Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Gara-gara kasus '65, aktivis HAM minta Jokowi copot Menhan Ryamizard

Gara-gara kasus '65, aktivis HAM minta Jokowi copot Menhan Ryamizard Kemenhan luncurkan portal Bela Negara. ©2016 merdeka.com/muhammad luthfi rahman

Merdeka.com - Koalisi untuk Keadilan dan Pengungkapan Kebenaran (KKPK) meminta Presiden Joko Widodo alias Jokowi agar memberhentikan Menteri Pertahanan Letjen (Purn) Ryamizard Ryacudu. Ryamizard dinilai berkinerja buruk khususnya soal yang berkaitan dengan Hak Asasi Manusia (HAM).

Para penggiat HAM ini, menilai Ryamizard sebagai menteri kontra produktif untuk menyelesaikan permasalahan pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) di masa lalu. Hal itu terkait dengan beberapa pernyataannya yang tidak menginginkan adanya rekonsiliasi terhadap kasus-kasus pelanggaran HAM.

"Beberapa kali Menhan (Ryamizard) menyatakan yang menggelar Simposium 65 tersebut akan membangkitkan kembali ideologi komunis di Indonesia. Ini kan kontra produktif. Padahal Simposium itu yang menyelenggarakan Lemhannas dan Menko Polhukam," kata aktivis Kontras, Usman Hamid pada acara penyelesaian pelanggaran HAM masa lalu, tugas kebangsaan yang harus dituntaskan di Kekini Ruang Bersama, Jalan Cikini Raya No. 43, Menteng, Jakarta Pusat, Minggu (29/5).

Menurutnya, bahwa sikap Ryamizard yang seakan menolak untuk melakukan rekonsiliasi antara korban dengan negara yang harus membongkar kebenaran pada peristiwa 65 dan pelanggaran HAM masa lalu lainnya. Ryamizard juga dianggap tidak menjalankan janji kampanye Jokowi dan juga program Nawacita dibawa oleh pemerintah ketika menginginkan untuk menyelesaikan pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM).

"Jika sudah tidak sejalan lagi, maka presiden harus tegas untuk mencopot Ryamizard. Ini kan sudah tidak sesuai dengan konsep Nawacita yang terus digadang oleh Presiden Jokowi," tutur dia.

Pada kesempatan yang sama, rohaniawan sekaligus tokoh sosial Romo Beni menegaskan tidak ada komunis gaya baru.

"Musuh kita bukan masa lalu, tapi ketidakadilan bangsa ini hidup dalam beban masa lalu, saatnya kita membangun peradaban baru, melihat era baru," tegas Beni.

Beni menambahkan, ini kesempatan pelurusan sejarah pengungkapan pelanggaran HAM masa lalu dan juga untuk mengetahui ada apa di balik itu semua.

"Pengungkapan tragedi 65 itu harus diperjelas apakah itu murni perebutan kekuasaan, pergantuan rezim atau gerakan masyarakat yang di provokasi, atau perebutan kekuasaan yang ditambah provokasi," ujar dia.

Menurut Beni, sejarah selalu dinilai secara sepihak, ini bahaya. Dan belum tentu benar, pengungkapan sejarah itu awal sebuah peradaban, jika bangsa mau mengungkapkan masa lalu.

"Ini alasan para menteri tak satu visi, kalau menteri tak satu visi- ya cabut (copot) saja, presiden tak boleh lemah, karena presiden panglima tertinggi," tegasnya. (mdk/rnd)

Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Mahasiswa Demo Soeharto, Kampus ITB ‘Diserang’ Tentara Misterius
Mahasiswa Demo Soeharto, Kampus ITB ‘Diserang’ Tentara Misterius

Pada 25 Januari 1978, operasi kilat berhasil membungkam sementara gerakan mahasiswa Bandung.

Baca Selengkapnya
Teka-Teki Isu Dewan Jenderal Pemicu Peristiwa G30S/PKI
Teka-Teki Isu Dewan Jenderal Pemicu Peristiwa G30S/PKI

Soekarno yang mendengar isu Dewan Jenderal ini lantas berniat untuk menghadirkan para jenderal ke Istana.

