Ditanya soal polemik buku TK, pejabat Depok berasalan lupa
Merdeka.com - Dalam buku pelajaran siswa TK berjudul 'Anak Islam Suka Membaca' diduga terdapat beberapa kata-kata yang dianggap tak sesuai. Misalnya, Selesai-Raih, Bantai-Kiai, Rela Mati, Bela Agama, To-pi Ba-ja Ke-na Pe-lu-ru, Ge-lo-ra Ha-ti ke Sa-u-di dan masih banyak lagi.
Saat dikonfirmasi terkait kasus ini, Kepala Bidang Pendidikan Non Formal dan Informal (PNFI) Disdik Depok, Dadang Supriatna mengaku lupa.
"Lupa ya karena sudah lama. Dan setelah ramai tadi kita cek lagi. Tapi saya tidak menemukan," kata Dadang Supriatna, saat dikonfirmasi Kamis (21/1).
-
Apa yang dimaksud dengan kata tidak baku? Sementara kata tidak baku merupakan kata yang penggunaannya tak sesuai dengan aturan dan kaidah bahasa Indonesia.
-
Kapan kata tidak baku digunakan? Kata tidak baku ini sering kali menjadi bahasa sehari-hari atau bahasa slang yang digunakan oleh masyarakat dalam percakapan sehari-hari. Kata tidak baku ini lebih sering digunakan dalam situasi informal atau dalam komunikasi informal dengan teman, keluarga, atau rekan sebaya.
-
Kenapa kata tidak baku digunakan? Biasanya kata tidak baku digunakan dalam situasi informal atau santai.
-
Kenapa guru kesulitan sebut nama? Viral, Video Guru Susah Sebut Nama Muridnya: Ini Bacanya Gimana ya? Sang guru kesulitan menyebut nama muridnya. Zaman semakin berkembang, nama-nama anak sekarang juga semakin unik dan terkadang sulit untuk diucapkan.
-
Mengapa klaim tersebut diragukan? Dalam artikel juga tidak ditemukan adanya narasi yang menyebut Jokowi dan Listyo SIgit mencopot Polda Jabar karena membatalkan sidang tersangka Pegi.
-
Dimana fakta ditemukan di teks eksplanasi? Informasi yang dituliskan di dalam teks eksplanasi bersifat benar adanya sesuai dengan kenyataan atau faktual, jadi bukan berdasarkan opini penulis.
Bahkan, dia menyebut belum menemukan kata yang dimaksud. Jika ada, katanya, anak TK belum saatnya membaca dengan kata-kata seperti itu. "Kok saya belum pernah menemukan kalimat itu ya di dalam buku tersebut," ucapnya.
Lanjut Dadang, pihaknya mengaku buku itu tidak diterbitkan oleh Dinas Pendidikan melainkan oleh Pustaka Amanah yang berada di Solo. Dikatakan, dari kacamata Disdik memang buku itu tidak sesuai diajarkan untuk anak-anak seusia TK. "Untuk anak TK hanya sebatas pada pengenalan angka dan huruf saja melalui bermain," ucapnya.
Dadang menuturkan, TK itu membeli buku di luar kemudian diberikan pada 35 murid. Dia menuding pihak pengelola TK kecolongan. "Kayaknya seperti itu ya," katanya.
Sebelumnya, Penerbit Pustaka Amanah membantah buku Anak Islam Suka Membaca berisi paham radikalisme. Akibat pemberitaan tersebut, pihaknya menyebutkan ada dua toko yang membatalkan pemesanan.
"Setahu saya tidak ada mas. Isinya biasa saja semua. Ada 2 toko yang membatalkan pesanan, katanya takut," kata pengelola Pustaka Amanah, Sarwono (57) kepada merdeka.com di rumah produksi, Jalan Cakra Nomor 30 Kauman, Solo.
(mdk/cob)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Luthfi bertanya soal solusi selesaikan masalah warga di Desa Temperak yang berada paling ujung Timur di Jateng
Baca SelengkapnyaRespons itu menjawab pertanyaan dari Calon Gubernur Jawa Tengah nomor urut 2, Ahmad Luthfi.
Baca Selengkapnya