Ini cara Presiden Soeharto pilih 2 Jenderal calon Kapolri
Merdeka.com - Pergantian Kapolri selalu menyisakan cerita menarik. Proses pemilihan orang nomor satu di Korps Bhayangkara oleh presiden juga selalu beragam. Namun sosok yang tepat akan dipilih sesuai kondisi keamanan negara saat itu.
Ada kisah menarik bagaimana Presiden Soeharto memilih calon Kapolri. Saat itu Soeharto akan mengganti Jenderal Awaluddin Djamin dengan Kapolri baru.
Untuk mendapatkan masukan, Soeharto memanggil ajudannya, Kombes Kunarto.
-
Kapan Jenderal Soekanto menjabat sebagai Kapolri? Jenderal Raden Said Soekanto menjadi Kapolri dari tahun 1945 hingga 1959.
-
Bagaimana Soeharto memilih Wakil Presiden? 'Saya tidak sendiri memilih wakil presiden,' kata Soeharto.Tahun 1983, berdasarkan berbagai pertimbangan, pilihan jatuh pada Jenderal (Purn) Umar Wirahadikusumah.
-
Siapa yang menggantikan Soeharto? Dia kemudian digantikan BJ Habibie sebagai Presiden ketiga RI.
-
Kenapa Soeharto diangkat jadi Jenderal Besar? Mabes ABRI tahun 1997 menyebutkan setidaknya ada tiga prestasi Soeharto yang membuatnya dinilai layak untuk mendapatkan gelar Jenderal Besar.
-
Mengapa Presiden Soeharto memilih Jenderal M Jusuf menjadi Panglima TNI? Presiden Soeharto selalu punya pertimbangan saat memilih Panglima TNI.
-
Kenapa Presiden Soekarno pilih Saifuddin Zuhri? Penunjukkan saudara sudah saya pikir masak-masak. Telah cukup lama saya mempertimbangkannya. Sudah lama saya ikut sepak terjang saudara sebagai wartawan, politisi, dan pejuang. Baru-baru ini saudara saya ajak keliling dunia dari Jakarta, Beograd, Washington, lalu Tokyo. Saya semakin mantap memiliih saudara sebagai Menteri Agama,'
"Kun, Awaludin akan diganti. Pamudji atau Anton Metro. Lebih baik yang mana?" Kata Soeharto.
Kunarto kaget mendengar pertanyaan Presiden Soeharto. Dia langsung memeras ingatannya. Kebetulan Kunarto mengenal dua sosok calon Kapolri yang merupakan seniornya itu.
"Bapak merasakan apa yang harus dibenahi? Kalau Jenderal Pamudji kuat di bidang administrasi, kalau Jenderal Anton kuat di operasional," jawab Kunarto.
Soeharto terdiam. Dia seperti bergumam. "Kalau zamannya seperti ini, yang dibutuhkan tentu yang bisa mengamankan negara," katanya.
"Jadi kalau Anton kuat di operasional ya?" Pak Harto menegaskan kembali.
"Inggih Pak," jawab Kunarto. Kisah itu diceritakan Kunarto dalam biografi Jenderal Antin Soedjarwo koleksi Museum Polri.
Pertemuan pagi itu berakhir. Satu jam kemudian Kunarto melihat sebuah surat dari Panglima Angkatan Bersenjata Republik Indonesia dengan disposisi Setneg. Isinya singkat dan padat: PROSES ANTON.
Artinya Anton yang dipilih Pak Harto menjadi Kapolri. Anton yang dimaksud adalah Mayor Jenderal Anton Soedjarwo yang saat itu menjabat Kapolda Metro Jaya. Anton dibesarkan di Korps Brimob dan dikenal tegas.
Nah, tanpa sepengetahuan Pak Harto, Kuntoro mengopi surat itu. Dia menyampaikan kabar baik itu pada Anton di Polda Metro Jaya.
"Ini bener Dik. Terima kasih Dik!" gembira benar Anton menerima kabar itu dari Kunarto. Sang ajudan presiden yang junior Anton cuma berpesan agar merahasiakan kabar baik itu dulu, jangan sampai tersebar ke luar karena masih rahasia.
Proses pemilihan Kapolri saat itu selesai. Jika saat itu Kunarto lebih memilih Jenderal Pamudji, mungkin sejarah akan lain. Bisa jadi bukan Anton Soedjarwo yang terpilih. Maka bisa dikatakan saat itu calon Kapolri ditentukan oleh seorang perwira menengah. Walau tetap keputusan akhir di tangan Soeharto.
Jenderal Anton Soedjarwo dilantik menjadi Kapolri bulan Desember 1982 dan menjabat hingga tahun 1986.
Sementara itu, Kunarto menyusul menjadi Kapolri tahun 1991 hingga 1993.
(mdk/ang)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Apakah ada lobi-lobi partai seperti sekarang? Atau dipilih sendiri? ini kata Soeharto.
Baca SelengkapnyaPresiden Sukarno segera mencari sosok pengganti sementara panglima Angkatan Darat karena Letnan Jenderal TNI Ahmad Yani diculik.
Baca SelengkapnyaPotret Presiden Soeharto saat memimpin sidang terakhir Kabinet Pembangunan II viral menarik perhatian siapapun yang melihatnya.
Baca SelengkapnyaSejumlah Presiden RI terdahulu tercatat pernah bermanuver menyiapkan penerus.
Baca SelengkapnyaJenderal sepuh Try Sutrisno menjadi perbincangan publik saat Puncak acara HUT ke-79 TNI di lapangan Silang Monumen Nasional (Monas) Jakarta Pusat.
Baca SelengkapnyaSoeharto presiden kedua Republik Indonesia dengan masa jabatan terlama yang pernah berkuasa.
Baca SelengkapnyaSesaat setelah diberi pangkat, Soeharto mengabadikan momen dengan sosok jenderal bintang 4.
Baca SelengkapnyaBerawal dari Agresi Militer Belanda Kedua pada 19 Desember 1948, PDRI pun didirikan di Sumbar.
Baca SelengkapnyaSoeharto murka ketika mobil-mobil yang akan diselundupkannya ke Jawa dicegah naik kapal.
Baca SelengkapnyaJabatan KSAD saat ini kosong usai Jenderal Agus Subiyanto dilantik menjadi Panglima TNI.
Baca SelengkapnyaPerjalanan karir militer seorang perwira tak bisa ditebak. Begitu juga dengan Kolonel Angkatan Darat ini.
Baca SelengkapnyaBrigjen Soepardjo adalah tentara paling tinggi yang terlibat langsung penculikan para jenderal saat G30S/PKi.
Baca Selengkapnya