DPR Soal Asing Tekan RI Pakai Obat Ivermectin: Apapun yang Penting Rakyat Selamat
Merdeka.com - Anggota Komisi IX DPR RI Fraksi PDIP Rahmad Handoyo kesal terkait informasi RI ditekan asing untuk menggunakan ivermectin sebagai obat penyembuhan virus Corona. Menurutnya, informasi tersebut ngawur dan justru menambah energi negatif.
"Saya kira ini ngawur ya, apapun saat ini kita butuhkan gotong royong apapun kita gunakan untuk energi positif untuk pengendalian Covid-19 obat ivermectin itu kan obat generik, itu kan obat murah ya jadi saya enggak habis pikir ada pemikiran seperti itu," kata Rahmad, Rabu (30/6).
Menurut dia, bergulirnya isu tersebut sangat disayangkan. Harusnya, dalam penanganan Covid-19 mesti belajar dari kasus, data maupun penggunaan apapun obat apapun termasuk ivermectin.
-
Bagaimana penanganan Covid-19 di Indonesia? Jokowi memilih menggunakan strategi gas dan rem sejak awal untuk menangani pandemi Covid-19. Gas dan rem yang dimaksudkan Jokowi diimplementasikan dalam tiga strategi yakni penanganan kedaruratan kesehatan, jaring pengaman sosial, dan pemulihan ekonomi. Inilah yang kemudian menjadi ujung tombak dalam penanganan Covid-19 di Indonesia.
-
Virus itu apa? Virus adalah mikroorganisme yang sangat kecil dan tidak memiliki sel. Virus merupakan parasit intraseluler obligat yang hanya dapat hidup dan berkembang biak di dalam sel organisme biologis.
-
Siapa yang menyebarkan hoaks tentang IKN? Sebuah unggahan di platform X menarasikan bahwa Presiden Joko Widodo (Jokowi) membangun Ibu Kota Nusantara (IKN) dikhususkan untuk warga China.Postingan tersebut diunggah oleh akun X bernama @dancersejati07 pada Senin (24/6) dan telah diposting ulang hingga 493 kali.
-
Kenapa racun diberikan? Pemberian racun dilakukan untuk menghindari peningkatan beban kerja yang timbul akibat cuti hamil yang diambil oleh rekan kerjanya akibat kecelakaan kerja.
-
Racun apa yang digunakan? Seorang perempuan dari Tiongkok didakwa karena mencoba menghentikan kehamilan rekan kerjanya dengan menambahkan racun ke dalam minumannya, dengan tujuan agar rekan kerjanya tidak mengambil cuti hamil dan menghindari beban kerja yang lebih berat.
-
Siapa yang meracuni MR? Meski ada di kopi racikan sang ayah, racun itu ternyata dimasukkan oleh tetangga mereka, Ayuk Findi Antika (26) secara diam-diam.
Menurutnya, obat yang digunakan negara lain dan terbukti ampuh dalam pengendalian Covid-19 harus dibeli, diambil dan dibuat apapun obatnya.
"Kita 100 persen impor loh ya untuk vaksin aja, masa ada tekanan tekanan, enggak masuk akal itu. Terlepas apapun yang penting saat ini negara bagaimana caranya untuk menyelamatkan rakyatnya baik melalui vaksinasi, keputusan protokol kesehatan maupun obat obatan," tuturnya.
Rahmad menyebut, bahwa BPOM sudah menyampaikan izin edar penggunaan maupun pelaksanaan uji klinik ivermectin. Menurut dia, di beberapa negara penggunaan ivermectin sudah cukup efektif. Begitu pula manjur dipakai di beberapa daerah Indonesia.
"Jadi sangat disayangkan berita berita informasi terhadap tekanan tekanan ini, kalau ternyata obatnya itu sangat manjur, mahal pun kita beli, itu untuk rakyat meskipun harus diakui bangsa kita masih sangat tergantung 90 persen obat-obatan, bahan obat, termasuk alat kesehatan kita masih impor," ujarnya.
"Jadi jangan serta merta (bicara ditekan asing), kalau toh benar apa salah kalau kita untuk menyelamatkan rakyat dari beli itu? yang bener aja menyampaikan seperti itu, saya kritik keras terhadap soal ini jadi kasihan rakyat," tegasnya.
Rahmad meminta sesuatu hal yang belum ada kepastian jangan di umbar ke media. Sehingga rakyat mengkonsumsi informasi mentah dan menjadi energi negatif.
"Mau dari manapun obatnya berapa pun harganya kalau efektif kita beli, kita adakan, negara hadir ingat itu. Jadi yang penting negara apapun sudah betul melalui mekanisme yang sudah dijalankan ini terkait rencana pengadaan ivermectin ini," pungkasnya.
