Kasus Pemukulan Biduan di Kafe Hotel Makassar, Polisi Periksa 6 Saksi
Merdeka.com - Polisi masih mengembangkan kasus pemukulan seorang biduan di Grafity Lounge, di Jotel Swiss Bel pada Minggu dini hari lalu, (6/1). Pemukul yang diyakini sedang mabuk berat sempat mengaku dirinya seorang bupati.
Kapolsek Ujung Pandang, Kompol Wahyu Basuki, hingga kini pihaknya berusaha mencari bukti-bukti untuk mengungkap kejadian malam itu.
"Ada CCTV di hotel tapi sudah dua minggu CCTV itu rusak sehingga tidak ada rekaman termasuk saat kejadian. Kita juga telah periksa daftar pengunjung hotel yang menginap tapi pelaku itu tidak ada. Kemungkinan memang dia hanya pengunjung tempat hiburan itu. Kalau pengunjung tempat hiburan bebas saja orang masuk," kata Wahyu Basuki, kepada wartawan, Rabu (9/1).
-
Bagaimana polisi menindaklanjuti ketidakhadiran saksi? Ramadhan menyebut karena ketidak hadiran delapan saksi tersebut, pihaknya kembali menjadwalkan pemanggilan pada pekan ini. “Akan dilayangkan surat untuk kehadiran mereka diminta hadir di hari Jumat tanggal 28. Undangan klarifikasi di hari Jumat tanggal 28 Juli 2023,“ ujar dia.
-
Apa yang dilakukan pelaku? Mereka juga meminta Y agar menyerahkan diri agar dapat diperiksa. 'Saya imbau kepada yang diduga pelaku berinisial Y yang sesuai dengan video yang beredar agar menyerahkan diri,' kata Rahman saat dikonfirmasi, Minggu (28/4).
-
Apa yang ditemukan di TKP? Bukannya membawa korban ke Rumah Sakit, pelaku malah meninggalkannya di ruko TKP ditemukan jasad RN tewas bersimbah darah.
-
Bagaimana pelaku ditangkap? Pelaku ditangkap di tempat dan waktu berbeda. Pelaku LL warga Kelurahan Kefamenanu Selatan ditangkap di Weain, Kecamatan Rinhat, Kabupaten Malaka pada Selasa (18/10) kemarin.
Sejumlah orang sudah dimintai keterangan sebagai saksi. Termasuk dari manajemen band Yellow, grup musik Elda Vanyaviona (25), biduan yang dipukul oleh pelaku.
"Kita masih proses pengumpulan keterangan. Sementara baru enam orang saksi diperiksa dari pihak band dan manajemennya. Rencana juga akan diambil keterangan dari pihak manajemen Grafity Lounge," tegas dia.
Seperti diberitakan sebelumnya, Elda menceritakan awal mula kejadian pemukulan terhadap dirinya. Saat dia sedang bernyanyi, seorang pria hendak naik ke panggung yang berdinding kaca untuk ikut bernyanyi. Dua kali mencoba, laki-laki itu malah menabrak dinding kaca hingga disoraki pengunjung.
"Karena disoraki itulah, laki-laki itu tersebut marah. Jadi saat berhasil naik ke panggung dia minta mic untuk dibawa ke tempat duduknya agar bernyanyi di situ. Tapi mic hanya bisa dipakai di atas panggung. Dia mengamuk dan memukul tengkuk saya. Keyboard dibanting," kata Elda di Polsek Ujung Pandang, Makassar.
Elda mengaku mencium bau alkohol dari mulut lelaki itu. Sehingga dia menduga pria itu sedang dalam kondisi mabuk.
Elda juga mengakui sempat mengunggah kejadian ini ke akun Instagram pribadinya. Dalam postingannya, Elda menuliskan penjelasan bahwa orang tersebut adalah Bupati Manokwari, Papua, Demas Paulus Mandacan.
"Pelaku itu yang sebut dirinya saya Bupati Manokwari. Itu disebutkan berulang-ulang saat kejadian makanya saya sebut kalau laki-laki yang pukul saya itu Bupati Manokwari," kata Elda.
(mdk/lia)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Dia mengatakan, Polres Metro Jakarta Selatan akan mendalami pelaku yang menyebarkan video tersebut.
Baca SelengkapnyaSaat ini, kepolisian masih terus bekerja mencari tahu asal muasal kemunculan api dan penyebab kebakaran.
Baca SelengkapnyaHingga kini, total ada enam orang ditangkap, tiga di antaranya menyandang status sebagai tersangka.
Baca SelengkapnyaMenurut Ade, dua tersangka itu merupakan bagian dari lima orang yang ditangkap imbas berulah di acara diskusi tersebut.
Baca SelengkapnyaPropam Polda Metro Jaya memeriksa 11 anggota Polri terkait kasus pembubaran diskusi 'Diaspora bersama Tokoh dan Aktivis Nasional' di Hotel Grand Kemang
Baca SelengkapnyaSelama sidak, Willy mengaku menemukan sejumlah kejanggalan terkait dengan kaburnya tujuh tahanan itu.
Baca Selengkapnya