Baca Selengkapnya
Ini Pengakuan CIA Tentang Peristiwa G30S/PKI Tahun 1965
Ini Pengakuan CIA Tentang Peristiwa G30S/PKI Tahun 1965

Banyak spekulasi tentang keterlibatan CIA dan dinas rahasia AS dalam peristiwa G30S/PKI. Bagaimana sebenarnya?

Baca Selengkapnya
Perintah Rahasia Letjen Soeharto ke Kostrad: Lindungi Mahasiswa yang Berdemo
Perintah Rahasia Letjen Soeharto ke Kostrad: Lindungi Mahasiswa yang Berdemo

Militer ada di belakang aksi-aksi mahasiswa pasca G30S/PKI. Ini pengakuan para jenderal saat itu.

Baca Selengkapnya
Pasukan Pembawa Maut dari Lubang Buaya di Pagi Buta 1 Oktober 1965
Pasukan Pembawa Maut dari Lubang Buaya di Pagi Buta 1 Oktober 1965

1 Oktober 1965, pukul 03.00 WIB, belasan truk dan bus meninggalkan Lubang Buaya. Mereka meluncur ke Pusat Kota Jakarta untuk menculik tujuh Jenderal TNI.

Baca Selengkapnya
Jenderal TNI Ungkap Ada Peran Mossad di Balik Penumpasan PKI
Jenderal TNI Ungkap Ada Peran Mossad di Balik Penumpasan PKI

Tak hanya CIA, ada sepak terjang Dinas Intelijen Israel di Jakarta saat penumpasan PKI. Apa peran mereka?

Baca Selengkapnya
Mahfud MD Tegas Bantah Amien Rais Soal Jokowi Minta Maaf ke PKI: Itu Tidak Benar
Mahfud MD Tegas Bantah Amien Rais Soal Jokowi Minta Maaf ke PKI: Itu Tidak Benar

Si Mulyono ini, Jokowi, jelas pencinta PKI. Lihat saja Kepres nomor 17 tahun 2022 yang berisi permintaan maaf kepada PKI, kata Amien Rais.

Baca Selengkapnya
Jenderal TNI Lolos Dari Maut, Tipu Kapten PKI yang Mau Menangkapnya
Jenderal TNI Lolos Dari Maut, Tipu Kapten PKI yang Mau Menangkapnya

Kapten yang terpengaruh G30S/PKI itu menodongkan senjata pada Brigjen Suryo Sumpeno. Bagaimana cara untuk lolos?

Baca Selengkapnya
Pemakzulan Jokowi Dianggap Pengalihan Isu Pihak yang Takut Kalah, Begini Kata Sekjen PDIP
Pemakzulan Jokowi Dianggap Pengalihan Isu Pihak yang Takut Kalah, Begini Kata Sekjen PDIP

Hasto menyampaikan, hal serupa juga telah disampaikan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri di Hari Ulang Tahun PDIP beberapa waktu yang lalu.

Baca Selengkapnya
Petisi 50 Simbol Perlawanan Intelektual pada Gaya Otoriter Soeharto
Petisi 50 Simbol Perlawanan Intelektual pada Gaya Otoriter Soeharto

Petisi dilakukan karena pidato Soeharto dianggap kontroversial.

Baca Selengkapnya
September 1976, Saat Soeharto Bongkar Gerakan yang Ingin Melengserkannya dari Kursi Presiden
September 1976, Saat Soeharto Bongkar Gerakan yang Ingin Melengserkannya dari Kursi Presiden

Presiden Soeharto menegaskan pergerakan yang ingin menjatuhkan dirinya dari kursi Presiden dipimpin oleh tokoh bernama Sawito.

Baca Selengkapnya
Sekjen PDIP Nilai Tragedi Kudatuli Harusnya Pelanggaran HAM Berat
Sekjen PDIP Nilai Tragedi Kudatuli Harusnya Pelanggaran HAM Berat

Menurut Hasto, pengungkapan tragedi Kudatuli diharapkan mampu menghilangkan kekuasaan yang menindas.

Baca Selengkapnya