Sebelumnya, Direktur Utama Bio Farma, Honesti Basyir membantah, adanya tekanan perusahaan Amerika Serikat (AS) untuk penggunaan Ivermectin sebagai obat terapi penyembuhan Covid-19 di Indonesia. Bio Farma ialah perusahaan induk Indofarma.
Menurutnya, tidak ada sama sekali tekanan dari pihak asing untuk pemakaian Ivermectin sebagai obat penyembuhan virus corona jenis baru tersebut. Bahkan, dirinya mengaku terkejut atas munculnya pemberitaan tersebut.
"Wah baru dengar itu kok ada bujuk rayu. Tidak ada lah mas," singkat dia kepada Merdeka.com, Selasa (29/6)
Sementara itu, epidemiolog Pandu Riono melalui akun twitternya mengungkap isi surat dari FLCC yang ditujukan kepada Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin terkait rekomendasi penggunaan Ivermectin.
"Upaya bujukan, tekanan atau bujuk-rayu lain pasti dilakukan oleh organisasi internasional atau domestik untuk gunakan obat cacing ivermectin sbg terapi Covid-19 di NKRI. Dua tokoh yg aktif sebagai promotor di publik, Moeldoko dg Harsen-pharma Erick Thohir dg indofarma," ungkap Pandu Riono melalui akun twitternya @drpriono yang menandai akun BPOM RI, seperti dikutip merdeka.com, Selasa (29/6).
FLCC sendiri kepanjangan dari Frontline Covid Critical Care Alliance yakni organisasi nirlaba yang berbasis di AS. Organisasi kemanusiaan ini terdiri dari dokter-peneliti-peneliti ahli dunia yang terkenal yang satu-satunya misinya selama setahun terakhir adalah mengembangkan dan menyebarluaskan protokol pengobatan yang efektif untuk covid-19.
Surat yang ditanda tangani Dr Tess Lawrie sebagai perwakilan dari BIRD Group ini awalnya memuji langkah pemerintah RI dalam penanganan Covid-19. Pun, dia memuji para tenaga kesehatan serta organisasi lainnya di dalam negeri yang berupaya meringankan penderitaan rakyat kala pandemi menyerang.
Pujian AS ke Indonesia dalam penanganan Covid-19 khususnya ditujukan kepada beberapa provinsi yakni, DKI Jakarta, Jawa, Riau, Kepulauan Riau, Bangka Belitung Kepulauan dan Kalimantan Utara.
Pada paragraf selanjutnya, dijelaskan selama empat bulan terakhir, E-BMC Ltd telah bekerja sama dengan FLCC untuk mendorong pemerintah di seluruh dunia untuk mengadopsi kembali obat yang ada untuk penanganan awal covid-19.
Salah satu obat tersebut adalah Ivermectin, obat yang telah digunakan selama hampir 40 tahun untuk mengobati infeksi parasit. Bukti baru menunjukkan bahwa dia memiliki sifat antivirus dan anti-inflamasi yang kuat juga.
(mdk/gil)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Calon Gubernur Jakarta Dharma Pongrekun berapi-api saat menjelaskan badai pandemi Covid-19.
Baca SelengkapnyaNamun kalau untuk yang komorbid, kata Menkes, risiko tetap ada karena virusnya tidak hilang.
Baca SelengkapnyaDampak buruk pelemahan rupiah karena tingkat importasi obat-obat-obatan di Indonesia masih relatif tinggi.
Baca SelengkapnyaKemenkes telah menebar jentik nyamuk Wolbachia di lima kota endemis dengue di Indonesia sepanjang 2023. Nyamuk ini diyakini mampu menurunkan kasus DBD.
Baca SelengkapnyaMasalah tersebut muncul, karena perusahaan mengalami kerugian mencapai Rp459 miliar.
Baca SelengkapnyaAturan ini telah luput dalam mempertimbangkan aspek tenaga kerja dan cukai yang menyertai produk tembakau dan rokok elektronik.
Baca SelengkapnyaBahkan, muncul narasi menyatakan bahwa virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 tidak ada.
Baca SelengkapnyaDPR juga mengingatkan kepada produsen pangan agar terus menjaga keamanan dan kualitas mutu produknya.
Baca SelengkapnyaRieke meminta Indofarma membenahi terlebih dahulu internal perusahaan tersebut.
Baca SelengkapnyaKomisi VI DPR dalam rapat dengan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir, mendesak seluruh produk Apple diblokir masuk ke Indonesia.
Baca SelengkapnyaPresiden Jokowi meminta jajaran anggota kabinet memastikan harga alkes dan obat-obatan.
Baca SelengkapnyaAgus menyatakan tidak ada industri yang menggunakan produk impor ilegal sebagai bahan bakar di perusahaannya.
Baca Selengkapnya