Depan mahasiswa, kepala BNPT bicara penanganan terorisme
Merdeka.com - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Komjen Suhardi Alius mengingatkan mahasiswa mengenai bahaya penyebaran paham radikalisme dan terorisme. Menurutnya, mahasiswa adalah ujung tombak bangsa dalam menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Mantan Sekretaris Utama Lemhanas ini mengatakan, negara Indonesia berdiri karena idealisme dari para pemuda pada saat itu. Untuk itu wawasan kebangsaan perlu untuk selalu diingatkan dan disampaikan keseluruh tenaga pendidik dan mahasiswa yang nantinya akan menjadi sumber informasi bagi masyarakat di sekitarnya.
"Identitas diri jangan sampai hilang dari bangsa ini, jangan pernah dilupakan Sumpah Pemuda, kita merdeka dengan modal idealisme yang kuat dan bermodalkan bambu runcing," katanya dalam keterangan tertulis, Jumat (4/5).
-
Siapa yang berperan penting dalam mencegah terorisme di Indonesia? Ary mengatakan tantangan tersebut semakin kompleks dengan adanya bonus demografi 2045. Hal itu, ucapnya, menjadi salah satu tugas utama BNPT.
-
Bagaimana cara mencegah terorisme di Indonesia? Di Hari Peringatan dan Penghargaan Korban terorisme ini, Anda bisa membagikan cara mencegah radikalisme di media sosial. Hal ini penting dilakukan agar tindakan terorisme bisa diminimalisir atau dihilangkan.
-
Apa yang dilakukan BNPT untuk tanggulangi terorisme? “Penurunan ini sangat tajam sampai dengan 89 persen lebih, indeks potensi radikalisme dan indeks risiko terorisme juga terus menurun,“ rinci Kepala BNPT.
-
Siapa yang diimbau TNI-Polri untuk menjaga keamanan? Mereka mengimbau agar warga berpartisipasi aktif dalam kegiatan siskamling.
-
Kenapa Pangkoopsudnas ingatkan netralitas TNI? Hal yang harus menjadi perhatian meliputi keimanan dan ketakwaan, peningkatan kualitas SDM, kepedulian lingkungan dan alutsista, ketahanan keluarga, lambangja, dan netralitas prajurit dalam Pemilu.
-
Siapa yang terkena dampak terorisme di Indonesia? Di Indonesia, aksi terorisme telah menyebabkan banyak kerugian dan korban. Mereka menjadi korban terorisme mengalami disabilitas seumur hidupnya, bahkan tak sedikit juga yang harus meregang nyawa.
Suhardi memberikan kuliah umum dengan tema "Resonansi Kebangsaan dan Bahaya radikalisme" di auditorium di Universitas Negeri Padang (UNP), Padang, kemarin. Menurut Suhardi, anak sekarang tidak bisa di doktrin wawasan kebangsaan hanya dengan pola-pola lama.
Untuk itu, lanjutnya, pola pendidikan kebangsaan perlu disampaikan dengan cara-cara yang lebih inovatif. Untuk mendalami wawasan kebangsaan tidak hanya menggunakan akal dan logika, tapi juga hati.
"Termasuk dalam penanganan terorisme juga perlu mendapatkan sentuhan hati yang lembut dan ikhlas. Seperti sebuah kegiatan Silaturahmi Kebangsaan Satukan NKRI yang mempertemukan para mantan narapidana aksi terorisme dengan para penyintas beberapa waktu lalu, itu kita lakukan dengan hati," jelasnya.
Lebih lanjut, mantan Kapolda Jawa Barat ini, menyebutkan kegiatan silaturahmi yang mendapatkan apresiasi dari kalangan internasional tersebut bisa terjadi karena menggunakan pendekatan hati, bukan intervensi. Karena sumber masalah orang-orang yang termakan oleh paham radikal sangat kompleks, mulai dari masalah pendidikan, social, agama, dan lain sebagainya.
"Oleh karena itu penanganannya juga harus melibatkan seluruh kementerian. Apalagi saat ini BNPT sudah mendapatkan arahan dari Presiden untuk mengkoordinasikan 36 Kementerian dan Lembaga terkait penanggulangan terorisme," ujarnya.
Rektor UNP, Ganefri mengingatkan bahwa provinsi Sumatera Barat yang terlihat adem dari masalah radikal terorisme belum tentu steril dari bahaya paham ini. Karena dengan kecanggihan teknologi yang ada saat ini semua bisa diakses termasuk propaganda kelompok radikal terorisme.
"Tujuan kami yang pertama melihat kerja BNPT dalam menanggulangi terorisme sangat inovatif. Wilayah Sumatera Barat yang terlihat adem tidak tertutup, terbebas dari virus-virus radikalisme," ujar Ganefri.
Lebih lanjut Ganefri menambahkan aksi BNPT yang bisa mempertemukan para mantan narapidana terorisme dengan para penyintas maupun keluarga sangat luar biasa. Begitu juga dengan beberapa inovasi-inovasi lain pola kerja BNPT yang menggunakan metode soft approuch.
"Kami sangat mengapresiasi pola tersebut. Berbeda dengan penanggulangan di negara lain yang kebanyakan main 'sikat saja'. Saya selalu mengikuti perkembangan BNPT dengan pola-pola penanggulangannya tanpa kekerasan," tandasnya.
(mdk/did)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Ma'ruf menduga kelompok ini menyasar anak muda karena masa depan bangsa ada di tangan mereka.
Baca SelengkapnyaBNPT Republik Indonesia (RI) baru saja meresmikan Museum Nasional Penanggulangan Terorisme.
Baca SelengkapnyaPerbedaan pilihan dalam Pemilu jangan sampai menimbulkan polarisasi antara satu dengan yang lain.
Baca SelengkapnyaWakil BPIP Berpesan Pancasila tetap jadi pilar utama pendidikan di universitas.
Baca SelengkapnyaPrabowo mengingatkan mahasiswa di masa depan jangan menjadi antek asing
Baca SelengkapnyaPemkot Madiun disarankan memiliki penguatan pencegahan paham radikal dan terorisme demi keamanan kota tersebut
Baca SelengkapnyaBerbagai program itu hadir untuk mewadahi generasi muda agar tidak terjadi kekosongan pengetahuan.
Baca SelengkapnyaPrabowo menekankan TNI dan Polri harus menjadi garda terdepan untuk melindungi seluruh bangsa Indonesia
Baca SelengkapnyaPuan mengapresiasi penangkapan 3 terduga pelaku teroris di Kota Batu, Jawa Timur.
Baca SelengkapnyaIndonesia harus kuat dari berbagai upaya destabilisasi gencar dilakukan khususnya dari kelompok dan jaringan teror.
Baca SelengkapnyaKepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) RI Rycko Amelza Dahniel mengungkapkan Global Terrorism Index semakin baik.
Baca SelengkapnyaMa’ruf menyampaikan, media sosial dapat dimanfaatkan sejumlah pihak untuk memecah belah umat.
Baca Selengkapnya