Gubernur Bali malu murid SD di Denpasar belajar lesehan di kelas
Merdeka.com - Gubernur Bali I Made Mangku Pastika melakukan inspeksi mendadak untuk memantau langsung keadaan para siswa di SD Negeri 3 Sesetan, Denpasar. Mereka belajar lesehan setelah ramai diberitakan media.
Pastika yang datang sekitar pukul 10.00 Wita itu langsung menuju ruang kelas yang digunakan oleh anak-anak kelas II, yang saat itu tengah belajar beralaskan tikar dan meja kecil dibawa dari rumah masing-masing.
"Malu ini. Ini tidak boleh terjadi," katanya kepada para guru dan Kepala SD setempat, seperti diberitakan Antara, Kamis (02/10).
-
Kenapa siswa di SDN Ambon belajar di lantai? Tidak ada bangku membuat para siswa harus duduk di lantai dan menunduk saat menulis materi pelajaran.
-
Dimana anak-anak bisa belajar? Aktivitas seperti berjalan-jalan di alam, memasak bersama, atau mengunjungi taman atau kebun binatang memberi anak-anak kesempatan untuk bertanya dan belajar.
-
Bagaimana anak SD belajar Bahasa Inggris? Kalian bisa memulainya dengan belajar grammar serta memperbanyak kosa kata Bahasa Inggris dan artinya.
-
Apa yang anak-anak pelajari di sekolah dasar? Ya, biasanya anak-anak akan mulai belajar Bahasa Inggris dengan menghafalkan kosa kata terlebih dahulu.
-
Bagaimana anak-anak belajar di Kampung Saungkuriang? 'Akhir KKN ini, kami menerima kunjungan empat sekolah SD di Kecamatan Cipondoh, untuk merasakan langsung pesona Kampung Saungkuriang. Dengan kegiatan memberi makan hewan, membuat ekoprint, dan beberapa kerajinan dari barang bekas. Serta membuat aquaponik di mana anak-anak dapat menanam sekaligus memelihara ikan,' paparnya.
-
Bagaimana anak laki-laki belajar? Jika guru meminta anak laki-laki menggambar atau membuat storyboard dibanding duduk dan menulis, mereka akan bisa lebih baik dalam mempergunakan warna dan detail terkait apa yang mereka tuliskan. Mereka bisa mengakses lebih banyak informasi,“
Dengan menunjukkan raut muka kecewa, Pastika mengaku ingin membelikan bangku dan meja belajar bagi para siswa sekolah dasar itu.
"Saya saja yang belikan. Saya pribadi yang belikan (meja dan bangku)," ucapnya. Dia juga menolak diwawancarai wartawan.
Orang nomor satu di jajaran Pemprov Bali itu seakan terpukul melihat kenyataan memprihatinkan itu di sekolah yang justru berada di pusat Ibu Kota Provinsi Bali.
Hanya sekitar 10 menit berada di sekolah itu, gubernur kemudian berlalu meninggalkan ruang sekolah yang terletak di Jalan Tukad Buaji tersebut.
Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kota Denpasar, I Gusti Ngurah Eddy Mulya mengatakan siswa kelas I dan II yang belajar di lantai itu karena penjadwalan sekolah.
"Kami akan segera menjadwal ulang. Anak-anak ini semula belajar siang, kemudian dijadwalkan pagi. Kalau sekolah pagi jelas, kesiapan sarana belum siap. Tetapi kalau kembali jadwal siang, tentu tidak jadi masalah," katanya.
Sedangkan kesiapan guru untuk mengajar hingga sore, Eddy mengaku para guru tidak ada masalah terkait hal itu. "Guru kelas itu mengajar di kelas, saya kira guru tidak ada masalah," katanya.
Ketua Komite SDN 3 Sesetan, Wayan Dudik mengaku telah melakukan uji coba terhadap anak-anak kelas II untuk masuk pagi meskipun kenyataannya ruang kelas tidak mencukupi.
"Ini uji coba biar semua (masuk) pagi, kemudian ada masalah. Kalau tidak berhasil, akan dikembalikan lagi ke (masuk) siang," katanya.
Sebelumnya kepada wartawan, Rabu (1/10), Dudik menyatakan bahwa para siswa khususnya kelas II belajar di lantai sebagai dampak dari pemberlakuan kurikulum 2013 yang menambah jam pelajaran siswa dari empat jam menjadi enam jam.
Sebelum kurikulum 2013, siswa kelas I pulang pukul 10.00 wita dan siswa kelas II masuk sekolah pukul 10.00 Wita dan pulang pukul 11.30 Wita dengan sistem bergiliran menggunakan ruangan yang sama.
"Sekarang tidak bisa seperti itu karena mereka (kelas I) pulang pukul 11.30 Wita. Kalau dipaksa (siswa kelas II) masuk sekolah pukul 11.30, bisa pukul 16.00 Wita baru pulang. Kasihan anak-anak dan guru-guru juga tidak mau pulang sore," katanya.
Mengingat para siswa masuk sekolah pagi dan tidak adanya ruang kelas mencukupi, maka pihak sekolah menggunakan ruangan yang tidak representatif dan tidak memiliki bangku. (mdk/mtf)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kondisi seperti ini sudah terjadi sejak 2014, karena kursi dan meja sudah rapuh.
Baca SelengkapnyaTidak ada bangku membuat para siswa harus duduk di lantai dan menunduk saat menulis materi pelajaran.
Baca SelengkapnyaDiduga, gedung ambruk karena usia bangunan yang sudah tua.
Baca SelengkapnyaKegiatan belajar mengajar (KBM) tanpa meja kursi di sekolah itu sudah berlangsung lebih dari dua tahun.
Baca SelengkapnyaKarena kekurangan ruangan kelas sehingga harus digunakan bangunan yang tidak layak tersebut
Baca SelengkapnyaPuluhan siswa SD Negeri Suci 05 di Kabupaten Jember belajar dalam kondisi prihatin. Gedung sekolah mereka lapuk bahkan diduga menjadi sarang ular.
Baca SelengkapnyaKoster menegaskan, PPDB adalah hak semua anak Indonesia. Sehingga, tak boleh ada praktik titip menitip siswa agar masuk sekolah negeri tertentu.
Baca SelengkapnyaSelain kondisi gedung sekolah yang perlu diperbaiki, dewan guru pun menyampaikan bahwa SDN 7 Suana kekurangan meja dan kursi.
Baca SelengkapnyaAsrama baru bagi siswa dan siswi pemulung sampah di TPST Bantar Gebang ini menggantikan bangunan lama yang terbuat dari bambu.
Baca SelengkapnyaSebanyak 18 siswa kelas 1 di SDN 02 Desa Tanjung, Kecamatan Koto Kampar Hulu, Kabupaten Kampar, Riau belajar di ruangan bekas water closet (WC).
Baca SelengkapnyaGuru dan murid sekolah di Palembang harus kembali menjalani pembelajaran jarak jauh gara-gara kabut asap karhutla yang tak kunjung teratasi.
Baca SelengkapnyaPembelajaran daring tersebut, bertujuan agar mengurai kepadatan lalu lintas
Baca Selengkapnya