Kekerasan Seksual pada Anak dan Perempuan Ibarat Fenomena Gunung Es
Merdeka.com - Kepala Kejaksaan Tinggi Jawa Barat, Asep N Mulyana mengatakan, kekerasan seksual terhadap anak dan perempuan ibarat fenomena gunung es. Hal ini dikatakan dalam diskusi virtual dengan tema Sanksi Pidana Kebiri Pada Kejahatan Seksual', Selasa (28/12).
"Bagaimana kita lihat misalnya saat ini setelah kasus yang ada di Bandung ini ternyata bermunculan perkara yang lain di Cilacap, Sulawesi Selatan dan juga ada di tempat-tempat lain yang saking banyak dan bahkan kami melihat itu yang muncul dan terungkap sebagian kecil saja, kita lihat yang di Bandung itu di persidangan hanya terungkap 13 atau 14 santri perempuan," kata Asep.
Tetapi ternyata juga masih banyak santri-santri lain atau anak-anak perempuan, yang disebutnya mungkin tidak melaporkan atau bahkan tidak mau kemudian juga diminta keterangan dalam proses-proses penyidikan maupun penuntutan, karena berbagai faktor.
-
Siapa yang diduga mencabuli santriwati? Seorang ustaz inisial FS (34 tahun) yang mengajar di salah satu dayah (pesantren) di Kabupaten Aceh Utara, Aceh, ditangkap polisi. Dia diduga mencabuli santriwatinya.
-
Siapa yang menjadi korban santet? 'Semua permukaan eksterior dari guci awalnya tertutup teks yang mengandung lebih dari 55 nama yang diukir, puluhan di antaranya sekarang hanya bertahan sebagai huruf-huruf terpisah yang mengambang atau coretan pensil yang samar,' jelas Lamont.
-
Kenapa pondok pesantren selalu menutupi kasus kekerasan? Menurut Adi Maulana, Pondok Pesantren Raudhatul Mujawwidin merupakan yang terbaik di Provinsi Jambi, apalagi Kabupaten Tebo, baik dari sisi pendidikan, pengembangan multimedia, dan lainnya. 'Kalau untuk segi pembelajaran nilainya plus kemudian santri di pondok Raudhatul Mujawwidin itu paling banyak santri se-Jambi. Pada waktu saya masuk pondok santri hanya 800, sekarang sudah lebih dari dua ribu santri,' ujarnya. Namun, pondok pesantren ini juga ada minusnya. Adi Maulana menceritakan, salah satu kejelekannya adalah selalu menutupi masalah kecil ataupun masalah besar. Sepengetahuan dia, kasus santri meninggal baru pertama kali ini terjadi. Namun tindak kekerasan, seperti bullying sudah lama berlangsung. 'Zaman saya juga sudah ada, tapi tidak sampai meninggal seperti ini,' paparnya.
-
Siapa yang sering jadi korban pemerasan? Siapa yang selalu jadi korban pemerasan? Sapi perah.
-
Kenapa perundungan perlu dilawan oleh santri di Banyuwangi? Perundungan, imbuh Ipuk, adalah bagian dari tiga dosa besar pendidikan yang harus dienyahkan. Karena perundungan dapat berujung pada jatuhnya mentalitas generasi muda. Bahkan, bisa berujung pada tindak kekerasan dan kriminalitas.
"Ini harus kita cermati bersama. Jadi suatu fenomena mungkin jadi kekhawatiran kita bersama ya," ujarnya.
Berdasarkan data yang dicatat Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PPPA), terjadi peningkatan fenomena kasus tersebut setiap tahunnya.
"Dicatat Kemen PPPA dari tahun ke tahun menunjukkan fenomena yang meningkat, 2015 ada 11.057, kemudian 2020 dan 2021 pernah sampai 12.000 lebih hampir 13.000 ya," ujarnya.
Ia menyebut, dalam kasus ini berbagai macam jumlah korban di setiap wilayah seperti di Depok ada 5 santri, Lhokseumawe 15 santri anak-anak, Cilacap 15 siswi SD, Pinrang Sulsel santriwati, Ogan Ilir Sulsel sebanyak 26 santri laki-laki, Tasikmalaya 5 santri, Jombang belasan santriwati, Bandung 13 santriwati dan Mojokerto santriwati.
"Kalau kita lihat, ternyata kasus Heri di Kota Bandung ternyata memicu laporan-laporan baru, munculnya kasus-kasus baru yang saya katakan tadi. Sebagaimana yang selama ini tertutup, karena berbagai alasan ya, karena takut misalnya melaporkan, malu, stres dan lain sebagainya," sebutnya.
"Tentu ini menjadi keprihatinan kita bersama, berbagai kasus-kasus kekerasan seksual terhadap perempuan dan anak menjadi suatu fenomena yang perlu kita cermati bersama ya," tutupnya. (mdk/eko)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Jumlah korban itu diungkapkan tim pengacara kedua korban lainnya; DF dan RZ, Yansen Ohoirat.
Baca SelengkapnyaDua guru ngaji di Bekasi diduga telah melakukan pencabulan ke beberapa santri perempuan sejak 2020 lalu.
Baca SelengkapnyaPelapor kasus ini pertama kalinya adalah HA, istri Kiai Fahim.
Baca SelengkapnyaKasus itu bermula ketika anak perempuan MR, warga Kecamatan Candipuro dikabarkan hamil oleh warga setempat.
Baca SelengkapnyaKetua Dewan Pers, Ninik Rahayu, mengatakan, angka kekerasan seksual di masyarakat cukup tinggi berdasarkan hasil penelitian.
Baca SelengkapnyaIni mempertimbangkan kerugian dan dampak negatif yang dialami korban dan tidak jarang bersifat permanen.
Baca SelengkapnyaPolisi juga sudah memeriksa lima orang saksi dalam kasus tersebut. Meski belum sampai pada tahap penetapan tersangka.
Baca SelengkapnyaKemenPPPA mencatat korban kekerasan didominasi oleh anak perempuan
Baca Selengkapnya