah wilayah di Sumatera Selatan.
Baca SelengkapnyaJakarta menduduki peringkat kedelapan sebagai kota dengan udara terburuk di dunia.
Baca Selengkapnyakonsentrasi partikel halus penyebab polusi (PM 2,5) tertinggi sebesar 131 di Lubang Buaya.
Baca SelengkapnyaSenin 13 Mei 2024 kualitas udara Jakarta terburuk di urutan ke 10 dunia.
Baca SelengkapnyaJakarta rangking lima kota udara terburuk di dunia dengan indeks kualitas udara (AQI) di angka 160.
Baca SelengkapnyaKualitas udara DKI Jakarta, pada Minggu (23/6), masuk kategori tidak sehat. Indeks kualitas udara di Ibu Kota bahkan tercatat yang terburuk ketiga di dunia.
Baca SelengkapnyaJakarta menduduki kota paling berpolusi dengan kualitas udara terburuk kedua di dunia
Baca SelengkapnyaKualitas udara ini mengkhawatirkan bagi mereka yang sensitif. Sehingga disarankan pakai masker saat aktivitas ke luar rumah.
Baca SelengkapnyaBMKG menyebut fenomena La Nina mempengaruhi konsentrasi PM2.5 di Indonesia
Baca SelengkapnyaKualitas udara di Jakarta pada Senin (6/5) pagi ini tidak sehat bagi kelompok sensitif.
Baca SelengkapnyaSitus tersebut juga merekomendasikan terkait kondisi udara di Jakarta, yaitu bagi masyarakat sebaiknya menghindari aktivitas di luar ruangan.
Baca Selengkapnya