Kartini dari timur tetap mengajar walau honor tak dibayar 3 tahun
Merdeka.com - Duka lara menjadi guru honorer nampaknya sudah menjadi kisah selalu terulang di negeri ini. Profesi menentukan masa depan generasi bangsa itu nyatanya tidak dihargai sebanding dengan pengabdiannya.
Salah satunya Adi Melijati Tameno. Seorang guru honor di Kupang, Nusa Tenggara Timur, yang pernah dipecat lantaran menanyakan gaji yang belum dibayarkan selama tiga tahun. Namun, semangat mengajar anak didiknya tidak pernah luntur, ketika diminta kembali ke sekolah itu.
Untuk menambah penghasilan di luar gaji honornya dibayar setiap enam bulan sekali, Melijati bekerja sambilan menjual jajanan di sekolah.
-
Kenapa Nurul Indarti merasa lega jadi Guru Besar? 'Bersyukur, saya merasa lega karena ini adalah kewajiban yang tertunda sejak November 2020. Ini adalah pertanggungjawaban publik saya atas apa yang saya terima sebagai Guru Besar,' ujar Nurul dikutip dari Ugm.ac.id.
-
Siapakah Kartini? Raden Ajeng Kartini, atau yang lebih dikenal dengan nama Kartini, lahir pada 21 April 1879 di Desa Mayong, Jepara, Jawa Tengah. Dia merupakan seorang pahlawan nasional Indonesia yang dikenal karena perjuangannya dalam memperjuangkan hak-hak perempuan dan pendidikan.
-
Apa yang membuat Kartika Putri bahagia? Meskipun bukan kali pertama, Kartika tetap sangat bahagia. Dia bersyukur karena kembali diundang oleh Allah untuk menunaikan ibadah haji di Tanah Suci.
-
Siapa RA Kartini? Sosok RA Kartini digambarkan sebagai perempuan yang pemberani dan optimis dalam buku Habis Gelap Terbitlah Terang, yang berisi kumpulan surat yang ditulisnya kepada sahabatnya di Belanda, Stella Zeehandelaar, pada awal abad ke-20.
-
Bagaimana Nurul Indarti bisa jadi Guru Besar? Atas berbagai gelar yang ia terima, Nurul mengaku dia banyak dimudahkan dalam setiap proses yang ia jalani hingga sampai di titik ini.'Terutama karena keluarga saya sangat mendukung. Infrastruktur sosial kekeluargaan saya ini bagus banget untuk mensupport saya berkarier,' kata Nurul dikutip dari Ugm.ac.id.
-
Siapa yang mengajar di sekolah Suster Imakulati? Selain Ibu Imakulati, ada 9-10 suster lain yang menjadi tenaga pengajar di sekolah tersebut.
Melijati pernah dipecat secara sepihak oleh kepala sekolah lama, lantaran menanyakan gajinya melalui pesan singkat atau SMS. Akibat dari pesan singkat itu juga, Melijati dilaporkan ke polisi dengan tuduhan mencemarkan nama baik sekolah.
Tidak ada rasa dendam sedikit pun dengan aksi pemecatan itu. Dia malah merasa terpanggil kembali menjalani profesi sudah digeluti selama tujuh tahun itu. Menempuh medan berat, dengan jarak sepuluh kilometer dari rumah hingga sekolah, Melijati tetap semangat menjalaninya demi mencerdaskan generasi bangsa ini.
"Bersyukur ya karena sudah kembali walau dengan keterbatasan, tanpa apa-apa tetapi setidaknya pengabdian, talenta dan kemampuan yang ada. Saya punya, saya bisa jalankan. Saya bisa membagi sesuatu kepada orang, walau hanya anak kecil tapi satu hal yang luar biasa," kata Melijati ketika ditemui merdeka.com, Rabu (20/4).
Melijati merasa saat ini lebih mencintai profesi dijalaninya demi generasi penerus di pelosok tanah air. "Semua teman-teman guru honor atau masih kontrak, jangan terikat dengan keuangan yang ada, ataupun materi yang ada. Karena kemampuan atau talenta yang ada adalah pemberian Tuhan. Mari kita melayani dengan kita membantu anak-anak yang ada untuk generasi ke depan," ujar Melijati.
Di hadapan teman-teman guru honor lainnya, maupun kepala sekolah yang baru, Melijati dikenal sebagai sosok perempuan patut ditiru. Sebab, dia tulus mengabdi tanpa memperhitungkan kekurangan selama ini dia hadapi.
"Saya mengamati, ibu Yati cukup bagus dalam mengajar anak didik. Dia mengajar itu dari kelas satu dan dua. Karena di sini kekurangan guru, maka ibu Yati ini rela untuk bisa mengajar dua kelas yang ini. Guru seperti ini perlu dicontoh karena dia tidak menghitung jerih payah, tapi dia dengan sukarela untuk membantu pendidikan di tempat ini, khususnya SD Negeri Oefafi ini," kata kepala sekolah SDN Oefafi, Welly Loude Banabera.
Kembalinya Melijati di SD Negeri Oefafi disambut gembira oleh anak-anak muridnya. Mereka merasa senang karena selama Melijati tidak hadir, hanya bisa bermain tanpa pelajaran hingga waktu sekolah usai.
"Senang, karena ibu sudah datang kembali, dan bisa belajar lagi. Karena selama ibu tidak ada, kami hanya bermain saja," kata Chintya, salah satu murid kelas dua SDN Oefafi.
(mdk/ary)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Dengan bermain ketoprak, Elvi tak perlu meninggalkan rasa cinta terhadap anak didiknya.
Baca SelengkapnyaNasib para tenaga pendidik di sebuah SMK di Ende berikut ini pun menuai rasa keprihatinan.
Baca SelengkapnyaNorma masuk dalam 43 guru peraih penghargaan dari Direktorat Jenderal (Ditjen) Guru dan Tenaga Kependidikan.
Baca SelengkapnyaDengan penuh kesabaran dan dedikasi tinggi, sang ibu akhirnya berhasil diangkat P3K bersama dengan anaknya.
Baca SelengkapnyaKendati demikian, ia tetap bersyukur dengan apa yang didapatkannya itu.
Baca SelengkapnyaBerjibaku memenuhi kebutuhan hidup, sang guru lantas rela menjadi pemulung usai mengajar.
Baca SelengkapnyaGuru tersebut ingin mengajar sebagai bentuk pengabdian dan pelayanan
Baca SelengkapnyaKadisdik Jambi mengabarkan Asniati tidak perlu mengembalikan gaji mengajarnya selama dua tahun sebesar Rp75 juta.
Baca SelengkapnyaGaji yang tak seberapa itu sebagian ditabung untuk membantu murid-muridnya yang kesusahan
Baca SelengkapnyaAlih-alih menerima tawaran kerja, wanita itu justru pilih kembali ke kampung halaman.
Baca SelengkapnyaGuru adalah pahlawan tanpa tanda jasa yang memberikan cahaya kepada para siswa, membimbing mereka melewati lorong ilmu pengetahuan.
Baca Selengkapnya